Sukses

Impor Bahan Pangan Bikin Inflasi Januari 2023 Tinggi

Pada Januari 2023, bahan pangan menjadi salah satu pendorong utama kenaikan inflasi. lebih spesifik, masih banyaknya bahan pangan yang didatangkan dari luar negeri atau harus impor menjadi salah satu alasannya.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mengelolaangka  inflasi sesuai dengan target yaitu di bawah 5 persen. Selama ini harga pangan menjadi salah satu penyebab kenaikan angka inflasi. Oleh sebab itu berbagai cara pun dilakukan untuk mengelola harga pangan sehingga tidak membuat lonjakan inflasi.   

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono menjelaskan, pada Januari 2023, bahan pangan menjadi salah satu pendorong utama kenaikan inflasi. lebih spesifik, ia menjelaskan bahwa masih banyaknya bahan pangan yang didatangkan dari luar negeri atau harus impor menjadi salah satu alasannya. 

“Terkait imported inflation ini karena sebagian bahan pangan kita masih tergantung suplai global,” kata Margo di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/2023). Akibatnya harga pangan di Indonesia tergantung pada kondisi ekonomi global.

Saat kondisi global sedang baik, rantai pasok aman, harga komoditas terkendali dan nilai tukar terkendali, maka kontribusinya pangan ke inflasi minim.  

Sebaliknya, jika salah satu komponen tersebut terganggu, maka bisa berdampak terhadap inflasi. Jika rantai pasok terganggu, nilai tukar mata uang tinggi, maka harga pangan akan naik. Bila dalam kondisi tersebut permintaan barang tinggi, maka akan langsung berimbas kepada harga pangan. 

“Impor bahan pangan yang tinggi ini bisa dorong inflasi harga pangan,” kata dia. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inflasi Januari 2023 5,28 Persen, Harga Beras Jadi Biang Kerok

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2023 sebesar 5,28 persen secara tahunan (year on year/YoY) dibanding Januari 2022. Dalam hal ini, harga beras dan komoditas pangan lainnya semisal cabai rawit turut jadi biang keroknya.

"Inflasi tahun ke tahun Januari 2023 terhadap Januari 2022 mencapai 5,28 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono, Rabu (1/2/2023).

Secara bulanan, Margo menyampaikan, inflasi Januari 2023 sebesar 0,34 persen dibanding Desember 2022, atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 113,59 pada Desember 2022 menjadi 113,98 pada Januari 2023.

"Kalau dilihat, komoditas penyumbang inflasi secara bulanan berasal dari beras, cabai merah, ikan segar, cabai rawit, rokok kretek filter," terang kepala BPS Margo.

Margo menyebut angka inflasi beras 2,34 persen di Januari 2023, atau memberikan andil 0,07 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan Desember 2022, dimana terjadi inflasi 2,30 persen dengan andil 0,07 persen.

"Inflasi beras Januari 2023 dibandingkan Januari 2022, dimana saat itu terjadi inflasi 0,94 persen, andilnya kepada inflasi Januari 2022 sebesar 0,03 persen. Kalau dilihat di pergerakan waktunya, inflasi beras ini dibandingkan Desember 2022 terjadi kenaikan, begitu juga dibandingkan Januari 2022," paparnya.

3 dari 3 halaman

Harga Cabai

Sementara untuk cabai merah, di Januari 2023 sebesar 10,90 persen dengan andil 0,04 persen. "Kenaikan secara bulanan ini lebih tinggi dibanding Desember 2022. Bahkan dibandingkan Januari 2022, dimana saat itu cabai merah mengalami deflasi, andilnya pada inflasi deflasi sebesar 0,06 persen," imbuhnya.

Begitu juga untuk ikan segar, terlihat di Januari 2023 ada inflasi 1,39 persen, andilnya 0,04 persen. Angka tersebut dibandingkan periode bulan lalu lebih tinggi, tapi dibandingkan Januari 2022 lebih rendah, yakni 1,43 persen.

"Sementara untuk cabai rawit di Januari ada inflasi 17,85 persen, andilnya 0,03 persen. Ini lebih tinggi dibanding Desember 2022 sebesar 15,77 persen, dan Januari tahun lalu inflasi 0,30 persen," ujar Margo Yuwono.

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.