Sukses

Fantastis, Nilai Perdagangan China-Rusia Diramal Capai Rp 2,9 Kuadriliun di 2023

Perdagangan antara Rusia dan China diperkirakan akan mencapai Rp. 2,9 kuadriliun di 2023. Simak selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta Perdagangan antara Rusia dan China diperkirakan akan mencapai rekor baru sebesar USD 200 miliar atau setara Rp 2,9 kuadriliun tahun ini. 

Hal itu diungkapkan oleh Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin selama perjalanannya ke China, ketika Moskow semakin terisolasi dari aktivitas ekonomi di negara megara Barat imbas perang di Ukraina.

Rusia telah terkena sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak perang di Ukraina pecah.

"Saya percaya bahwa tahun ini kita akan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan oleh para pemimpin kedua negara dan membawa total perdagangan menjadi USD 00 miliar," kata Mishustin dalam pidatonya di forum bisnis China-Rusia di Shanghai, dikutip dari CNN Business, Kamis (25/4/2023). 

Mishustin juga menyebut, kerja sama energi Rusia dan China tetap menjadi prioritas mutlak.

Adapun Perdana Menteri China Li Qiang yang bertemu dengan Mishustin di Beijing, mengatakan bahwa negaranya bersedia untuk bekerja sama dengan Rusia dalam  mempromosikan kerja sama pragmatis mereka di berbagai bidang dan membawanya ke "tingkat baru".

Mishustin, mengatakan kedua negara sedang melakukan "upaya koordinasi" untuk mengimplementasikan kesepakatan yang dicapai antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan mereka bulan Maret lalu ke "tingkat tertinggi", menurut laporan kantor berita Rusia TASS.

Tahun lalu, perdagangan bilateral antara Rusia dan China melonjak hampir 30 persen ke rekor USD 190 miliar, terutama didorong oleh China yang membeli minyak Rusia.

Kemudian di tahun ini, perdagangan mereka terus melonjak, naik 41 persen dalam empat bulan pertama, menurut angka bea cukai China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Lampaui Arab Saudi Sebagai Pemasok Minyak Terbesar ke China

Rusia telah melampaui Arab Saudi untuk menjadi pemasok minyak mentah terbesar di China sejak Februari 2023, menurut sebagian besar statistik dari otoritas bea cukai China.

Rusia dan China juga berencana membangun pipa Power-of-Siberia 2 untuk mengirimkan lebih banyak gas Rusia ke China melalui Mongolia. Proyek ini belum selesai.

Tetapi Putin mengatakan pada bulan Maret lalu bahwa negara ketiga telah menyelesaikan semua kesepakatan untuk menyelesaikan pipa, dan Rusia akan mengirimkan setidaknya 98 miliar meter kubik gas ke China pada tahun 2030 mendatang.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan pasokan energi Rusia ke China dapat meningkat sekitar 40 persen tahun ini, menurut laporan Global Times.

Angka perdagangan USD 200 miliar juga berarti China akan membeli lebih banyak produk pertanian dari Rusia, dan perusahaan China akan memproduksi lebih banyak mobil secara lokal di negara itu, demikian menurut laporan Global Times yang mengutip sejumlah pejabat Rusia.

3 dari 4 halaman

Jepang Tergeser, China Kini jadi Eksportir Mobil Terbesar Dunia

China mengatakan telah menjadi pengekspor mobil terbesar di dunia setelah menyalip Jepang dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Melansir BBC, Senin (22/5/2023) angka resmi menunjukkan China telah mengekspor 1,07 juta kendaraan pada kuartal pertama 2023. Ini menandai kenaikan 58 persen dibandingkan dengan kuartal pertama 2022.

Melejitnya posisi China dalam ekspor mobil didorong oleh permintaan mobil listrik dan penjualan ke Rusia. Sementara itu, ekspor kendaraan Jepang mencapai 954.185, setelah naik tipis 6 persen dari tahun sebelumnya.

Tak hanya Jepang, China juga telah mengambil alih posisi Jerman sebagai pengekspor mobil terbesar kedua di dunia.

Data dari Administrasi Umum Kepabeanan China, negara itu mengekspor 3,2 juta kendaraan pada tahun 2022, dibandingkan dengan 2,6 juta ekspor kendaraan dari Jerman.

Diketahui, pergeseran dari bahan bakar fosil telah membantu mendorong kebangkitan industri kendaraan China.

4 dari 4 halaman

Mobil Listrik

Ekspor kuartal pertama kendaraan energi baru (NEV) dari China, yang mencakup mobil listrik, naik lebih dari 90 persen, dibandingkan tahun sebelumnya.

Perusahaan yang mengelola Tesla di China, yakni SAIC yang didukung oleh investor veteran AS Warren Buffett, adalah salah satu pengekspor NEV teratas China.

Pembuat mobil listrik milik Elon Musk itu bahkan menempatkan pabrik besar di Shanghai yang mengekspor ke berbagai wilayah termasuk Jepang dan Eropa.

'Gigafactory' Tesla di China saat ini mampu memproduksi 1,25 juta kendaraan setiap tahun, dan perusahaan berencana untuk meningkatkan kapasitasnya lebih lanjut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.