Sukses

Studi Tunjukkan Nenek-nenek Paling Banyak Bagikan Hoaks Covid-19 di Twitter

Sejak pandemi virus corona covid-19 dimulai, kabar palsu atau informasi salah terkait penyakit ini juga marak beredar. Hal ini bahkan menjadi perhatian khusus bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutnya sebagai infodemi.

Liputan6.com, Jakarta - Temuan menarik terungkap dalam penelitian yang dirilis dalam studi dari peneliti gabungan Universitas Northeastern, Harvard, Northwestern, and Rutgers, Amerika Serikat. Ternyata wanita lanjut usia paling banyak menyebarkan hoaks terkait covid-19 di Twitter.

Sejak pandemi virus corona covid-19 dimulai, kabar palsu atau informasi salah terkait penyakit ini juga marak beredar. Hal ini bahkan menjadi perhatian khusus bagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutnya sebagai infodemi.

Dalam studi kali ini peneliti mengumpulkan tweet terkait covid-19 dari pemilih terdaftar di AS antara Januari hingga September 2020. Jumlah tweet tersebut mencapai hampir 30 juta postingan.

"Rata-rata penyebar hoaks covid-19 adalah wanita berusia 59 tahun. Dan ini jauh lebih tua dari rata-rata pengguna Twitter," ujar David Lazer, Profesor Ilmu Politik dan Ilmu Komputer dan Informasi di Universitas Northeastern, salah satu peneliti dalam studi ini.

"Studi ini menimbulkan pertanyaan baru yakni orang lanjut usia secara umum sebenarnya tidak terpapar hoaks, namun yang bermain Twitter sebaliknya. Kami juga tidak tahu apakah mereka yang menyebarkan hoaks di Twitter percaya dengan cuitan yang ada atau membagikan begitu saja, kami butuh penelitian yang baru."

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Studi Lain

Sebelumnya ada studi yang juga berkaitan dengan hoaks soal covid-19 yang dirilis pada awal tahun. Studi tersebut menunjukkan orang lanjut usia memang lebih banyak menyebarkan berita hoaks.

Namun generasi muda lebih cenderung mempercayainya. Selain itu studi tersebut juga generasi muda percaya pada hoaks yang diterima melalui pesan tertutup seperti Whatsapp dan Facebook Messenger.

Twitter sendiri terus melakukan banyak hal untuk mengurangi hoaks di platformnya. Seperti melabeli postingan yang hoaks terkait covid-19 dan tidak memunculkannya lagi di algoritma agar tidak menyebar. Bahkan dalam beberapa kasus, postingan yang menyesatkan langsung dihapus oleh Twitter.

3 dari 3 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini