Sukses

Bola Ganjil: Isidro Langara, Bomber Pertama Perebut Gelar Top Skor di 3 Benua

Simak kisah Isidro Langara, pemain pertama yang menjadi top skor di tiga benua, salah satunya La Liga Spanyol.

Liputan6.com, Jakarta - Pada pramusim 1930, pemuda berusia 18 tahun masuk Stadion Buenavista untuk mengikuti seleksi bersama Real Oviedo. Dia hanya butuh 20 menit untuk meyakinkan pelatih Patrick O'Connell agar merekrutnya.

Ini adalah kisah Isidro Langara. Lahir di Basque, dia mengasah kemampuan sepak bola bersama klub lokal Andoain dan Tolsa CF.

O'Connell melihatnya sebagai berlian tidak terasah dengan kemampuan mencetak gol serta kaki kanan kuat. Namun manajemen Oviedo ragu sebelum akhirnya menuruti keinginan sang pelatih.

Beruntung mereka mendengar saran O'Connell, sosok yang menyelamatkan Barcelona dari kebangkrutan beberapa tahun kemudian. Langara membantu Oviedo promosi ke La Liga usai juara Segunda Division 1932/1933 dengan menjadi top skor kompetisi.

Pada kampanye debut di kasta tertinggi, Langara dan Oviedo langsung mencuri perhatian. Mereka menghancurkan Barcelona 7-3 di laga pembuka dengan Langara mencetak hattrick.

Oviedo mengakhiri La Liga di peringkat enam. Sementara Langara mencetak 27 gol untuk menjadi El Pichichi.

Saksikan Video Sepak Bola Spanyol Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Karier di Real Oviedo

Langara terus menunjukkan produktivitas dan menjadi pemain pertama yang merebut gelar top skor La Liga tiga musim secara beruntun. Statistik menyebutnya menghasilkan 281 gol dari 220 pertandingan bagi Oviedo.

Sebanyak 69 gol, dengan rincian 60 bagi Oviedo dan sembilan untuk Timnas Spanyol, diciptakannya pada musim 1933/1934. Hingga kini angka tersebut masih tercatat sebagai rekor tertinggi di antara pemain Negeri Matador.

Sayang perang saudara pecah di Spanyol. Langara pulang kampung dan menjadi tentara sembari bermain sepak bola.

Dia sempat membela Athletic Bilbao dan Timnas Basque. Saat menjalani tur keliling Eropa, Langara turut mempromosikan perjuangan menjadikan Spanyol menjadi negara republik.

Bersama rekan setim, Langara pergi ke Meksiko karena Bilbao sudah dikuasai tentara Francisco Franco. Mereka kemudian berubah nama menjadi CD Euzkadi dan bermain semusim di liga nasional setempat.

Langara masih menunjukkan ketajamannya. Dia mencetak 15 gol untuk merebut penghargaan sepatu emas serta membawa Euzkadi menduduki peringkat dua.

 

3 dari 4 halaman

Subur di Meksiko dan Argentina

Euzkadi membubarkan diri setahun berselang seiring berlanjutnya perang di Eropa. Pemain berpencar mencari klub ke berbagai penjuru Amerika.

Langara tiba di Argentina dan memperkuat San Lorenzo. Dia memborong seluruh gol kemenangan 4-2 atas tim kuat River Plate pada debut. Langara mengakhiri musim dengan torehan 33 gol dari 34 penampilan dan kembali menjadi top skor.

Pada 1943, Langara kembali ke Meksiko bersama RC Espana. Menghabiskan tiga musim, dia menjadi juara liga plus gelar sepatu emas 1944 dan 1946. Langara pun tercatat sebagai pemain pertama yang memenangkan titel pemain tersubur di tiga benua berbeda, capaian yang kemudian disamai Alfredo Di Stefano.

4 dari 4 halaman

Namanya Diabadikan

Langara pulang ke Oviedo pada 1946. Dia bermain selama dua tahun sebelum gantung sepatu. Pada periode ini, Langara mencoba peruntungan sebagai pelatih di berbagai klub Amerika.

Rapornya tidak bagus meski sempat mempersembahkan gelar bagi Union Espanol (Chile) dan Puebla FC (Meksiko). Langara kembali ke Spanyol di akhir 1970-an dan meninggal dunia tahun 1992.

Pada Mei 2016, 104 tahun setelah kelahirannya, Oviedo mengabadikan Langara sebagai nama jalan menuju Stadion Carlos Tartiere yang baru dibangun. Sebuah penghormatan pantas bagi legenda di sepak bola Spanyol.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.