Sukses

Kafe di Tokyo Pekerjakan Difabel dengan Robot untuk Melayani Pelanggan

Ini menjadi terobosan baru dan penting bagi penyandang disabilitas karena selain memberi kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga membuat mereka merasa diterima di masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini, di Nihonbashi, Tokyo, dibuka Dawn Avatar Robot Cafe. Seperti namanya, Anda akan dilayani robot avatar yang dikendalikan dari jauh oleh pekerja difabel. Tujuannya untuk menciptakan lapangan kerja bagi penyandang disabilitas dan Tokyo yang inklusif.

Meskipun pada nama kafe ada unsur robotnya, kafe ini berbeda dengan restoran robot di Shinjuku. Yaitu tempat para manusia berpakaian seperti robot untuk acara makan malam. Melainkan kafe yang akan dibuka musim panas ini akan menampilkan robot humanoid sungguhan yang menunggu pelanggan dan menyajikan makanan serta minuman.

Robot sering dinilai jelek karena dianggap mengambil pekerjaan manusia. Padahal, sekelompok pekerja justru memanfaatkan kemampuannya, misalnya penyandang disabilitas yang kesulitan gerak akibat cedera tulang belakang dan sebagainya.

Dawn Avatar Robot Cafe akan beroperasi sebagai bisnis bebas hambatan dengan menciptakan lebih banyak peluang kerja bagi pekerja penyandang disabilitas.

Robot tersebut dioperasikan dari jarak jauh menggunakan koneksi internet, melayani setiap individu yang tidak bisa keluar rumah untuk jangka waktu yang lama karena anak, penyandang disabilitas, atau kondisi lainnya. Pemilik kafe ingin memberi kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas untuk mengendalikan robot ini.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kafe inovatif

Kafe inovatif ini merupakan milik Ory Laboratory Inc, perusahaan robotika Jepang yang bekerja untuk menciptakan masyarakat bebas hambatan. Co-founder dan CEO perusahaan tersebut, Kentaro Yoshifuji, mendapat ide untuk merancang avatar robot atas dasar pengalamannya sendiri yang berjuang dari terbaring di rumah sakit selama lebih dari tiga tahun.

Robot pelayan tersebut dinamai Orihime-D, karena tinggi mereka yang 120 cm dengan desain ramping serba putih dan dilengkapi dengan kamera, mikrofon dan speaker. Mereka terhubung ke terminal komputer dari ruangan pekerja difabel dengan gangguan gerak, yang menyampaikan perintah yang menyebabkan robot bergerak, berinteraksi dengan orang dan menangani objek.

Fungsi kamera pada perangkat lunaknya dapat melacak gerakan mata orang yang mengendalikan robot. Yang penting, pengontrol harus fokus pada perintah untuk menjalankan robot untuk bertindak. Oleh karena itu, Orihme-D dapat 'berbicara' dan menerima pesanan saat berkeliling ruangan dengan lancar.

Bertahun-tahun lamanya, sekelompok orang-orang tertentu kesulitan untuk sekadar berpartisipasi dalam masyarakat, karena sistem standar yang digunakan di sebagian besar perusahaan atau risiko fisik terkait navigasi kota metropolitan yang sibuk seperti Tokyo. Namun dengan keberadaan robot yang bisa dikendalikan dengan sensor, sehingga individu yang tidak bisa bergerak pun memiliki kesempatan untuk mengambil pekerjaan di industri perhotelan (pelayanan pelanggan).

Ini menjadi terobosan baru dan penting bagi penyandang disabilitas karena selain memberi kesempatan lebih banyak untuk berinteraksi dengan orang lain, tetapi juga membuat mereka merasa diterima di masyarakat.

3 dari 3 halaman

Infografis Kombinasi 3M Turunkan Risiko Tertular Covid-19 hingga 99,9 Persen

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.