Sukses

Bola Ganjil: BFC Dynamo, Musuh Bersama dari Berlin

Simak kisah BFC Dynamo, klub sepak bola yang memiliki hubungan erat dengan polisi rahasia Jerman Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Setiap kompetisi olahraga memiliki antagonis, sosok yang dibenci semua pihak kecuali fans mereka sendiri. Di Amerika Serikat, New York Yankees (bisbol), New England Patriots (American football), Philadelphia Flyers (hoki es), dan Detroit Pistons (basket) mengemban status tersebut karena alasan masing-masing.

Begitu pula di sepak bola. Sejumlah klub, pemain, atau pelatih sudah mendapat cap kurang mengenakkan tersebut. Entah karena dominasi mereka di lapangan atau kepribadian yang kurang elok.

Dari berbagai antagonis dalam sepak bola, kisah BFC Dynamo patut diceritakan lebih lanjut.

Di satu sisi mereka dibenci karena begitu mendominasi. Dynamo mampu menjuara Liga Jerman Timur sepuluh musim beruntun pada 1978/1979 hingga 1987/1988.

Namun, antipati terhadap Dynamo juga disebabkan karena koneksi mereka dengan polisi rahasia Jerman Timur, Stasi.

Saksikan Video Bola Jerman Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Koneksi Stasi

Berdiri 1954, Dynamo merupakan divisi sepak bola dari klub olahraga of SC Dynamo Berlin, yang jadi bagian SV Dynamo. Berstatus asosiasi olahraga, SV Dynamo memiliki presiden Erich Mielke yang kala itu menjabat Menteri Keamanan Negara. Mielke merupakan penggemar sepak bola dan melihat olahraga ini sebagai mesin efektif untuk mengagungkan Jerman Timur dan sosialisme.

Hubungan dengan agen pemerintah membantu Dynamo mengungguli rival dalam banyak hal. Mereka bisa mengumpulkan pemain-pemain terbaik dan memiliki struktur organisasi kuat.

Namun, pengaruh otoritas disinyalir tidak sebatas itu. Mielke disinyalir juga mendorong wasit untuk membantu tim. Caranya lewat penerapan prinsip simbiosis mutualisme.

Wasit Jerman Timur membutuhkan lampu hijau dari Stasi untuk bertugas di kompetisi internasional. Maka jika ingin mendapat izin, Stasi mengharapkan bantuan korps berbaju hitam.

Praktik ini terlihat jelas saat Dynamo menghadapi Lokomotiv Leipzig, Maret 1986. Lokomotiv merupakan rival terdekat Dynamo pada musim itu.

Pada laga ketat, wasit memberi kartu kuning kedua kepada kapten Lokomotiv hanya karena meninggalkan tugasnya sebagai tembok dalam menghadapi tendangan bebas lawan.

Jelang partai berakhir dengan Lokomotiv unggul 1-0, ofisial pertandingan memberikan hadiah tendangan 12 pas setelah pemain Dynamo terjatuh di kotak penalti tanpa alasan jelas.

Dynamo pun menyamakan kedudukan. Beberapa pekan kemudian, mereka memastikan gelar liga berkat keunggulan dua angka atas Lokomotiv. Defisit tersebut tidak akan ada jika Lokomotiv memenangkan duel versus Dynamo. Patut diingat, ketika itu kemenangan masih dihargai dua poin.

3 dari 5 halaman

Senang Jadi Antagonis

Perilaku suporter juga membuat Dynamo kurang disukai. Pendukung Dynamo semula berasal dari mereka yang memiliki hubungan dengan pihak keamanan negara. Namun, kesuksesan tim di akhir 1970-an membuat klub mulai menarik minat kawula muda.

Fans di kelompok usia ini kerap memancing keributan. Mereka kerap berkelahi dengan suporter klub utama di Berlin, FC Union.

Pendukung Dynamo bahkan kerap bebas melakukannya. Pasalnya, polisi tutup mata setiap mereka menggunakan kekerasan terhadap kelompok lain.

Ulah negatif fans juga terlihat di pemain. Mereka menjalankan peran sebagai antagonis dengan senang hati.

Bernd Schulz, yang mengambil penalti pada duel melawan Lokomotiv, menceritakan salah satu pengalamannya ketika menjalani partai tandang.

"Mendatangi tempat seperti Aue, Bohlen, dan Zwickau, masyarakat di sana mungkin tidak melihat jeruk berbulan-bulan. Lalu kami datang dari Berlin, duduk santai di bus setelah mengalahkan tim kesayangan mereka, sembari menyantap bekal makan siang dan jeruk. Mereka langsung mengamuk," ungkapnya.

4 dari 5 halaman

Pembunuhan Berencana?

Stasi juga dicurigai terlibat dalam meninggalnya mantan pemain Dynamo, Lutz Eigendorf, karena kecelakaan mobil di Braunschweig, Jermat Barat, pada Maret 1983.

Berstatus pemain muda berbakat, Eigendorf membelot ke barat setelah laga persahabatan melawan FC Kaiserslautern empat tahun sebelumnya. Kabar ini membuat Mielke marah dan menginstruksikan Stasi untuk mengawasi Eigendorf.

Polisi menutup kasus karena menemukan kadar alkohol di darah Eigendorf tinggi. Namun, saksi mata menyebut Eigendorf tidak dalam keadaan mabuk meski memang sempat menenggak minuman keras.

Setelah Jerman bersatu, terungkap dokumen Stasi yang mengungkap rencana pembunuhan Eigendorf. Selain itu ditemukan bukti aliran dana besar untuk polisi yang bertugas menyelesaikan kasus Eigendorf.

Muncul juga pengakuan mantan anggota Stasi yang diminta menghabisi nyawa sang pemain. Namun, semua informasi ini tidak membuat kasus Eigendorf dibawa ke pengadilan.

5 dari 5 halaman

BFC Dynamo Saat Ini

Setelah Jerman bersatu, Dynamo secepat mungkin menghapus koneksi dengan Stasi. Mereka juga mengganti nama resmi menjadi FC Berlin.

Sayang itu tidak mengurangi keruntuhan klub. Mereka terus turun dalam kasta kompetisi sepak bola Jerman hingga kini berkompetisi di liga regional timur laut, setara dengan Divisi IV.

Tahun 1999, klub memutuskan kembali memakai nama asli. Namun, mereka gagal mendapatkan hak cipta untuk logo awal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.