Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia naik sekitar 1 persen, bertahan di level tertinggi dalam 3 minggu. Harga minyak hari ini naik setelah OPEC+ setuju untuk memperketat pasokan global dengan kesepakatan untuk memangkas target produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph), pengurangan terbesar sejak 2020.
Melansir laman CNBC, Jumat (7/10/2022), harga minyak mentah berjangka Brent menetap di posisi USD 94,42 barel, naik USD 1,05, atau 1,1 persen.
Baca Juga
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di level USD 88,45 barel, naik 69 sen, atau 0,8 persen setelah ditutup naik 1,4 persen pada hari Rabu.
Perjanjian antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, muncul menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia dan akan menekan pasokan di pasar yang sudah ketat hingga menambah inflasi.
“Kami percaya bahwa dampak harga dari langkah-langkah yang diumumkan akan signifikan,” kata Jorge Leon, Wakil Presiden sSenior di Rystad Energy.
“Pada Desember tahun ini Brent akan mencapai lebih dari USD 100/bbl, naik dari permintaan kami sebelumnya sebesar USD 89,” jelas dia.
Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan pengurangan pasokan sebenarnya akan menjadi sekitar 1 juta hingga 1,1 juta barel per hari. Bagian pemotongan Arab Saudi adalah sekitar 0,5 juta barel per hari.
Beberapa anggota OPEC+ telah berjuang untuk berproduksi pada tingkat kuota karena kurangnya investasi dan sanksi.
"Negara-negara yang kurang memproduksi tidak akan memangkas produksi," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini
Tak Sesuai Rencana
Bob menilai kemungkinan pemotongan produksi tidak sebesar rencana. "Mungkin Arab Saudi, UEA, Kuwait, dan 'kereta kecil yang bisa' Kazakhstan dapat memangkas produksi ke kuota baru, tapi saya ragu orang lain akan melakukannya."
Pemotongan output terjadi karena Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.
John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York mengatakan jika harga minyak yang lebih tinggi kemungkinan akan memangkas permintaan, yang dapat membatasi kenaikan harga.
“Itulah yang mengurangi cara lain dan mengapa harga telah stabil untuk WTI di bawah USD 90,” kata Kilduff.
Advertisement
Biden Kecewa
Presiden AS Joe Biden menyatakan kekecewaannya atas rencana OPEC+ dan mengatakan Amerika Serikat sedang mencari cara untuk menjaga harga agar tidak naik.
“Ada banyak alternatif. Kami belum mengambil keputusan," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.
Sebelumnya, Gedung Putih mengatakan Biden akan terus menilai apakah akan melepaskan lebih banyak pasokan dari Cadangan Minyak Strategis dan akan berkonsultasi dengan Kongres tentang cara lain untuk mengurangi kendali pasar OPEC dan sekutunya.
Juga mendukung harga, persediaan minyak mentah AS turun 1,4 juta barel menjadi 429,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 30 September, kata Administrasi Informasi Energi.
Bursa saham di New York terjun bebas bersamaan bursa di Asia, Eropa, Amerika Latin, dan wilayah-wilayah lain. Hal ini menguatkan kembali kekhawatiran terjadinya kembali resesi, setelah penguatan Wall Street selama 11 tahun dan di tengah perlambatan e...
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.