Sukses

Ekonom Sebut Penguatan Dolar lebih Mengkhawatirkan Daripada inflasi untuk Asia

Dolar AS yang kuat adalah kekhawatiran yang lebih besar untuk negara Asia dibanding inflasi.

Liputan6.com, Jakarta Direktur pelaksana di DBS Bank di Singapura, Taimur Baig mengungkapkan, melemahnya nilai tukar dalam menghadapi dolar AS yang kuat adalah kekhawatiran yang lebih besar untuk negara Asia dibandingkan inflasi.

“Kami tidak terlalu khawatir tentang kebijakan yang mendorong inflasi, tetapi kelemahan nilai tukar, likuiditas dolar mengering, hal-hal itu adalah masalah yang lebih besar,” kata Baig kepada “Street Signs” CNBC Asia, dikutip Sabtu (30/7/2022).

Baig mengatakan ada "ruang dan kebutuhan" bagi negara-negara Asia untuk mendukung ekonomi mereka melalui kebijakan fiskal. 

“Di sisi kebijakan moneter, sayangnya tidak ada jeda. Mereka harus menaikkan suku bunga untuk memperlambat ekonomi untuk menjaga neraca berjalan secara berkelanjutan,” ujar Baig.

“Jadi inilah mengapa bahkan negara seperti India, yang menjadi kesayangan investor akhir-akhir ini, saya pikir masih menghadapi tantangan besar memasuki 2023, dan tentu saja, angin sakal besar lainnya di Asia adalah China, karena alasan uniknya sendiri,” lanjut dia. 

Secara terpisah, Direktur pelaksana IMA Asia, Richard Martin mengatakan dolar mendekati puncaknya. Banyak bank sentral dari negara berkembang yang lebih baik akan terus meningkatkan suku bunga untuk mengantisipasi lebih banyak pengetatan di AS.

"Saat mereka menutup kesenjangan imbal hasil itu, dorongan ekstra ke dalam aset dolar AS mulai mereda kembali," kata Martin.

Dia menambahkan, tidak mengharapkan mata uang pasar negara berkembang, melainkan beberapa di antaranya turun 6 persen menjadi 8 persen selama tahun lalu. Dia memperkirakan mata uang ini akan mulai rebound ke level sebelumnya pada awal tahun depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.