Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Australia tumbuh pada laju paling lambat dalam lebih dari tiga dekade, dengan produk domestik bruto (PDB) hanya meningkat 1 persen dalam setahun hingga Juni 2023.
Ini merupakan tingkat pertumbuhan terlemah sejak resesi awal 1990-an, di luar masa pandemi Covid-19. Pertumbuhan ini jauh di bawah rata-rata jangka panjang sebesar 3 persen, meskipun Australia mengalami lonjakan imigrasi.
Baca Juga
Dikutip dari dailymail, Senin (9/9/2024), Krisis biaya hidup yang membebani warga Australia membuat banyak orang mengurangi pengeluaran, situasi ini mirip dengan periode pembatasan wilayah selama pandemi.
Advertisement
Penurunan ini menyebabkan konsumsi rumah tangga turun sebesar 0,2 persen, penurunan terburuk sejak pertengahan 2021 ketika lockdown diberlakukan di Sydney dan Melbourne akibat varian Delta.
Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers menyebut bahwa kenaikan suku bunga yang agresif telah menghancurkan ekonomi. Sejak 2022, Bank Sentral telah menaikkan suku bunga sebanyak 13 kali untuk melawan inflasi, dan kini suku bunga berada pada level tertinggi dalam 12 tahun, yaitu 4,35 persen.
Suku bunga hipotek variabel naik hingga 68 persen sejak Mei 2022, memberikan tekanan besar pada rumah tangga.
Tantangan besar bagi Perdana Menteri Anthony Albanese dan pemerintah Buruhnya
Australia juga mengalami rekor kebangkrutan bisnis akibat kenaikan suku bunga, menambah tekanan pada perekonomian. Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi Perdana Menteri Anthony Albanese dan pemerintah Buruhnya yang akan menghadapi pemilih pada pemilu Mei 2024.
Meskipun ada bantuan berupa potongan tagihan listrik sebesar $300 yang diumumkan dalam Anggaran Mei dan mulai berlaku pada 1 Juli, dampaknya belum cukup untuk meringankan tekanan biaya hidup.
Dengan tekanan biaya hidup yang meningkat, jumlah kebangkrutan yang tinggi, dan ekonomi yang melambat, pemerintah Buruh menghadapi situasi sulit menjelang pemilu.
Sejarah menunjukkan bahwa kondisi ekonomi yang lemah biasanya memperburuk peluang terpilih kembali bagi pemerintah yang berkuasa, dan Albanese mungkin menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan posisinya pada pemilu 2024.
Â
Advertisement