Sukses

Vaksinasi COVID-19 Kurang Akses bagi Disabilitas, Mahasiswa Gencarkan Kampanye #BaliBangkitKembali

Bali merupakan satu dari delapan provinsi di Indonesia dengan kasus COVID-19 tertinggi. Sebagai barometer perkembangan pariwisata nasional, Bali dijadikan wilayah sasaran kampanye untuk menggencarkan vaksinasi, khususnya pada kelompok lansia dan disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Bali merupakan satu dari delapan provinsi di Indonesia dengan kasus COVID-19 tertinggi. Sebagai barometer perkembangan pariwisata nasional, Bali dijadikan wilayah sasaran kampanye untuk menggencarkan vaksinasi, khususnya pada kelompok lansia dan disabilitas.

Tujuannya, agar Bali dapat pulih dan bangkit kembali. Hal ini disampaikan Irwan Fakhruddin, ia adalah ketua proyek kampanye #BaliBangkitKembali dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (FIKOM UMN).

Kampanye digital ini dilakukan mahasiswa UMN sebagai bentuk dukungan terhadap program vaksinasi Pemerintah di Bali. Kampanye ini dilangsungkan sejak April hingga Juli 2022.

“Kampanye #BaliBangkitKembali bertujuan untuk meningkatkan awareness pada kelompok lansia dan difabel dengan meyakinkan pentingnya vaksinasi dan mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19, agar Bali dapat pulih dan bangkit baik pada sektor kesehatan, pariwisata, maupun ekonomi,” jelas Irwan mengutip keterangan pers Kamis (21/7/2022).

Selama ini, kerja sama antara Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) dengan sekolah sebagai lokasi vaksinasi lansia dan puskesmas yang melayani vaksinasi khusus lansia telah dijalankan. Namun, kurangnya pemahaman tentang komorbiditas, lokasi vaksinasi yang belum ramah bagi disabilitas, serta kurangnya aksesibilitas vaksin di daerah-daerah terpencil, mendorong urgensi dari kampanye ini.

“Kami melihat masih kurang pemahaman kelompok lansia dan difabel tentang komorbiditas, kemudian lokasi-lokasi vaksinasi di Bali yang belum ramah untuk kelompok difabel, serta kurangnya aksesibilitas vaksin di daerah-daerah terpencil. Hal inilah yang mendorong kami untuk menggencarkan kampanye,” lanjut Irwan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kampanye Via Media Sosial

Dalam keterangan tersebut dijelaskan, Kota Denpasar menjadi kota dengan jumlah kasus konfirmasi positif dan meninggal tertinggi di Bali pada Maret 2022.

Sementara itu, jumlah vaksinasi di Kabupaten Buleleng juga menjadi yang terendah di Bali berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Melihat kondisi tersebut, Campaign Planner Bali Pricilla Halim menjelaskan bahwa kampanye #BaliBangkitKembali ditujukan pada kelompok lansia dan Teman Tuli di Bali, khususnya wilayah Denpasar dan Buleleng, melalui akun Instagram @heltikom.

“Konten-konten yang kami unggah di akun @heltikom mulai dari informasi seputar pandemi COVID-19, hoax, vaksinasi, protokol kesehatan, aktivitas produktif, hingga persiapan G20 di Bali yang diimplementasikan dalam bentuk infografis, video, e-poster, dan konten-konten interaktif lainnya,” jelas Pricil.

Kampanye ini juga didukung oleh media lokal Bali, Dermatolog Eka Ciptasari, dan Komunitas Rumah BISAbilitas, yang turut mendistribusikan konten melalui laman Instagramnya.

“Sinergi dan kolaborasi kita memberikan energi positif, semangat, saling menginspirasi, dan kreativitas di antara para difabel. Harapan ke depannya, difabel semakin tangguh,” kata Agung Adiputra selaku Pengurus Komunitas Rumah BISAbilitas.

3 dari 4 halaman

Setelah Kampanye

Dengan tercapainya tujuan kampanye, maka kampanye #BaliBangkitKembali dapat dikatakan berhasil.

Setelah kampanye dilakukan, terlihat ada peningkatan jumlah vaksinasi, khususnya pada kelompok lansia dan difabel di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng. Ini memberikan harapan bahwa Bali akan benar-benar pulih kembali.

“Pelaksanaan kampanye #BaliBangkitKembali berjalan dengan baik. Hopefully, ke depannya Bali bisa benar-benar pulih kembali,” tutup Pricil.

Kampanye #BaliBangkitKembali merupakan rangkaian program kemitraan UMN dengan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) bertajuk Nusantara Health Security Project (NHSP) yang telah diluncurkan secara daring pada Rabu 9 Februari lalu.

Kemitraan ini bertujuan memberikan informasi seputar program vaksinasi COVID-19 kepada target kelompok masyarakat rentan (lansia dan difabel) di empat provinsi di Indonesia. Keempat provinsi itu adalah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Selatan, melalui kampanye digital di media sosial.

Vaksinasi pada penyandang disabilitas menjadi penting lantaran Studi menunjukkan bahwa kelompok penyandang disabilitas intelektual dan perkembangan atau Intellectual and Developmental Disabilities (IDD) sangat rentan terinfeksi COVID-19.

4 dari 4 halaman

Rentan Tertular COVID

Orang-orang dengan disabilitas ini rentan tertular di mana pun, baik jika mereka dirawat oleh keluarganya di rumah, maupun di tempat perawatan khusus seperti home care.

Orang dengan IDD termasuk sindrom Down, cerebral palsy, dan kondisi lainnya secara signifikan lebih mungkin meninggal setelah tertular COVID-19 daripada masyarakat umum.

Menurut database yang digunakan dalam penelitian ini, virus tersebut merenggut 3 persen nyawa pasien COVID-19 berusia antara 18 dan 74 tahun yang tidak memiliki IDD. Namun, di antara pasien COVID-19 yang memiliki IDD, angka itu naik setengahnya, menjadi 4,5 persen.

Orang dengan Specific Language Impairment (SLI) atau gangguan bicara di bawah usia 18 tahun juga lebih mungkin meninggal karena COVID-19 daripada rekan-rekan muda mereka yang tidak SLI, seperti melansir Webmd Selasa (25/1/2022).

Di sisi lain, home care dapat sangat berbahaya, kata seorang ahli yang tidak terkait dengan studi baru tersebut.

"Orang dengan IDD yang tinggal di lingkungan perumahan mengalami apa yang saya anggap sebagai 'badai sempurna' untuk COVID-19," kata Michelle Ballan peneliti di sekolah kesejahteraan sosial Universitas Stony Brook, New York.

"Orang dengan IDD sering mengandalkan bantuan langsung dari orang lain untuk perawatan diri sehari-hari, membuat jarak sosial sangat menantang dan semakin meningkatkan risiko penularan penyakit," jelas Ballan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.