Sukses

Barcelona Kurangi Rutinitas Pemainnya yang Puasa Ramadan

Tiga pemain senior Barcelona menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan.

Liputan6.com, Jakarta Barcelona memberi dukungan penuh bagi para pemainnya yang tengah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Mereka mendapat keringanan dalam menjalani rutinitas sehari-hari. 

Seperti dilansir dari Tribuna.com, setidaknya tiga pemain senior Barcelona tengah menjalani ibadah puasa pada bulan ini. Mereka adalah Ousmane Dembele, Miralem Pjanic and Ilaix Moriba. Sebagai pemeluk muslim, ketiganya diwajibkan membatasi kegiatan makan dan minum selama 30 hari penuh. 

Di tengah kompetisi yang tetap berjalan normal, Pelatih Barcelona, Ronald Koeman pun berkonsultasi dengan pakar nutrisi Tona Lizarraga dan chef Adria Ponce untuk memuluskan ibadah para pemainnya. Mereka pun sepakat untuk mengurangi jadwal rutinitas para pemain yang tengah menjalani puasa. 

Tidak hanya klub Barcelona yang menunjukkan dukungannya terhadap ibadah puasa umat Muslim. Salah satu gereja di Catalunya itu itu juga melakukan hal yang sama. Seperti dilansir dari berbagai sumber, salah satu gereja Katolik di Barcelona menyediakan ruang terbuka bagi warga yang beragama Islam untuk berbuka puasa dan salat tarawih. Langkah ini diambil setelah pemerintah Italia membatasi kegiatan di dalam ruangan yang membuat umat Muslim sulit untuk beribadah selama Ramadan. 

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dukungan Gereja di Barcelona

Suara azan juga terdengar berkumandang di Gereja Katolik Santa Anna di Barcelona, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (5/5/2021). Selama Ramadan, gereja itu menjadi tempat berkumpul komunitas Muslim Barcelona. Mereka menyelenggarakan iftar dengan menghadirkan makanan buatan sendiri untuk disajikan kepada sesama Muslim.

Setiap malam ada sekitar 50 hingga 60 Muslim hadir di gereja tua itu, dan kebanyakan dari mereka adalah tunawisma. Mereka berbuka puasa bersama, dan kemudian menjalankan salat Tarawih di bulan Ramadhan. Beberapa sukarelawan gereja juga hadir membantu penyelenggaraan acara tersebut.

Kegiatan Muslim di Gereja Santa Anna ini merupakan gagasan Faouzia Chati, presiden Asosiasi Perempuan Maroko di Catalonia. Ia dan rekan-rekannya dari asosiasi itu biasa menyelenggarakan acara seperti itu di ruang-ruang tertutup di Barcelona.

Namun, pembatasan berkumpul di dalam tempat-tempat tertutup memaksanya untuk mencari ruang alternatif dengan ventilasi yang baik dan ruang untuk menjaga jarak.

 

3 dari 3 halaman

Alternatif di Tengah Pembatasan

Kebingungannya ini didengar Pastor Peio Sanchez, pemimpin Gereja Santa Anna. Ia memenuhi permintaan Chati untuk menggunakan gerejanya untuk kegiatan Muslim.

Faouzia Chati mengatakan, "Orang-orang sangat senang umat Islam bisa berbuka puasa di gereja Katolik, karena agama berfungsi untuk mempersatukan, bukan untuk memisahkan kita."

Pastor Sanchez setuju dengan Chati. Ia memandang kehadiran Muslim di gereja sebagai lambang koeksistensi beragama.

"Pertemuan agama bisa menjadi cara untuk menunjukkan koeksistensi sipil bahwa meskipun memiliki budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, agama yang berbeda, kami lebih mampu duduk dan berbicara daripada kebanyakan politisi, yang pada akhirnya lebih banyak berbicara tentang apa yang membedakan mereka, daripada apa yang bisa mempersatukan kita," jelasnya.

  

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.