Liputan6.com, Jakarta Investor kripto tersukses ke-5 di dunia, James Fickel tengah menghadapi kerugian besar.
Melansir News.bitcoin.com, Rabu (18/9/2024) James Fickel mengalami kerugian hingga USDÂ 43,7 juta atau Rp.671 miliar dalam pasangan BTC/ETH imbas volatilitas pasar kripto, menurut laporan Lookonchain.
Fickel pertama kali memulai perdagangan kripto pada bulan Januari 2024 dan berlanjut hingga bulan Juli, di mana ia meminjam 3.061 Wrapped Bitcoin (WBTC), senilai sekitar USD 172 Juta atau Rp.2,6 triliun dari Aave.
Advertisement
Ia kemudian menukar WBTC ini dengan 56.445 ETH dengan nilai tukar 0,05424. Saat itu, kondisi pasar relatif menguntungkan, tetapi kondisinya berubah dengan cepat, yang menyebabkan strategi Fickel gagal.
Ia segera merumuskan rencana baru dan mulai membeli dan menukar WBTC pada bulan Agustus 2024, meskipun terus mengalami kerugian.
Saat itu, ia menghabiskan 12 Juta USDC untuk membeli 211 token WBTC, yang kemudian ia tukarkan dengan 16.000 ETH untuk membeli 671 WBTC lagi senilai USD 39,9 juta atau Rp.612,6 miliar untuk membayar utangnya kepada Aave.
Ia menukar ETH ini dengan WBTC pada nilai tukar ETH/BTC sebesar USD 0,042, yang merupakan transaksi yang merugi.
Namun, kerugiannya tidak berhenti di situ karena harga Ethereum terus menurun, mendorongnya ke arah kerugian yang semakin tinggi.
Seperti diketahui, Ethereum telah berkinerja buruk dibandingkan dengan Bitcoin sejak awal tahun. Selain itu, harga ETH relatif terhadap Bitcoin turun sebesar 24% pada YTD dan 9% pada bulan lalu saja. Dengan ini, ia kehilangan USD 43,7 Juta atau 18.000 ETH.
Berdasarkan laporan Arkham Intelligence, James Fickel masih memegang kripto senilai USD 400 juta atau Rp.6,1 triliun. Menariknya, semua investasi ini ada dalam derivatif Ethereum.
Akan tetapi, semua kepemilikan ini terkunci karena investor kripto itu masih memiliki utang sebesar USD 130.964.731,17 atau Rp.2 triliun dari Aave.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
MicroStrategy Kembali Borong Bitcoin Senilai Rp 17 Triliun
Perusahaan perangkat lunak MicroStrategy kembali membeli bitcoin senilai USD 1,11 miliar atau setara Rp 17 triliun (asumsi kurs Rp 15.400 per dolar AS) antara 6 Agustus dan 12 September.
Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (16/9/2024), MicroStrategy membeli sekitar 18.300 bitcoin dengan harga rata-rata sekitar USD 60.408 atau setara Rp 930,7 juta per bitcoin antara 6 Agustus dan 12 September.
Perusahaan dan anak perusahaannya memegang sekitar 244.800 bitcoin per 12 September 2024.
Pembelian ini meningkatkan total kepemilikannya atas mata uang kripto terbesar di dunia menjadi sekitar USD 9,45 miliar atau setara Rp 145,5 triliun. MicroStrategy membeli Bitcoin dengan harga rata-rata sekitar USD 38.585 atau setara Rp 93, juta per bitcoin, termasuk biaya dan pengeluaran.
Analis mengatakan pembelian bitcoin oleh MicroStrategy untuk melindungi nilai aset cadangannya telah membantu memperkuat daya tarik saham perusahaan, yang cenderung bergerak seiring dengan aset digital.
MicroStrategy mulai membeli dan menahan bitcoin pada 2020 karena pendapatan dari bisnis perangkat lunaknya menurun, dan sekarang menjadi pemegang korporat mata uang kripto terbesar.
MicroStrategy, yang mengakhiri 2023 dengan 190.000 bitcoin di neracanya, telah mengindikasikan mereka akan meningkatkan eksposurnya. Dewan direksi MicroStrategy memutuskan untuk mendukung pembagian saham 10 untuk 1 pada Juli, agar lebih mudah diakses oleh investor.
Advertisement