Sukses

Harga Minyak Dunia Cetak Kenaikan Mingguan Terbesar Sejak Oktober 2022

Harga minyak mentah Brent naik 8,6 persen pada minggu ini. Sementara harga minyak WTI naik 8,4 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik lebih dari USD 1 per barel pada perdagangan Jumat. Dengan kenaikan harga minyak hari ini maka membukukan penguatan mingguan terbesar sejak Oktober.

Kenaikan harga minyak dunia ini terjadi karena dua sentimen besar. Pertama karena pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serkat (AS) menuju level terendah dalam tujuh bulan. Kedua adanya sinyal peningkatan permintaan dari importir utama minyak dunia yaitu China.

Mengutip CNBC, Sabtu (14/1/2023), harga minyak mentah berjangka Brent menetap di USD 85,28 per barel, naik USD 1,25 atau 1,5 persen. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik untuk sesi ketujuh berturut-turut menjadi USD 79,86 per barel, naik USD 1,47 atau 1,9 persen.

Harga minyak Brent naik 8,6 persen pada minggu ini. Sementara harga minyak WTI naik 8,4 persen. Kenaikan pada pekan ini menutupi sebagian besar kerugian yang telah dicetak pada minggu sebelumnya.

Indeks dolar AS merosot ke level terendah dalam lebih dari tujuh bulan, sehari setelah data menunjukkan inflasi turun pada Desember untuk pertama kalinya dalam 2,5 tahun. Penurunan angka inflasi ini memberi harapan kepada Bank Sentral AS akan memperlambat kenaikan suku bunga.

Pelemahan dolar AS cenderung meningkatkan permintaan minyakmentah, karena penurunan nilai tukar dolar AS akan membuatnya harga minyak lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Permintaan China

Sedangkan pembelian minyak mentah China baru-baru ini mengalami kenaikan. Peningkatan juga terjadi pada lalu lintas jalan di negara itu.

Dua hal ini kemudian memicu harapan pemulihan permintaan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu setelah pembukaan kembali perbatasannya dan pelonggaran pembatasan COVID-19 setelah protes tahun lalu.

“Semua orang melihat indikator mobilitas China dan mengarah ke atas, menunjukkan pulihnya permintaan minyak dan mendukung harga minyak,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.

“Hal berikutnya yang harus diperhatikan adalah apakah ini juga berarti impor minyak mentah China yang lebih tinggi dan jika badan energi (IEA, OPEC) merevisi ke atas perkiraan permintaan (kuartal pertama) mereka,” kata Staunovo.

3 dari 3 halaman

OPEC

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, atau sering disebut OPEC+ akan bertemu pada Februari untuk menilai kondisi pasar, dan ada beberapa kekhawatiran bahwa kelompok tersebut dapat memangkas produksi minyak lagi untuk mengangkat harga setelah penurunan baru-baru ini.

“Kami memiliki tujuh hari kemenangan beruntun di bawah pengencangan produksi, tetapi kami masih jauh dari tempat terakhir kali orang-orang OPEC+ memangkas produksi,” kata analis Mizuho Robert Yawger.

OPEC+ telah mengumumkan pengurangan produksi 2 juta barel per hari pada bulan Oktober karena harga minyak global turun di bawah USD 90 per barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.