Sukses

Sri Mulyani Bocorkan Tantangan Dihadapi Ekonomi Indonesia, Ada Soal Politik

Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2023 tumbuh positif di kisaran 5,03 persen, angka tersebut sedikit meningkat dibanding pertumbuhan sebelumnya yang hanya 5,01 persen yoy.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan saat ini dinamika perekonomian global semakin kompleks. Ke depan, akan semakin banyak tantangan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia.

Dilansir dari instagram @smindrawati, Kamis (11/5/2023), berbagai tantangannya yaitu persaingan geopolitik yang meruncing, perubahan iklim, teknologi digital dan artificial intelligence, serta pandemi.

"Tantangan baru harus dijawab dengan cara yang baru. Tidak bisa hanya kerja rutin. Kita harus mampu berubah dan berinovasi," kata Sri Mulyani.

Hal itu disampaikan Menkeu ketika menyapa para pegawai Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu pada Kamis (10/5).

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga memberikan pesan kepada para pegawai, bahwa menjadi pegawai di Kemenkeu harus siap dalam menghadapi tantangan ke depan.

"Menjadi pegawai di Kementerian Keuangan menuntut kita untuk terus belajar. Hampir setiap hari keuangan negara menghadapi tantangan yang berbeda. Kita dipaksa untuk mampu merespons dan beradaptasi secara cepat, seperti saat krisis pandemi kemarin," ujarnya.

Kendati dihadapkan pada sejumlah tantangan, sebelumnya Menteri Keuangan, mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I-2023 tumbuh positif di kisaran 5,03 persen, angka tersebut sedikit meningkat dibanding pertumbuhan sebelumnya yang hanya 5,01 persen yoy.

Menkeu pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya tetap kuat. Pertumbuhan ini didukung oleh membaiknya mobilitas masyarakat, keyakinan konsumen dan membaiknya daya beli.

Bahkan, bendahara negara ini juga optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai angka 4,5 - 5,3 persen pada tahun 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sulit Naik dari Kisaran 5 Persen, Ini Faktornya

Ekonom senior sekaligus Rektor Unika Atma Jaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko membeberkan pandangannya tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum bisa melebihi kisaran 5 persen.

"Salah satunya adalah karena memang kita tumbuh dari sektor sektor yang tidak menyerap banyak tenaga kerja. Kita tumbuh dari efek kenaikan harga komoditas yang mendongkrak ekspor, yang masih terasa di kuartal I namun berkurang di kuartal II," kata Agustinus, dalam acara diskusi Forum Diskusi Denpasar 12 yang digelar secara daring pada Rabu (10/5/2023).

"Karena basis ekspor kita masih komoditas, dan harga komoditas tinggi, maka penghasilan kita dari ekspor itu relatif baik," bebernya. 

Agustinus menyebut, ekonomi Indonesia secara fundamental lebih banyak ditopang oleh sektor jasa, dibanding sektor manufaktur, pertanian, kehutanan, dan perikanan yang seharusnya bisa menjadi sektor tumpuan untuk masyarakat.

Dia memaparkan data yang menunjukkan pada kuartal pertama 2023, transportasi dan pergudangan merupakan salah satu sektor yang tumbuh paling tinggi di Indonesia, sebesar 15,93 persen, diikuti oleh informasi dan komunikasi sebesar 7,19 persen.

Sementara itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan hanya tumbuh 0,34 di kuartal I 2023, menurun drastis dari kenaikan 4,51 persen di kuartal sebelumnya.

"Hanya segelintir orang saja yang menikmati hasil dari sektor jasa ini dibandingkan manufaktur dan pertaninan," ujarnya.

"Kalau ekonomi Indonesia mau tumbuh lebih dari 5 persen, maka memang harus secara serius membuka peluang strategi kebijakan unuk mendorong industri manufaktur tumbuh lebih tinggi lagi," pungkas Agustinus.

Agustinus menambahkan, untuk mendorong ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi, maka diperlukan adanya re-industrialisasi di masa depan.

3 dari 3 halaman

Indonesia Perhatikan, Ini Bocoran Isu dari Bank Dunia Biar Ekonomi Tahan Banting

Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kahkonen menyoroti tiga hal yang bisa diperhatikan Indonesia dalam upaya mendorong ketahanan ekonomi di masa mendatang.

"Jalur pertama adalah penciptaan mata pencaharian yang berkelanjutan, cara yang paling berkelanjutan untuk keluar dari kemiskinan adalah (kemampuan) untuk bekerja," papar Satu Kahkonen, dalam acara peluncuran laporan Bank Dunia Indonesia Poverty Assessment di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Namun di Indonesia, Satu Kahkonen menyebut, pekerjaan seringkali tidak cukup untuk keluar dari kemiskinan.

"Petani menderita produktivitas rendah yang membatasi pendapatan mereka. Pekerja Non Pertanian baik di daerah pedesaan maupun perkotaan sering terlibat dalam sektor jasa bernilai rendah. Dan meskipun ini adalah kerja keras, sering kali bayarannya tidak cukup untuk keluar dari kemiskinan," katanya.

Kahkonen menyerukan, ancaman produktivitas yang rendah ini perlu diatasi dengan berbagai kebijakan yang saling melengkapi dan memberdayakan sektor swasta, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif.

"Jalur kedua untuk menciptakan lingkaran ekonomi guna mendorong ketahanan ekonomi adalah melindungi rumah tangga dari pukulan, baik pada kesehatan ekonomi, maupun iklim," lanjutnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.