Sukses

Binaragawati dengan Satu Kaki Tampil Bersinar di IWF Beijing 2020

Seorang binaragawati difabel bernama Gui Yuna menitikkan air matanya ketika ia menceritakan kronologi saat ia kehilangan kaki kanannya dari kecelakaan.

Liputan6.com, Jakarta Seorang binaragawati difabel bernama Gui Yuna menitikkan air matanya ketika ia menceritakan kronologi saat ia kehilangan kaki kanannya dari kecelakaan. 

Wanita asal China ini menjelaskan saat itu usianya masih 7 tahun dan para pengganggu sekolah menendang tongkatnya untuk membuatnya jatuh. Namun kini para pengganggu tersebut tidak akan benrani melakukan hal yang sama.

Yuna yang kini berusia 35 tahun merupakan pemenang binaragawati dan mantan paralimpiade yang kisah inspirasinya menjadi viral di TikTok.

Yuna yang baru mengenal bidang binaragawan, pada Oktober 2004 turut berkompetisi dalam lompat jauh di Athena Paralimpiade 2004 dan ia mendapatkan kemenangan pertamanya kala itu.

Foto-foto atas kemenangan dirinya saat sedang melangkah ke atas panggung dengan sepatu hak tinggi dan bikini sambil bersandar pada kruknya, banyak terpampang di media China dan membuatnya mendapatkan pengikut online yang cukup besar.

"Mungkin saja saya memenangkan tempat pertama bukan karena profesionalisme atau otot saya, tetapi karena kepercayaan diri dan keberanian saya untuk berdiri di atas panggung dan menunjukkan diri saya kepada semua orang," kata Yuna dikutip dari straitstimes.

Di negara yang umumnya mendiskriminasi para difabel, namun terhadap Yuna yang memiliki tekad baja dan sikap positifnya, sehingga ia mampu menginspirasi banyak orang.

Ia rutin memposting sesi latihannya di TikTok untuk 200.000 pengikutnya. Dalam salah satu postingannya setelah latihan intensif di gym di Shanghai, ia berbicara dengan para penggemarnya melalui TikTok.

Ia mengatakan bahwa ia hampir tidak ingat bagaimana ia ditabrak truk saat perjalanan pulang dari sekolah. Tapi ia justru tidak bisa melupakan masa kecilnya yang ketika ia harus menggunakan kruk sebagai pengganti kaki kanannya yang dulu ada, anak-anak di sekolah menyiksanya dengan menndang kruknya atau menarik kursinya saat ia duduk. Tidak hanya kekerasan fisik, ia juga menerima umpatan kasar.

"Mereka menyebut saya kucing lumpuh atau berkaki tiga," kata Yuna, dengan air mata mengalir di matanya, meskipun kejadiannya hampir tiga dekade lalu. lalu ia menambahkan saat awalnya mereka membuatnya terjatuh, ia menangis. Tetapi kemudian ia terbiasa dan ia mulai berpikir bahwa para penindas bisa menindasnya sesuka hati mereka, tetapi ia yakin akan baik-baik saja karena ia memiliki hati yang berani.

Yuna berasal dari kota Selatan Nanning. Ia dibesarkan oleh ibunya saat ayahnya meninggal dunia sebelum ia lahir.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terus dibayangi stigma

Stigma masyarakat terus membayanginya, tetapi Yuna yang merasa cocok dengan olahraga paralimpik bertekad mengikuti lomba olahraga tersebut. Pada tahun 2001, ia mulai terlibat dalam olahraga paralimpik, kemudian mewakili China di Olimpiade 2004, meraih urutan ketujuh dalam kategori lompat jauh.

Setalahnya, kemampuannya semakin berkembang. ia juga melakukan lompat tinggi dan memanah. Ia juga ikut serta dalam estafet obor untuk Beijing Summer Games and Paralympics tahun 2008.

Setelah pensiun dari kompetisi pada tahun 2017, Yuna mengaku telah mengalami lebih banyak diskriminasi di dunia kerja. Ia beberapa kali ditolak oleh pemberi kerja yang mengatakan bahwa ia tidak cocok dengan citra mereka.

"(Mereka) menyiratkan bahwa saya akan merusak citra mereka," katanya. "Saya melamar hampir 20 perusahaan dan semuanya mengatakan hal yang sama."

Sebenarnya, bahkan saat ia debut sebagai binaragawati, ada beberapa orang yang mengomentari yang menyuruhnya untuk tetap tinggal di rumah di antara sekian banyak komentar yang memujinya dengan penampilannya mengalahkan saingannya yang non-difabel. Ada juga yang memuji penampilannya yang dibaluti gaun qipao tradisional berleher tinggi.

Bahkan hingga kini, Yuna mengatakan kadang-kadang orang-orang di jalan bertanya padanya tentang apa yang terjadi pada kaki kanannya, yang membuat ia terkejut karena itu sudah menjadi hal biasa hidup dengan satu kaki.

"Banyak orang berpikir bahwa nasib tidak baik bagi saya, tetapi saya tidak berpikir demikian," kata Yuna. Ia membuktikan dengan kini menjadi mitra di sebuah perusahaan khusus dekorasi rumah, setelah menerima banyak penolakan sebelumnya.

"Saya bersyukur memiliki kesulitan ini. Mengapa saya mengatakan itu? Karena itu saya tumbuh, itu membuat hati saya lebih kuat dan menjadikan saya seperti sekarang ini," katanya.

3 dari 3 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.