Sukses

Ekonomi China Melemah, tapi Ekspor RI Jalan Terus

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, melihat perlambatan ekonomi China tidak akan berpengaruh besar terhadap pasokan ekspor RI

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, melihat perlambatan ekonomi China tidak akan berpengaruh besar terhadap pasokan ekspor RI ke Tiongkok, yang dinilainya sudah terlampau bergantung pada Indonesia untuk komoditas bahan baku.

"Sebenarnya sih enggak begitu. memang sekarang kan ekspor kita tertinggi ke China, impor juga juga paling tinggi di China. Tapi kan kalau kita lihat komoditas, itu kan mereka banyak yang bahan baku berasal dari Indonesia," ujar Iskandar di Jakarta, Selasa (6/12/2022).

Menurut dia, relasi antara pelemahan ekonomi China dan ketergantungannya atas komoditas ekspor RI tidak bisa dilihat secara one on one. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu saat ini punya pangsa ekspor tertinggi dengan share 25,7 persen, juga impor sebesar 29,5 persen.

"Tapi kita enggak bisa melihat kalau pertumbuhan ekonomi China melamban otomatis Indonesia ekonominya lamban one on one. Karena mereka membutuhkan bahan baku yang berasal dari Indonesia," imbuhnya.

Iskandar mencontohkan, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil komoditas mineral semisal nikel, bauksit hingga cobalt untuk perangkat kendaraan listrik. Di sisi lain, demand atas komponen penunjang electronik vehicle itu pun masih besar.

"Maka walau terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi itu enggak langsung besar turunnya. Tadi saya bilang kan 25 persen ekspor ke China. Berarti kalau terjadi perlambatan, kalau kita membaca one on one seolah-olah kan berarti kalau setiap 1 persen, 0,25 persen penurunan," paparnya.

"Tapi enggak gitu, karena mereka butuh bahan baku. Memang akan terjadi penurunan, tetapi penurunannya relatif kecil karena China ketergantungannya bahan baku ke Indonesia sangat besar. Jadi walau pertumbuhan ekonominya melambat, tapi untuk sektor-sektor tertentu kebutuhannya sangat besar dia," ungkapnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sektor Idola

Iskandar berujar, China tidak akan menurunkan permintannya untuk sektor-sektor tertentu seperti nikel, cobalt, bauksit yang jadi kebutuhan utama dari EV battery. "Jadi walaupun itu melambat, kebutuhan komponen bahan baku ini tidak akan turun," sambungnya.

Menurut dia, transaksi pasar itu tidak bertolak belakang dengan program hilirisasi pemerintah, karena walaupun bahan bakunya diolah di Tanah Air, tapi pasokannya pasti ke China juga.

"Kita kan belum bisa mengahsilkan EV, tapi kebutuhan EB dunia itu sangat besar. Jadi walau ekonominya melemah, tapi untuk sektor yang saya bilang tadi, nikel, cobalt, tetap tinggi, enggak turun. Mungkin untuk sektor tertentu bisa menurun," tuturnya.

3 dari 3 halaman

China Lockdown 6 Bulan, Ekspor Indonesia Bisa Ambruk

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengingatkan bahwa virus Covid-19 belum lenyap di dunia ini. Ia pun meminta kepada semua pihak agar tetap waspada karena masih ada risiko-risiko yang bisa muncul dari covid-19.

Ia pun bercerita, meningkatkan kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan pandemi masih berlangsung. Peningkatan kasus Covid-19 itu tidak hanya di Indonesia tetapi juga terjadi di negara lain seperti China. Bahkan Pemerintah China menjalankan kebijakan lockdown lagi.

"Walaupun sekarang masih ada 5.000-6.000 (kasus Covid-19) itu belum sepenuhnya hilang," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di acara Kompas 100 CEO Forum 2022 di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/12/2022).

Sekarang ini, kata Airlangga China sudah menerapkan kebijakan penguncian wilayah (lockdown) kembali karena kasusnya meningkat. Kebijakan yang berlangsung selama 6 bulan ke depan dan bisa mengganggu rantai pasok.

"China menerapkan lockdown yang ketat dan ini dilakukan sampai pelabuhan sehingga terjadi disrupsi supply change," kata Airlangga.

Kondisi ini pun perlu diwaspadai Indonesia, sebab banyak komoditas unggulan Tanah Air yang tujuan utamanya di ekspor ke China.

"Negara tujuan utama ekspor kita salah satunya China dan ini akan terganggu juga," kata doa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.