Sukses

Ekspor Meroket Sejak Perang Ukraina Pecah, Perdagangan China-Rusia Tembus Rp 1,3 Kuadriliun

Nilai perdagangan bilateral antara Rusia dan China meningkat 40,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Liputan6.com, Jakarta Nilai perdagangan bilateral antara Rusia dan China mencapai lebih dari USD 93,8 miliar atau setara Rp. 1,3 kuadriliun dari Januari hingga Mei pada 2023.

Hal itu diungkapkan dalam data dari Administrasi Umum Kepabeanan China.

Melansir CNN Business, Kamis (8/6/2023) nilai perdagangan bilateral antara Rusia dan China meningkat 40,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Data yang diterbitkan China juga menunjukkan bahwa ekspor negara itu ke Rusia telah mencapai USD 42,96 miliar atau Rp. 639,7 triliun sejak Januari 2023, meningkat 75,6 persen dibandingkan dengan tahun 2022.

Jumlah total nilai perdagangan dan total ekspor telah mengalami lonjakan terbesar sejak perang Rusia Ukraina pecah, dengan Rusia menjadi mitra dagang China yang tumbuh paling cepat di dunia.

Seperti diketahui, Rusia telah terkena sanksi dari negara Barat imbas perang di Ukraina dan telah diisolasi dari sebagian besar ekonomi global.

Sementara itu, pedagangan antara China dan negara atau kawasan lain sebagian besar turun dibandingkan tahun lalu. Taiwan, Korea Selatan, Selandia Baru, dan AS mengalami penurunan terbesar di seluruh dunia, dengan Taiwan menyusutkan perdagangannya dengan China lebih dari 25 persen.

Perdagangan antara Amerika Serikat juga menyusut sebesar 12,3 persen.

Bulan lalu, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan dia memperkirakan perdagangan antara Rusia dan China akan melebihi USD 200 miliar pada tahun 2023.

Mishutin bertemu dengan Perdana Menteri China Li Qiang bertemudan mengatakan China bersedia bekerja sama dengan Rusia untuk mempromosikan kerja sama pragmatis mereka di berbagai bidang dan membawanya ke "tingkat baru".

Mishustin, sementara itu, mengatakan kedua pemerintah sedang melakukan upaya koordinasi" untuk mengimplementasikan kesepakatan yang dicapai antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan mereka ke "tingkat tertinggi", menurut laporan kantor berita negara Rusia TASS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Fantastis, Nilai Perdagangan China-Rusia Diramal Capai Rp 2,9 Kuadriliun di 2023

Diwartakan sebelumnya, nilai perdagangan antara Rusia dan China diperkirakan akan mencapai rekor baru sebesar USD 200 miliar atau setara Rp 2,9 kuadriliun tahun ini. 

Hal itu diungkapkan oleh Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin selama perjalanannya ke China, ketika Moskow semakin terisolasi dari aktivitas ekonomi di negara megara Barat imbas perang di Ukraina.

Rusia telah terkena sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak perang di Ukraina pecah.

"Saya percaya bahwa tahun ini kita akan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan oleh para pemimpin kedua negara dan membawa total perdagangan menjadi USD 00 miliar," kata Mishustin dalam pidatonya di forum bisnis China-Rusia di Shanghai, dikutip dari CNN Business, Kamis (25/4/2023). 

Mishustin juga menyebut, kerja sama energi Rusia dan China tetap menjadi prioritas mutlak.

3 dari 3 halaman

Rusia Lampaui Arab Saudi Sebagai Pemasok Minyak Terbesar ke China

Rusia telah melampaui Arab Saudi untuk menjadi pemasok minyak mentah terbesar di China sejak Februari 2023, menurut sebagian besar statistik dari otoritas bea cukai China.

Rusia dan China juga berencana membangun pipa Power-of-Siberia 2 untuk mengirimkan lebih banyak gas Rusia ke China melalui Mongolia. Proyek ini belum selesai.

Tetapi Putin mengatakan pada bulan Maret lalu bahwa negara ketiga telah menyelesaikan semua kesepakatan untuk menyelesaikan pipa, dan Rusia akan mengirimkan setidaknya 98 miliar meter kubik gas ke China pada tahun 2030 mendatang.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan pasokan energi Rusia ke China dapat meningkat sekitar 40 persen tahun ini, menurut laporan Global Times.

Angka perdagangan USD 200 miliar juga berarti China akan membeli lebih banyak produk pertanian dari Rusia, dan perusahaan China akan memproduksi lebih banyak mobil secara lokal di negara itu, demikian menurut laporan Global Times yang mengutip sejumlah pejabat Rusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini