Sukses

Studi: Cegukan Tanpa Henti Bisa Jadi Pertanda Infeksi Virus Corona

Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa cegukan tanpa henti bisa menjadi pertanda infeksi virus Corona

Liputan6.com, Jakarta Sangat sulit untuk menentukan seseorang terinfeksi virus Corona. Hal ini dikarenakan, hampir tak ada satu gejala yang sama untuk banyak orang.

Beberapa pasien virus Corona tidak mengalami gejala sama sekali sementara yang lain mengalami gejala yang agak tak biasa. Belum lagi fakta bahwa gejala baru virus ini masih ditemukan bahkan berbulan-bulan setelah pandemi.

Faktanya, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa gangguan umum yang dialami banyak orang, bisa jadi merupakan pertanda infeksi virus Corona. Gangguan umum tersebut yakni cegukan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Cegukan terus menerus

Sebuah studi pada bulan Juli yang diterbitkan dalam American Journal of Emergency Medicine menemukan bahwa cegukan yang terus-menerus bisa jadi merupakan tanda awal dari Covid-19. Studi ini mengikuti satu pasien khusus, yakni seorang pria berusia 62 tahun.

Lansia tanpa riwayat masalah paru-paru itu mencari bantuan medis setelah mengalami cegukan terus-menerus selama empat hari. Ia juga mengalami penurunan berat badan yang tak bisa dijelaskan sebanyak 11 kilogram selama empat bulan.

 

3 dari 5 halaman

Tak ada gejala Covid yang tampak

Melansir dari Bestoflife, ketika pasien itu dirawat di rumah sakit, tak ada tanda-tanda Covid-19 lainnya. Suhunya hanya 37,2 derajat Celcius dan dia tak menunjukkan gejala hidung tersumbat, sakit tenggorokan, atau sesak napas yang merupakan gejala virus Corona paling umum.

Sebagai gantinya, ronsen dada menunjukkan kekeruhan tak tak berdasar - yang merupakan daerah kabur yang tak biasa - di paru-paru kanan atas, serta paru-paru bagian tengah, dan bawah kiri.

 

4 dari 5 halaman

Menjadi pasien yang diselidiki

Bruce Y. Lee, MD, profesor Kebijakan Manajemen Kesehatan di City University of New York (CUNY) School of Public Health menulis untuk Forbes: "Ini bisa mewakili beberapa jenis radang paru-paru, pendarahan, atau kerusakan." Menurut penelitian itu, kemudian staf medis mengirim tes Covid ke laboratorium dan memasukkan pasien ke unit medis Covid sebagai "pasien yang sedang diselidiki."

Saat tiba di unit medis, suhu tubuh pasien naik mencapai 38,3 derajat Celcius yang dianggap sebagai demam. Dan hanya satu hari setelah dirawat, hasilnya positif untuk virus Corona.

 

5 dari 5 halaman

Masih perlu penelitian lebih lanjut

Laporan itu tak merinci mengapa lansia itu mengalami penurunan berat badan. Tapi karena itu terjadi selama empat bulan, diduga itu tidak terkait virus Corona. Sementara cegukan tanpa henti, dikaitkan oleh para peneliti terhadap infeksi Covid.

"Sepengetahuan kami, ini adalah laporan kasus pertama dari cegukan terus-menerus seperti keluhan yang muncul pada pasien positif Covid-19 dalam literatur pengobatan darurat," tulis para peneliti dalam laporan tersebut.

"Ini menekankan pentingnya evaluasi rinci pada mereka yang mengalami cegukan. Minimal mengambil riwayat menyeluruh, pemeriksaan fisik, diperiksa di laboratorium dasar, dan ronsen dada."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.

    Corona

  • Cegukan adalah kontraksi pada otot diafragma (otot yang membatasi dada dan perut) yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak disadari.

    Cegukan

  • virus corona