Sukses

Kisah Dramatis Pria Inggris, Sempat Tak Mampu Bayar Makan di KFC Kini jadi Miliarder Berharta Triliunan

Dalam kisahnya, ternyata Tycoon Robert Bull sempat bangkrut dan kehilangan 3,5 juta euro. Dia kemudian sadar pernah berada dalam masalah keuangan yang amat parah ketika dia dan kedua putranya makan di KFC, tapi tak mampu membayar.

Liputan6.com, Jakarta Sempat mengalami keterpurukan selama hampir tujuh tahun, Tycoon Robert Bull yang akrab disapa Bob saat ini telah bergabung dalam deretan orang terkaya Inggris. Dengan kekayaan senilai USD 3,76 miliar atau sekitar Rp 55,9 triliun, Bob kini menempati posisi ke-88 dalam daftar miliarder Inggris.

Lantas, bagaimana kisahnya?

Dilansir dari news.com.au, Selasa (6/6/2023), Bob dan tunangannya tinggal di rumah besar senilai 10 juta euro dengan arena bowling tiga jalur dan enam garasi ganda untuk menampung koleksi 12 supercar miliknya senilai 4 juta euro. Namun, siapa sangka bahwa tujuh tahun lalu dia tak mampu membayar makanan take away.

Dalam kisahnya, ternyata Bob sempat bangkrut dan kehilangan 3,5 juta euro. Dia kemudian sadar pernah berada dalam masalah keuangan yang amat parah ketika dia dan kedua putranya makan di KFC, tapi tak mampu membayar.

“Saya memasukkan kartu saya dan tidak berhasil. Kartu berikutnya juga tidak berfungsi. Saya sedang mendorong anak bungsu saya, Jack, di kereta dorong bayi. Saya mengembalikan makanan saya dan saya berkata kepada anak saya Bobby, 'Apakah kamu punya uang?',” cerita dia.

“Saya harus meminjam uang sesuai harga KFC dari anak saya yang berusia 12 tahun agar anak-anak saya dapat makan. Ketika anak-anak selesai makan, saya menyeberang jalan dan pergi ke Lloyds Bank. Saya masih merasa emosional tentang hal itu sekarang. Wanita di bank memotong kartu saya di depan saya. Aku merasa seperti sampah. Itu adalah hari terendahku, dan aku membencinya,” lanjut miliarder tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bisnis Taman Karavan

Sebelumnya, kakek Bob juga telah memulai bisnis taman karavan setelah Perang Dunia II dan ayahnya Jack menjadi jutawan. Akan tetapi, semuanya lenyap pada kejadian yang menimpanya pada 1990 silam.

Lalu bersama dengan seorang mitra bisnis, Bob menjalankan grup taman karavan terbesar kedua di negara itu hingga perusahaan mengalami masalah pada 2016. Bob berkata, ”Saya sangat kesepian, sengsara, dan tertekan. Ada rasa malu yang sangat besar dan itu membuat saya putus asa. Saya telah meminjam uang dari orang yang saya kenal sejak kecil dan kehilangannya.”

“Itu membunuh saya karena semua orang yang saya ajak bicara berkata, 'Kamu mengecewakan saya'. Itu menghancurkan hati saya dan membuat saya menangis,” tambahnya.

Setelah tiga bulan tidak bekerja karena depresi, Bob melihat lubang menganga di pasar perumahan dan memiliki ide untuk mengubah taman karavan menjadi desa bungalo, untuk orang yang ingin menjual rumah dan berhemat.

Dia akan membeli rumah lama dengan harga pasar dan menjual bungalo buatan pabrik di komunitas baru, masing-masing dengan drive, taman, dan gudang. Tidak ada biaya, dan pembeli menjaga ekuitas dari penjualan rumah mereka. Dia berkata, “Ayah saya keluar dari semi-pensiun dan membantu saya mengumpulkan 9,7 juta euro dan dalam setahun bisnis ini bernilai 100 juta euro.”

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Bisnis Mampu Berkembang

Pada 2017, perusahaannya RoyaleLife berhasil membangun 20 bungalo di sebuah lokasi dekat Southampton.

Dalam setahun dia telah menjual 100 bungalo baru dan berkata, “Saya melunasi setiap sen yang saya pinjam dan salah satu orang yang menuntut saya sebesar 76.000 euro dan mengajukan saya ke pengadilan kebangkrutan, kami membeli miliknya bisnis dua tahun lalu seharga 43 juta euro.”

Saat ini, perusahaan Bob bernilai 4 miliar euro dan mempekerjakan 2.000 karyawan.

Dia berencana untuk membangun 2.000 bungalo ramah lingkungan setahun, masing-masing menelan biaya kurang dari 200.000 euro hingga lebih dari setengah juta.

Di samping itu, kini Bob pun telah berhasil mengoleksi 12 supercar, termasuk lima Rollers, dua Lamborghini - Aventador dan Urus - plus Ferrari GTS 211-mph. Hal ini tercapai setelah tujuh tahun mobilnya diambil alih selama proses kebangkrutan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini