Sukses

Simak 4 Tips Sederhana dari Pakar Agar Tak Terjebak Hoaks

Hoaks semakin bertambah banyak tahun ini seiring adanya pandemi covid-19. Berita palsu mengalir baik melalui media sosial maupun percakapan.

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks semakin bertambah banyak tahun ini seiring adanya pandemi covid-19. Berita palsu mengalir baik melalui media sosial maupun percakapan.

Tak heran hoaks menjadi salah satu masalah terbesar bagi masyarakat saat ini. Hoaks yang tersebar bisa berupa artikel, foto, maupun video.

Segala upaya dilakukan semua pihak untuk mengurangi penyebaran hoaks. Mulai dari memberikan ancaman hukuman hingga menerapkan beberapa kebijakan dari platform media sosial.

Lalu bagaimana cara mudah untuk mengenali hoaks? Berikut rangkumannya seperti dikemukakan Joe Galvin, manajer editor Storyful, website verifikasi informasi online dari Republik Irlandia.

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tips dari Pakar

1. Mencari sumber asli

Jika Anda menemukan kalimat seperti "berdasar dari x" atau "telah dilaporkan" atau "ini klaim dari" maka itu merupakan alarm. Anda harus mencari sumber asli kabar tersebut.

Banyak orang yang tidak punya waktu untuk melakukannya. Padahal ini tak memakan waktu yang lama.

Anda harus mulai bertanya pada diri sendiri "Benarkah ini dari sumber yang asli, apakah ada orang yang benar menyaksikannya, apakah orang itu ada di tempat kejadian, dan apakah orang yang disebut berhubung dengan informasi yang ada."

Jika tidak Anda harus berpikir dua kali untuk menerimanya apakah itu kabar yang benar. Sumber asli bisa ditemukan di website resmi atau akun media sosial dari klaim terkait.

2. Bagaimana perasaan Anda setelah menerima kabar tersebut?

Galvin menyebut salah satu cara untuk mengetahui hoaks atau bukan adalah dengan bertanya pada diri sendiri setelah menerima informasi tertentu.

Apakah Anda ingin membagikannya secepat mungkin? Karena memang hoaks didesain agar mudah disebarkan. Lalu apakah Anda merasa emosional seperti takut atau jijik setelah menerima informasi itu?

Galvin menyebut ketakutan atau reaksi lain yang memainkan perasaan kita merupakan motivator besar untuk membagikan informasi hoaks.

Selain itu masyarakat memang senang rumor, gosip, dan senang jika menjadi orang pertama yang mengabarkan sesuatu.

Di aplikasi percakapan seperti Whatsapp kadang juga dibumbui informasi hoaks cuma kita yang mendapatkannya, padahal informasi itu juga sudah tersebar ke orang lain.

3 dari 4 halaman

Tips Selanjutnya

3. Mencari kebenaran seutuhnya

Beberapa posting atau artikel isinya bisa merupakan hoaks secara keseluruhan. Namun tak sedikit yang mengandung sedikit kebenaran sehingga tampak masuk akal.

Postingan yang narasinya berisi campuran kebenaran dan hoaks memang sangat berbahaya. Postingan atau artikel ini sangat sulit dikenali sebagai hoaks.

Kita bisa mengibaratkannya seperti makanan sehat. Bayangkan jika Anda ingin sehat maka Anda akan makan lima kacang polong dan enam burger dari restoran junkfood. Memang benar ada elemen untuk makanan sehat, padahal sebenarnya makanan itu lebih banyak sampahnya.

Jadi Anda harus memikirkan informasi dengan cara yang sama. Sebutir kebenaran di narasi hoaks lebih berbahaya karena membuat kita berpikir pendek. Kita tidak boleh mencemari pikiran kita dengan informasi buruk hanya karena ada sebutir kebenaran di dalamnya.

4. Hal yang perlu ditanamkan

Ada beberapa hal yang harus ditanamkan saat mendapat informasi dari aplikasi percakapan atau media sosial.

- Apa atau siapa sumbernya: Apakah informasi datang dari sumber terpercaya? Apakah ada bukti kalau klaim itu benar?

- Jangan baca hanya dari judul: Banyak orang membagikan artikel hanya dari judul tanpa membaca isinya.

- Periksa detail informasi dan tanggalnya: Kebanyakan informasi palsu atau hoaks merupakan kejadian yang memang sebenarnya ada namun dari waktu yang sudah lama.

- Bagaimana perasaan Anda: Apakah postingan ini didesain untuk membuat Anda marah, kecewa atau terkejut?

- Tanya diri sendiri "ini postingan serius atau bercandaan": Kadang-kadang satir diartikan salah sebagai berita sesungguhnya.

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.