Sukses

Terenyuh Pengguna Kursi Roda, Ibu Ini Sadar Disabilitas Putrinya Bukan Kesalahan

Apa yang diungkapkan penyandang disabilitas dalam tayangan Ted sangat menyentuhnya karena itu juga dialami oleh Doreen.

Liputan6.com, Jakarta Seorang wanita asal Washington, AS bernama Doreen VanderVort merasa tersentuh setelah menonton TedTalk dari Stella Young, seorang penyandang disabilitas karena kondisi khusus. Apa yang dibawakan Stella terutama sangat menyentuhnya karena itu juga dialami oleh Doreen.

Stella tinggal di kota kecil di Victoria, Australia. Sambil duduk di atas kursi rodanya, Stella dengan semangat berbicara di ted Talk, "Saya memiliki kehidupan yang normal sebagaimana orang lain. Saya pergi sekolah, saya bermain bersama teman-teman, saya bertengkar dengan saudari perempuan saya, itu semuanya normal. Hingga saat saya berusia 15 tahun, seorang warga di komunitasnya menghampiri orang tua saya dan ingin menominasikan saya untuk Community Achievement Award."

"Dan orang tua saya berkata, 'Hm, itu sangat menyenangkan (untuk didengar). Namun ada satu masalah mencolok dari itu. Ia (Stella) sebenarnya belum pernah meraih apapun (Stella tertawa)'. Dan mereka (orang tua Stella) memang benar. Saya bersekolah, saya mendapat peringkat yang baik, saya membantu ibu saya bekerja di salon penata rambutnya, dan saya banyak menghabiskan waktu untuk menonton serial drama. Tidak ada yang aneh bukan?"

"Saya tidak melakukan apapun yang di luar kebiasaan sama sekali. Saya tidak melakukan apapun yang bisa dipertimbangkan sebagai pencapaian jika Anda mengeluarkan disabilitas dari pernyataan tersebut."

Bertahun-tahun kemudian saat Stella menjadi pengajar di Melbourne high school dan mengajarkan tentang hukum di depan murid kelas 11, sekitar 20 menit kemudian, seorang muridnya mengangkat tangan dan mengatakan, "bu guru, kapan Anda akan memulai pidato Anda?". Pertanyaan tersebut membuat Stella bingung dan menanyakan hal yang sama, "maksudnya bicara apa?" Sementara Stella merasa ia sedang membicarakan tentang gugatan pencemaran nama baik selama 20 menit itu, dan murid tersbeut menjawab, "itu loh, bu, bicara tentang motivasi Anda. Anda tahu kan, biasanya setiap ada orang dengan kursi roda, mereka akan membawakan pembicaraan mengenai inspirasi? Biasanya diadakan di aula". Saat itu Stella akhirnya paham bahwa anak tersebut hanya memahami penyandang disabilitas sebagai objek inspirasi dan itu bukan salahnya, jelas Stella, dilansir dari Ted Talk.

Ia menjelaskan bahwa disabilitas itu bukan hal yang buruk. Namun ada banyak perspektif orang yang menganggap bahwa penyandang disabilitas merupakan objek yang harus sukses dengan kata-kata mutiara.

 

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengalaman Stella

Anda mungkin pernah melihat kata-kata mutiara dengan gambar anak yang tanpa lengan atau orang yang menggambar dengan mulutnya atau anak yang sedang berlari dengan kaki prostetiknya, dan masih banyak lainnya. Gambar ini ia sebut dengan 'inspiration porn' karena mereka mengobjektifkan sekelompok orang demi keuntungan sekelompok orang lainnya, atau dalam hal ini kita mengobjektifkan penyandang disabilitas untuk keuntungan non-difabel. Tujuan dari gambar ini untuk menginspirasi, memotivasi Anda. Sehingga kita memiliki pemikiran, seburuk apapun hidup kita, setidaknya tidak lebih buruk dari apa yang mereka alami.

Tak jarang, lanjut Stella, ia mendapatkan ucapan selamat, bahkan sebelum ia memulai karir, seperti ucapan selamat bahwa ia berhasil bangun di pagi hari, dan sebagainya. Padahal, konsepnya bukan seperti itu.

Menurut Stella, meskipun penyandang disabilitas juga memiliki masalah, tapi masalah mereka tidak ada hubungannya dengan kondisi tubuhnya, karena bagi yang terlahir demikian pasti sudah bisa menyesuaikan diri. Ia pun mengakui bahwa memang ada kalanya ia juga terinspirasi oleh orang lain, namun atas ide mereka, bukan karena kondisi mereka. Misalnya betapa menginspirasinya untuk mengambil sesuatu yang jatuh dengan tongkat atau betapa jeniusnya mengecas ponsel ternyata juga bisa dari kursi roda elektrik.

"Kita saling belajar kekuatan dan ketahanan satu sama lain, yang bukan berarti maksudnya terkait tubuh maupun diagnosis kami (penyandang disabilitas). Dan itu bullshit kata-kata mutiara yang menyatakan bahwa satu-satunya hal yang disabilitas adalah sikap yang buruk. Bukan karena itu salah, tapi karena model disabilitas yang ditunjukkan di media sosial. Mana ada orang yang tersenyum saat dilempari kursi," kata Stella menutup bicaranya.

Doreen juga merupakan seorang ibu dari putrinya yang menderita spina bifida dan menggunakan kursi roda. Ia sering membaca atau mendengar orang tua yang mengeluhkan kondisi anaknya dan merasa bersalah. Doreen sendiri juga mengakui sempat memikirkan hal yang sama sebelum akhirnya bertemu dengan kelompok teman yang terdiri dari orang dewasa penyandang disabilitas yang bangga akan identitasnya di tempatnya kini, di Washington.

Kelompok tersebut kemudian menjadi teman sekaligus guru tentang bagaimana mendukung putrinya dengan baik. "Saya sangat bersyukur atas kebijaksanaan dan pengalaman hidup mereka," katanya, dikutip dari MSN.

Ditambah setelah menonton Ted Talk dari Stella Young yang membahas bagaimana ia dan penyandang disabilitas lainnya mengatakan bahwa mereka bukanlah inspirasi Anda. Dari apa yang ia bahas, Doreen sampai mampu menghilangkan rasa bersalah dan memulihkan kemanusiaan sebagai seorang ibu. Ia bahkan sampai memiliki pemikiran bahwa mungkin disabilitas adalah perkembangan yang terjadi secara alami pada beberapa bayi, dan itu bukan hal yang buruk, hanya hal yang berbeda.

"Segala sesuatu yang kita rasakan sebagai orang tua dari anak-anak penyandang disabilitas adalah normal: penerimaan, kemarahan, kesedihan, kesombongan, ketakutan, rasa bersalah, semuanya," kata Doreen. ia mengaku betapa menyesalnya ia sempat memiliki pemikiran tentang hal-hal yang akan terjadi nanti akan bagaimana jika anaknya difabel dan juga menyesal akan perasaan marah atas keterbatasan putrinya yang seharusnya tidak pernah ada di dunia.

Akhirnya ia menemukan bahwa wajar apabila ia merasa bersalah dengan peralatan keren dan aksesibilitas yang berada di luar jangkauannya karena kendala biaya. Sementara seharusnya ia tidak merasa bersalah atas disabilitasnya.

Setelah itu, ia selalu mempertimbangkan, "mungkin rasa bersalah saya didasarkan pada pikiran dan prasangka yang tidak benar". Karena jika disabilitas bukanlah hal yang buruk, maka itu juga bukan kesalahan siapa pun, jelasnya.

Itupun ia menyadarinya karena tidak ada yang tragis atau menyedihkan dari putrinya. "Ia (putri Doreen) luar biasa. Jadi mengapa kita mendapatkan begitu banyak komentar "Maafkan aku", "itu terlalu buruk", "kasihan, dan" kamu sangat berani "dari orang-orang di sekitar kita?" katanya.

Namun ia juga menyadari bahwa siapapun tidak dapat mengontrol apa yang orang lain atau dunia pikirkan. Sehingga ia memutuskan untuk menerima disabilitas sebagai bagian dari menjadi manusia dan itu bukan hal yang buruk. Putrinya akan hidup sebagaimana yang dialami semua mannusia, tantangan, kemenangan, keberhasilan, kegagalan, belajar, jatuh cinta, patah hati,d an sebagainya. Sehingga ia bisa memilih ingin menjadi apapun yang ia inginkan.

"Bagi sesama orang tua, anak adalah bagian dari diri Anda dan itu indah. Anak-anak kita hebat apa adanya, dan semua yang kita lakukan atau tidak lakukan secara medis maupun terapeutik, juga dapat mendukung mereka untuk menggunakan tubuh dan pikiran yang mereka miliki dengan kemampuan terbaik mereka. Anda dapat memilih untuk tidak menerima gagasan yang perlu kita perbaiki, ubah, atau buat berbeda dari yang sebenarnya. Sebaliknya, kita dapat menerima, mengajari, memvalidasi, merayakan, dan mendukung mereka sepanjang proses," ujarnya.

Ia juga menyarankan untuk mengikuti komunitas yang memiliki pemahaman yang sama dan membantu anak Anda dalam menjalani proses. "Anda tidak perlu merasa bersalah dan Anda tidak sendiri."

3 dari 3 halaman

Infografis Benarkah Sudah Divaksin Masih Bisa Kena Covid-19?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.