Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melemah di awal pekan pada Senin, 20 November 2023.
Pelemahan USD terjadi ketika para pedagang memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada bulan Maret 2024, meskipun alat Fedwatch CME hanya menunjukkan kemungkinan 30 persen dari skenario tersebut.
Baca Juga
“Dalam jangka pendek, pasar terfokus pada risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan Oktober, di mana bank tersebut mempertahankan suku bunganya tetap stabil dan memberi isyarat bahwa bank tersebut kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis pada Senin (20/11/2023).
Namun, The Fed kini secara bulat diperkirakan tidak lagi menaikkan suku bunga. Hal itu didukung oleh data inflasi dan tenaga kerja yang lemah menunjukkan bahwa perekonomian AS melambat seperti yang diperkirakan.
“Namun volume perdagangan pasar mata uang juga ditetapkan agak terbatas pada minggu ini, karena libur Thanksgiving,” lanjut Ibrahim.
Sementara itu, dalam upaya mendorong pemulihan ekonominya Bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga acuan pinjaman pada rekor terendah.
People’s Bank of China juga menyuntikkan sekitar 80 miliar yuan likuiditas ke dalam perekonomian, sebagian besar mempertahankan laju suntikan dana tunai untuk mendukung pertumbuhan. Dalam keterangan terpisah, para pejabat Tiongkok berjanji akan memberikan lebih banyak dukungan kebijakan bagi sektor properti yang melemah.
Rupiah Menguat
Rupiah ditutup menguat 47 poin dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 85 point dilevel 15.445 dari penutupan sebelumnya di level 15.492.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.400-15.510,” ungkap Ibrahim.
Proyeksi Konsumi Masyarakat Indonesia di 2024
Sejauh ini, padar optimis terhadap proyeksi tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia pada tahun 2024 mendatang akan menunjukkan tren yang tinggi, didorong oleh perhelatan pemilu yang memicu kegiatan ekonomi.
Selain itu, pemilu juga diyakini akan menggerakkan perekonomian dengan memicu belanja domestik.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 tetap berkisar antara 5-6 persen karena daya beli masyarakat yang masih kuat,” papar Ibrahim. Sebelumnya, konsumsi masyarakat pada kuartal III 2023 tetap stabil.
Hal itu tercermin dari kondisi pasokan dari sektor manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dengan indeks manufaktur (PMI) di atas 50 persen.
Advertisement
Ekonomi Global 2024 Diperkirakan Masih Melambat
Namun, kondisi ekonomi global masih diperkirakan akan melambat pada tahun 2024, dipengaruhi oleh kebijakan moneter ketat dari bank sentral negara maju, seperti Amerika Serikat yang mempertahankan suku bunga acuan bank tinggi sejak 2023.
“Meskipun inflasi global cenderung terkendali, masih ada risiko kenaikan harga komoditas yang dipicu oleh ketegangan geopolitik seperti situasi Rusia-Ukraina atau Israel-Palestina,” Ibrahim menyoroti.
“Kemudian, risiko dari perubahan iklim dan gangguan cuaca El Nino berpotensi menghambat produksi pangan hingga paruh pertama tahun 2024,” lanjutnya.
“Dalam menghadapi dinamika global dan tantangan bervariasi, proyeksi ekonomi tersebut mencerminkan optimisme terhadap ketahanan ekonomi Indonesia, terutama melalui konsumsi yang berkelanjutan dari masyarakat serta pertumbuhan yang beragam di sektor bisnis,” tambahnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.