Sukses

Cerita Paul Gascoigne Buang Hajat di Kaus Kaki Gennaro Gattuso

Tidak banyak yang tahu Paul Gascoigne pernah satu tim dengan Gennaro Gattuso.

Jakarta - Tidak banyak yang tahu Paul Gascoigne pernah satu tim dengan Gennaro Gattuso? Kebersamaan mereka menghadirkan banyak kisag unik.

Satu di antaranya adalah ketika Gascoigne dengan sengaja membuang kotorannya di dalam kaus kaki Gattuso pada hari pertamanya menginjakkan kaki di Glasgow.

Gennaro Gattuso yang kala itu masih berusia 19 tahun resmi bergabung dengan Rangers dari klub Italia, Perugia, pada April 1997. Keterlambatan registrasi dari FIGC (PSSI-nya Italia) membuat Gattuso telat bergabung dengan Rangers. Alhasil, ia harus menunggu sampai musim Liga Skotlandia berakhir.

Manajer Rangers ketika itu, Walter Smith, mengetahui bakat Gattuso ketika menyaksikan sebuah turnamen sepak bola untuk usia muda di Prancis. Tanpa pikir panjang, Smith menghampiri Gattuso dan menawarkannya bergabung. Saat itu, sang gelandang bertenaga kuda itu tak bisa berbahasa Inggris.

Ketidakmampuannya dalam berbahasa Inggris membuat Gattuso, Smith, dan beberapa pemain lain di Rangers kesulitan berkomunikasi. Untungnya saat itu, ada Gascoigne. Gelandang tempramental itu didaulat menjadi penerjemah bahasa buat Gattuso.

Skill berbahasa Italia Gascoigne didapat ketika ia membela Lazio selama tiga tahun mulai dari 1992 hingga 1995. Smith tentunya berharap Gascoigne bisa membantu Gattuso agar lancar berkomunikasi pada tahun pertamanya di Rangers.

Akan tetapi, Paul 'Gazza' Gascoigne tampaknya tak mau sekadar menjadi translator saja. Memang dasar dirinya kerap melakukan tindakan kontroversial, mantan gelandang Timnas Inggris itu jahil dengan membuang fesesnya ke dalam kaus kaki Gattuso.

"Hari-hari pertama saya di Glasgow, Paul Gascoigne buang hajat di kaus kaki saya," kata Gattuso.

"Dia melakukan itu saat saya sedang mandi. Ketika kembali, saya mencium bau kotoran manusia dan itu berasal dari kaus kaki saya," sambung Gennaro Gattuso.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Berkawan Baik Setelahnya

Pada awalnya, guna mengatasi homesick para pemain asing barunya, Walter Smith memboyong empat pemain Italia sekaligus. Selain Gattuso, ada Lorenzo Amoruso (Fiorentina), Sergio Porrini (Juventus), dan Marco Negri (Perugia). Namun pada akhirnya, justru Gattuso lebih lengket dengan Gascoigne.

Pernah suatu ketika, Smith dibuat geleng-geleng kepala karena Gattuso tidak bisa mengontrol diri saat latihan. Banyak pemain Rangers yang cedera akibat tekel keras Gattuso. Smith lalu memerintahkan Gascoigne untuk berbicara kepada Gattuso dan pemain Italia lainnya agar lebih kalem.

Dasar Gascoigne, alih-alih berbicara baik-baik, ia malah 'memberi pelajaran' dengan membuang hajat di kaus kaki Gattuso. Selain itu, Gascoigne juga meminta Gattuso tidak menurunkan intensitas gaya latihan barbar.

Lalu, apakah hubungan keduanya memburuk? Justru tidak. Gascoigne merupakan sosok yang membantu perkembangan karier Gattuso selama di Rangers. Tak cuma berkawan baik di atas lapangan, di luar lapangan, keduanya bak sahabat kental.

Gascoigne seringkali mengajak Gattuso berbelanja pakaian bareng. Dalam satu kesempatan, ia pernah 'menraktir' Gattuso belanja pakaian hingga habis 10.000 pounds.

3 dari 3 halaman

Menyukai Sepak Bola Skotlandia

Skotlandia, terutama di Glasgow, adalah tempat yang cocok dengan karakter Gattuso. Diakuinya, mulai dari gaya hidup hingga sepak bolanya sangatlah mencerminkan karakter gelandang yang dijuluki Si Badak tersebut.

"Saya suka gaya sepak bola Britania. Di sini sepak bolanya 100 persen berlari selama 9 menit. Saya juga bisa melakukan tekel jantan," kata Gattuso.

"Kalau di Italia, pemain yang kena tekel langsung meringis ke wasit. Orang Skotlandia tidak seperti itu. Skotlandia mengajari saya mengombinasikan agresivitas dengan loyalitas. Saya di Rangers bukan pemain bintang, saya bukan pemain individu, saya bermain untuk tim yang mengerahkan segala energi untuk tim. Itu yang saya dapat dari Walter Smith," ujarnya lagi.

Ucapan Gattuso ada benarnya juga. Sebab, sepak bola Italia sejak dulu memang dikenal lambat dan terkesan membosankan. Beda dengan Inggris dan Skotlandia yang terkenal dengan permainan cepat ala kick & rush.

Gattuso bahkan berpendapat bahwa ia baru merasa menjadi pemain sepak bola profesional kala berseragam Rangers.

"Waktu masih di Perugia, dari hati yang terdalam saya merasa mental saya kurang terasah, saya terlalu berhati-hati karena takut melakukan kesalahan," ujar Gattuso.

"Saat saya tiba di Skotlandia, semuanya sangat berbeda. Glasgow adalah tempat di mana untuk kali pertama saya merasa laiknya pesepak bola profesional," ungkapnya lagi.

 

 

Disadur dari: Bola.com (Penulis: Gregah Nurikhsani/Editor: Gregah Nurikhsani, published 24/5/2020)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini