Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus mendorong perkembangan ekosistem kendaraan listrik. berbagai kebijakan relaksasi pun terus diberikan oleh pemerintah pusat. Namun masih ada beberapa kebijakan yang mengganjal salah satunya dari daerah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, salah satu kebijakan yang mengganjal tersebut adalah pajak daerah. Oleh karena itu, Airlangga meminta seluruh gubernur untuk meniadakan pungutan pajak kendaraan listrik.
Baca Juga
"Saya ingin mengimbau kepada gubernur kita kan ada salah satu program yaitu elektrifikasi kendaraan bermotor. Jadi, kalau boleh di Bali, Jakarta (pajak) di nol kan sehingga apple to apple dengan Thailand," kata Airlangga dalam Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah di Jakarta, Selasa (6/12).
Airlangga mengatakan, secara umum pemberian insentif antara pemerintah Indonesia dan Thailand sudah setara dalam pengembangan industri kendaraan listrik. Akan tetapi, pemerintah daerah di Indonesia masih mengenakan pungutan pajak mencapai 12,5 persen.
"Jadi, semua insentif sama. Tapi, dengan ditambahkannya pajak kendaraan bermotor daerah sebesar 12,5 persen kita tidak kompetitif dibandingkan Thailand," ujarnya.
Untuk itu, Airlangga meminta kolaborasi pemerintah daerah untuk membantu percepatan pengembangan industri kendaraan listrik nasional. Mengingat, Indonesia mempunyai potensi besar sebagai pemain utama industri otomotif dunia.
"Kalau enggak susah, elektrifikasi otomotif lari (ke) Thailand," pungkasnya.
Raksasa otomotif AS General Motors bertekad hanya memproduksi kendaraan listrik mulai tahun 2035, dengan perkecualian beberapa jenis SUV dan pickup. Menurut analis mobil listrik adalah tren global dan itu mendorong industri otomotif beralih dari mobi...
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jadi Produsen Kendaraan Listrik Terbesar Dunia, Indonesia Bakal Dibanjiri Investasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meyakini, akan banyak investor berbondong-bondong datang ke Indonesia. Jika Indonesia berhasil membangun sebuah ekosistem yang besar dengan mengintegrasikan nikel, tembaga, bauksit, dan timah untuk kendaraan listrik atau Electronic Vehicle.
“Kalau baterainya jadi, kita tidak usah muter-muter ke investasi. Orang akan datang ke sini, percaya ke saya, karena ekosistem besarnya ada disini,” kata Jokowi dalam Rapimnas KADIN 2022, Jumat (2/12/2022).
Bahkan Jokowi mengaku sudah menghitung, kedepan produksi EV baterai itu 60 persen akan ada di Indonesia. Sehingga, siapapun yang akan membuat mobil dan motor listrik akan datang ke Indonesia, karena bahan bakunya sudah lengkap.
“Saya sudah hitung-hitung nanti produksi EV battery itu 60 persen ada di Indonesia, percaya ke saya. Sehingga siapapun yang ingin membangun mobil dan motor listrik pasti bakal kesini karena lebih efisien barangnya semua ada, tembaganya ada, bauksitnya, untuk mobil badan pesawat semuanya ada disini,” ujarnya.
Namun, menurut Jokowi, mengintegrasikan sumber daya alam yang dimiliki agar menjadi suatu ekosistem yang besar masih dihadapkan dengan kesulitan. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antar Pemerintah pusat maupun daerah serta dengan para stakeholder.
“Yang sulit dari dulu adalah mengintegrasikan itu menjadi ekosistem yang besar. Itu yang tidak pernah kita kerjakan. Ini proyek jalan sendiri, itu jalan sendiri sehingga tidak memiliki nilai tambah yang besar,” ujarnya.
Justru akhirnya Indonesia dimainkan oleh negara lain, karena belum mampu untuk mengintegrasikan kekayaan alamnya menjadi ekosistem besar. Misalnya, tembaga sudah lebih dari 50 tahun ada di Papua, namun smelternya ada di Jepang dan Spanyol.
“Contoh saja, tembaga sudah lebih dari 50 tahun di Papua, smelternya ko ada di Jepang, Spanyol, kita dapat apa? Kita diem saja, terus pengusaha daerah dapat apa, UMKM kita dapat apa? Ini gerbong besar. Inilah ekosistem ini akan dibangun kalau bisa mengintegrasikan itu,” ujarnya.
Advertisement
Bakal Integrasikan
Kendati demikian, Jokowi menyatakan akan berusaha keras untuk menintegrasikan hal itu semua untuk mendorong Indonesia menuju ke peradaban baru, yakni Indonesia emas 2045.
“Saya akan berusaha sekuat tenaga agar ini terintegrasi dan menjadi lompatan negara kita menuju peradaban baru,” ujarnya.
Jika semuanya berhasil diintegrasikan, maka sumber daya alam seperti nikel, tembaga, timah dan bauksit tersebut akan menghasilkan nilai tambah yang lebih besar dari sebelumnya.
“Saya ceritakan mengenai nikel yang dulu ekspor mentah hanya USD 1,1 miliar berarti kira-kira sekitar Rp 18 triliun. Sekarang sudah lebih dari Rp 320 triliun naiknya 18 kali lipat. Itu hanya urusan nikel mentah menjadi stainless steel, belum menjadi EV baterai kemudian menjadi mobil dan pesawat, saya tidak tahu berapa puluh kali lipat nilai tambah itu akan muncul,” pungkasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS