Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia mencatat pada akhir triwulan II 2023, posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mencatat kewajiban neto USD 253,3 miliar, menurun dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir triwulan I 2023 sebesar USD 254,0 miliar.Â
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, menjelaskan, penurunan kewajiban neto tersebut berasal dari penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).
"Posisi KFLN Indonesia menurun seiring dengan penurunan utang luar negeri di tengah surplus investasi langsung yang berlanjut," kata Erwin dalam keterangan BI, Senin (18/9/2023).
Ia merinci, posisi KFLN Indonesia pada akhir triwulan II 2023 turun 0,6 persen (qtq) menjadi USD 716,0 miliar dari USD 720,1 miliar pada akhir triwulan I 2023.Â
Penurunan tersebut terutama berasal dari posisi kewajiban investasi portofolio dan investasi lainnya sejalan dengan pembayaran surat utang dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo.
Sementara itu, posisi kewajiban investasi langsung meningkat sebagai cerminan optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap terjaga di tengah peningkatan kondisi ketidakpastian keuangan global.Â
Disamping itu, perkembangan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh penurunan nilai instrumen keuangan domestik sejalan dengan penurunan harga saham dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah.
Disisi lain ,posisi AFLN Indonesia menurun dipengaruhi oleh transaksi cadangan devisa sejalan dengan kebutuhan valas untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi likuiditas valas perbankan.Â
Posisi AFLN akhir triwulan II 2023 tercatat sebesar USD 462,7 miliar, turun 0,7 persen (qtq) dari USD 466,1 miliar pada akhir triwulan sebelumnya.Â
"Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan posisi aset cadangan devisa yang dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas perbankan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian," jelasnya.
Sedangkan, posisi aset investasi langsung, investasi portofolio, dan investasi lainnya meningkat. Penurunan posisi AFLN juga dipengaruhi oleh penurunan harga aset dan penguatan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara penempatan aset.
"Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan II 2023 tetap terjagasehingga mendukung ketahanan eksternal," ungkapnya.
Hal ini tecermin dari rasio kewajiban neto PII Indonesia terhadap PDB pada triwulan II 2023 yang berada di kisaran 18,7 persen, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 19,0 persen.
Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang (94,2 persen) terutama dalam bentuk investasi langsung.Â
"Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja PII Indonesia akan tetap terjaga sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi nasional pascapandemi Covid-19 yang didukung sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta otoritas terkait lainnya. Meskipun demikian, Bank Indonesia akan tetap memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian," pungkasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.