Sukses

6 Hoaks Seputar Covid-19 yang Beredar Sepekan, Simak Faktanya

Simak kumpulan hoaks seputar Covid-19 yang beredar dalam sepekan

Liputan6.com, Jakarta- Hoaks seputar Covid-19 masih beredar di media sosial, bahkan jumlahnya terus mingkat. Kondisi ini harus diwaspadai agar kita tidak menjadi korban informasi palsu.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah menelusuri sejumlah informasi seputar Covid-19, hasilnya sebagian informasi tersebut terbukti hoaks.

Simak kumpulan hoaks seputar Covid-19 yang beredar dalam sepekan:

1. Jepang Sarankan Penggunaan Ivermectin untuk Obat Covid-19

Kabar tentang Jepang menyarankan menggunakan ivermectin sebagai obat melawan virus corona Covid-19 beredar di media sosial. Kabar tersebut disebarkan oleh salah satu akun Facebook pada 6 September 2021.

Akun Facebook tersebut menuliskan narasi bahwa pemerintah Jepang telah mengambil keputusan menggunakan ivermectin untuk pengobatan Covid-19.

Berikut narasinya:

BREAKING: Japanese medical association chairman tells doctors to prescribe Ivermectin for COVID

"...four pills should be distributed to everyone in the country, so that people can take them “as soon as you are infected.”~ Dr. Kazuhiro Nagao

The chairman of the Tokyo Medical Association, Haruo Ozaki, held a press conference this week announcing that the anti-parasite medicine Ivermectin seems to be effective at stopping COVID-19 and publicly recommending that all doctors in Japan immediately begin using Ivermectin to treat COVID.

Ivermectin has been a source of controversy amongst medical professionals regarding the possibility of therapeutic treatments for those diagnosed with COVID-19.

Multiple reports and studies have shown evidence that Ivermectin is effective in combatting illness associated with COVID-19, and in some countries, like India, it is recommended for use even though the World Health Organization does not recommend it.

Dr. Ozaki cited evidence from African nations that have utilized Ivermectin during the pandemic. He stated: “In Africa, if we compare countries distributing Ivermectin once a year with countries who do not give Ivermectin… they don’t give Ivermectin to prevent COVID but to prevent parasitic disease… if we look at COVID numbers in countries that give Ivermectin, the number of cases is 134.4/100,000 and the number of deaths is 2.2/100,000.”

In 2019, Japan’s death rate from influenza amounted to 2.9 death cases per 100,000 inhabitants.

The Tokyo Medical Association chairman compared statistics from African countries that did use Ivermectin yearly with those that did not: “Now African countries which do not distribute Ivermectin: 950.6 cases per 100,000 and 29.3 deaths per 100,000.”

In his opinion, he believes that this shows a clear difference between the illness and fatality rates amongst nations that use Ivermectin and those that do not: “I believe the difference is clear. Of course one cannot conclude that Ivermectin is effective only on the basis of these figures, but when we have all of these elements, we cannot say that Ivermectin is absolutely not effective, at least not me.”

He added that, given the situation, other studies can be done to “confirm its efficacy,” insinuating that it is worth using as a treatment, given that in his estimation, Japan is “in a crisis situation.”

He said, “I think we are in a situation where we can afford to give [patients] this treatment.”

Another prominent Japanese physician, Dr. Kazuhiro Nagao, appeared on Japanese television proposing that COVID-19 should be treated as a Class 5 illness as opposed to its current classification as a Class 2. In Japan, illnesses are categorized by a classification system; approaching COVID as a Class 5 illness would mean that it could be treated like a seasonal flu.Dr. Nagao said he has used Ivermectin as an early treatment for over 500 COVID patients with practically a 100% success rate, and that it should be used nationwide.

About the effectiveness of Ivermectin in treating COVID patients, he said: “It starts being effective the very next day… My patients can reach me by message 24/7 and they tell me they feel better the next day.”

Nagao was asked by the TV anchor when patients should take Ivermectin if diagnosed with COVID-19. He replied: “The same day, I mean if you are infected today, you take it today… It is a medication that should be given for mildly ill patients. If you give it to hospital patients, it’s too late. This is also the case for the majority of drugs… So you have to give Ivermectin. I am asking our Prime Minister Suga to distribute this drug ‘made in Japan’ on a large scale in the country.”

He added that four pills should be distributed to everyone in the country, so that people can take them “as soon as you are infected.”

Ivermectin originates from a single microbe unearthed from soil in Japan, and in recent years has been called a “wonder” drug that continues to surprise and exceed expectations. It has shown “unexpected” potential as an antibacterial, antiviral and anti-cancer agent, according to a 2017 article from The Journal of Antibiotics.

The same article stated: “Ivermectin has also been demonstrated to be a potent broad-spectrum specific inhibitor of importin ?/?-mediated nuclear transport and demonstrates antiviral activity against several RNA viruses by blocking the nuclear trafficking of viral proteins.”

Benarkah Jepang menyarankan penggunaan ivermectin untuk pengobatan Covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

2. Ramuan Herbal untuk Obat Covid-19

Informasi tentang ramuan herbal untuk kesehatan paru-paru dan otak beredar di aplikasi pesan WhatsApp. Informasi ini juga mengklaim bahwa resep herbal tersebut bisa dikonsumsi untuk yang sedang mengalami Covid-19.

Berikut adalah narasi yang tersebar:

Resep herbal untuk kesehatan paru2 dan otak

- 1 biji jeruk purut sedang

- 2 nbiji jeruk nipis sedang

- Garam 1 sdt

- Madu 100 ml

- Classic enzyme 1 tutup botol

- Air minum 10 literatau cukup campurkan 1 liter air, tapi sewaktu mau diminum diencerkan lagi 1:10 dengan air minum.

Campurkan semua bahan termasuk kulit jeruk nya ( jeruknya di potong dan peras airnya) masukin jadi satu dan diamkan 10 menit kemudian baru diminum, kalo gak habis bisa simpan di kulkas utk minum besok nya lagi.

Awalnya sy gak ngeh kenapa asisten Dr Rosukon membagikan resep ke sy saat isoman ini utk menjaga melindungi kesehatan paru2 dan otak dan apa kaitan nya dengan otak? Selama ini sy Taunya kena covid-19 itu hanya masalah di pernafasan. Nah setelah sy renungkan dan banyak teman2 yg sesudah selesai isoman mengatakan agak pelupa atau pikun, sy baru mulai paham.

Dan setelah sy ikuti YouTube tentang penjelasan para dokter yg mengatakan bahwa virus Corona tidak hanya menyerah pernafasan dan saraf penciuman kita, tapi juga menginfeksi sistem saraf dan otak. Dari sini sy baru paham Mari jaga kesehatan paru2 dan otak kita dimasa pandemic ini.

-Jokoryanto EEN.

Lalu benarkah ramuan herbal tersebut bisa menyembuhkan pasien dari virus corona Covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

3. Kemenkes Tak Lagi Tanggung Biaya Pasien Covid-19

Beredar di media sosial dan aplikasi percakapan postingan terkait Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang tidak menanggung biaya pasien covid-19. Postingan itu ramai dibagikan sejak tengah pekan kemarin.

Salah satu yang mengunggahnya ada di Facebook. Dalam postingan pada 16 September 2021 terdapat narasi sebagai berikut:

"Ingat mulai 1 Oktober pasien Covid tidak ditanggung Kemenkes lagi, BPJS hanya cover maksimal 18Juta.! Alternatif lain pake Asuransi sendiri. Jaga diri baik-baik,"

Selain itu akun tersebut juga menambahkan narasi "Sudah fix dan benar ya? #kemenkesri"

Lalu benarkah postingan yang menyebut Kemenkes tak lagi menanggung biaya pasien covid-19? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

4. Foto Sertifikat Vaksin dari Tahun 1721

Beredar di Facebook unggahan foto terkait sertifikat vaksin tertua di dunia. Foto tersebut disebarkan oleh salah satu akun Facebook pada 15 September 2021.

Pada unggahan yang memiliki 34 komentar dan disukai 45 warganet terlihat surat sertfikat vaksin yang sudah lusuh dan berisikan narasi sebagai berikut:

"Sertifikat Vaksin tertua di dunia tahun 1721 Masehi. Dikeluarkan oleh khalifah Islamiyah Turki Ustmani. Vaksin itu bagian dari peradaban islam yang maju"

Lalu, benarkah sertifikat vaksin tersebut adalah yang tertua di dunia dan diterbitkan pada 1721? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

5. Informasi Pendaftaran Penerima Vaksin Nusantara

Cek Fakta Liputan6.com menemukan informasi terkait pendaftaran penerima vaksin Nusantara. Informasi tersebut beredar lewat aplikasi percakapan Whatsapp.

Informasi tersebut menyebutkan terkait pendaftaran penerima vaksin Nusantara, masyarakat sudah dapat mendaftar untuk menerima vaksin Nusantara dengan cara menuliskan data diri dan mengirimkannya ke nomor Whatsapp yang tertera.

Berikut narasi lengkap dari pesan tersebut:

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Yg minat gunakan Vaksin NUSANTARA silakan daftar ke prof Nidom,CA melalui nomor WA nya di : +62 811 372 683 dg mengirimkan data diri sbb :

Nama lengkap : .....

Umur : ....

Jenis kelamin: ....

Kota/provini domisili : ...

Tlp : ......

Utk pemetaan nantinya layanan di kota/Provinsi masing2

Tidak dipungut biaya alias GRATIS.....👍

Semoga Desember 2021 sdh bisa dilaksanakan secara masal di seluruh Puskesmas Indonesia, aamiin. KABAR BAIK !* Vaksin Nusantara Dengan Teknologi Dendritik Diklaim Ampuh 100% Hancurkan Semua Jenis Virus Corona (alpha, beta, delta, delta plus, lambda & jenis virus lainnya) :

• Efikasi: 100%• Efektivitas: 100%• Co-morbit: Aman• Wanita Hamil: Aman• Anak-Anak: Aman• Status kehalalan: Halal• Dosis Penyuntikan: 1x• Perlu Booster: Tidak• Menyuntikan mRNA: Tidak• Menyuntikan virus yg dilemahkan (vaksinasi): Tidak• Ada Zat Asing Yang Disuntikkan: Tidak (murni sel darah dari penerima suntikan)• Imunoterapi: Ya• Teknologi Digunakan: Dendritik Sel (Pertama di dunia teknologi Dendritic cell vaccine untuk Covid-19)• KIPI: 0%• Selesai Uji Tahap 3: Oktober 2021

Vaksin Nusantara Sudah Bisa Didapatkan Secara Pribadi/Menerima Permintaan Layanan Secara Individu*.

"Ini insya Allah AMAN, no KIPI no side effect jangka pendek maupun jangka panjang. Karena Nusantara sebenarnya bukan vaksin konvensional (memasukkan virus lemah atau benda asing buatan ke dalam tubuh manusia). Dia masuk kategori imunoterapi bukan vaksin, karena menyuntikan sel darah asli orang yg disuntik itu sendiri. Setelah sebelumnya sel darah tsb 'di-challenge/diadu' lawan campuran macam virus diluar tubuh. Darah yg disetting untuk menang tanding tadi dibersihkan lalu disuntikkan kembali ke dalam tubuh. Inilah yg disebut teknologi Dendritik Cell"

-Prof Nidhom---------------Silahkan bantu share seluas-luasnya.Selamatkan generasi bangsa dari vaksin buatan asing yg meragukan & berbahaya. ✊ 🇲🇨 🇲🇨"

Benarkah informasi pendaftaran penerima vaksin Nusantara? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com di sini.

 

6. Video Rumah Presiden Prancis Disiram Air Tinja karena Terapkan Program Vaksin

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video rumah Presiden Prancis disiram air tinja karena menerapkan program vaksin. Klaim video tersebut diunggah salah satu pengguna Facebook, pada 4 Agustus 2021.

Unggahan klaim video rumah Presiden Prancis disiram air tinja karena menerapkan program vaksin menampilkan krumunan sejumlah orang yang sedang menyaksikan dua kendaraan menyemprotkan cairan.

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut:

"Dieropa dan diAmerika serta Australia mereka SDH tahu ditipu oleh penjual vaksin mereka memberontak !!

Kemarin rmh presiden Perancis disiram air tinja karena program vaksinasi 👇👇😂"

Benarkah klaim video rumah Presiden Prancis disiram air tinja karena menerapkan program vaksin? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com berikut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.