Sukses

Disabilitas Bukan Kutukan, Banyak Bukti Prestasi yang Memutarbalikkan Stigma Seperti yang Dibuat Emmanuel Ofosu

Seorang atlet paralimpik dan aktivis dari Ghana, Afrika Barat, Emmanuel Ofosu Yeboah lahir pada 1977 tanpa tulang kering. Hal ini mengakibatkan kakinya mengalami disabilitas parah.

Liputan6.com, Jakarta Seorang atlet paralimpik dan aktivis dari Ghana, Afrika Barat, Emmanuel Ofosu Yeboah punya keterbatasan. Ia lahir tanpa tulang kering. 

"Banyak penyandang disabilitas di Afrika mengalami diskriminasi. Hal ini disebabkan berkembangnya keyakinan bahwa orang yang menyandang disabilitas adalah orang yang dikutuk," tulis disabilityhorizons.com.

Sering kali mereka diasingkan oleh masyarakat. Faktanya, ayah Emmanuel sendiri meninggalkannya. Tetapi ibunya berdiri di sampingnya, mendorong Emmanuel untuk mengejar mimpi.

Dengan keadaan satu kaki tidak sempurna, Emmanuel tetap semangat bersekolah. Jarak yang harus ditempuh setiap hari dari rumah ke sekolah dan sebaliknya lebih dari dua mil atau 3,2 km.

Pria berusia 43 tahu ini lahir dari keluarga miskin. Kesulitan ekonomi yang dihadapi memaksanya meninggalkan rumah di usia 13 untuk menyemir sepatu guna memenuhi kebutuhan keluarga.

Beberapa tahun kemudian ibunya meninggal dan membuat hidupnya lebih sengsara. Dengan cerita hidup yang menyedihkan, ia ingin memberikan perhatian pada penderitaan orang-orang difabel.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Meraih Mimpi

Pada 2001, ia pergi merantau sejauh dari 640 km melintasi Ghana. Ia ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa menyandang disabilitas bukan berarti tak mampu melakukan sesuatu.

Di perjalanan, dia berbicara kepada anak-anak difabel dan memberikan pidato kepada para pemimpin gereja dan pejabat tinggi.

Setelah menyelesaikan perjalanan lintas negara, Challenged Athletes Foundation (CAF) sebuah yayasan untuk atlet difabel memberinya kesempatan untuk menjadi atlet. Ia diundang untuk berpartisipasi dalam Triathlon Challenge di California sebagai atlet sepeda. Dia berhasil menyelesaikan 56 mil dalam tujuh jam.

Ketika berada di AS, Emmanuel diberi tahu bahwa ia memenuhi syarat untuk menjalani operasi agar dapat menggunakan kaki palsu. Operasi ini ditawarkan secara gratis.

Operasi tersebut sukses dan membutuhkan waktu pemulihan selama enam minggu. Setelah pulih, Yeboah memasuki CAF Triathlon Challenge lagi dan hasilnya memuaskan.

Ia kemudian dianugerahi Penghargaan Olahragawan Paling Inspirasional CAF Tahun 2018 dan penghargaan Casey Martin dari Nike untuk prestasi olahraga paralimpik. Prestasi ini membuatnya mendapatkan uang total $ 50.000 atau lebih dari Rp742 juta.

Sekembalinya ke Ghana, ia menggunakan uang itu untuk membuka Yayasan Pendidikan Emmanuel bagi para siswa penyandang disabilitas. Dia saat ini bekerja membangun sekolah untuk anak-anak di Ghana dan membuktikan bahwa disabilitas bukan berarti tidak mampu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.