Liputan6.com, Jakarta Sejumlah cabang bank milik negara China (Tiongkok) di Hong Kong telah mulai menawarkan layanan kepada perusahaan mata uang kripto lokal.
Ini karena kota tersebut menyambut baik daftar perusahaan mata uang kripto dan aset digital yang ingin memperluas atau pindah ke kota.
Baca Juga
Melansir Yahoo Finance, Selasas (28/3/2023), entitas Hong Kong dari Bank of Communications Co, Bank of China Ltd dan Shanghai Pudong Development Bank telah mulai menawarkan layanan kepada perusahaan kripto lokal atau mengajukan pertanyaan tentang hal yang sama, menurut laporan Bloomberg yang mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Belakangan aset kripto makin banyak diminati warga Indonesia. Jangan asal ikut-ikutan tren, cek beberapa hal ini sebelum kamu memutuskan berinvestasi di aset kripto.
ATM Kripto di AS Diretas, Kerugian Capai Rp 23 Miliar
Salah satu produsen mesin ATM kripto terbesar didunia, General Bytes menemukan sejumlah ATM berhasil diretas hingga menyebabkan kerugian.
Peretasan tersebut memaksa operator mesin ATM kripto yang berbasis di AS untuk ditutup sementara. Peretas mampu melikuidasi 56,28 bitcoin, senilai sekitar USD 1,5 juta atau setara Rp 23 miliar (asumsi kurs Rp 15.343 per dolar AS), dari sekitar 15 hingga 20 operator ATM kripto.
“Kami mengeluarkan pernyataan yang mendesak pelanggan untuk mengambil tindakan segera untuk melindungi informasi pribadi mereka,” kata perusahaan dalam sebuah pengumuman, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (21/3/2023).
Perusahaan juga mendesak semua pelanggan untuk mengambil tindakan segera untuk melindungi dana dan informasi pribadi dan dengan hati-hati membaca buletin keamanan General Bytes.
Buletin keamanan General Bytes mengatakan peretas dapat mengunggah aplikasi Java mereka dari jarak jauh menggunakan antarmuka layanan utama, yang biasanya digunakan oleh terminal untuk mengunggah video.
Peretas juga memiliki akses ke hak pengguna dan juga dapat mengakses database, membaca dan mendekripsi kunci yang digunakan untuk mengakses dana di dompet pelanggan. Selain itu, peretas dapat mengunduh nama pengguna, mengakses kata sandi mereka dan mengirim dana dari dompet kripto.
Menurut statistik onchain, peretas menyedot 56,28 bitcoin senilai sekitar USD 1,5 juta dan juga melikuidasi lusinan cryptocurrency lainnya seperti ETH, USDT, BUSD, ADA, DAI, DOGE, SHIB, dan TRX.
Alamat bitcoin (BTC) yang memegang 56,28 BTC belum memindahkan dana sejak transaksi terakhirnya pada 18 Maret. Beberapa mata uang digital dipindahkan ke lokasi berbeda, dan sebagian kecil dikirim ke platform pertukaran terdesentralisasi (DEX) Uniswap.
Advertisement
Pemain Sepak Bola Brazil Ini Jadi Korban Penipuan Kripto
Pemain sepak bola profesional Brasil Gustavo Scarpa, Mayke Rocha de Oliveira, dan Willian Bigode dilaporkan telah mengalami kerugian lebih dari USD 5 juta atau Rp 76,81 miliar (asumsi kurs Rp 15.363 per dolar AS) karena investasi di perusahaan cryptocurrency palsu bernama Xland.
Melansir Cryptopotato, Minggu (17/3/2023), perusahaan mengatakan tidak menjalankan skema piramida dan berjanji akan mengganti kerugian para korban.
Scarpa, pemain sepak bola Brazil yang bermain untuk klub Liga Premier Nottingham Forest dan Mayke Rocha de Oliveira yang berkompetisi di tim Serie A Brazil Palmeiras diduga didesak untuk bergabung dengan Xland sebagai investor oleh Willian Bigode.
Platform ini menjanjikan pengembalian keuntungan hingga 5 persen per bulan, tetapi sepertinya itu menghabiskan investasi para pemain. Scarpa membagikan 6,3 juta reais (sekitar USD 1,2 juta), sementara Mayke membagikan 4 juta reais (sekitar USD 757.000).
Kedua pemain mengajukan pengaduan ke polisi beberapa bulan lalu. Scarpa baru-baru ini berkomentar mengenai korban penipuan kripto.
"Saya selalu melihat orang bodoh menjadi korban skema piramida dan penipuan. Menemukan diri saya dalam situasi seperti itu sungguh mengerikan," kata Scarpa.
Bigode, mantan rekan setim korban di juara bertahan Brasil Palmeiras membantah membujuk para pemain untuk berinvestasi di Xland. Dia mengatakan dia juga menjadi korban penipuan, kehilangan 17,5 juta reais (lebih dari USD 3,3 juta).
“Saya bukan scammer, saya tidak mengambil uang siapa pun. Saya juga korban, karena saya belum mendapatkan uang saya sendiri sampai hari ini," ujarnya.
Vinicius Salva selaku penyelidik utama kasus ini menyatakan ada “bukti kuat” bahwa Xland beroperasi sebagai skema piramida. Di sisi lain, perusahaan menolak klaim tersebut, dengan mengatakan kerugian investor diakibatkan oleh matinya pertukaran kripto (crypto exchange) FTX pada November 2022. Xland juga berjanji untuk mengembalikan dana para pemain sepak bola.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.