Sukses

Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS, Sampai Kapan?

Direktur Riset Center of Reform on Econimics Piter Abdullah memprediksi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan segera mereda

Liputan6.com, Jakarta Direktur Riset Center of Reform on Econimics Piter Abdullah memprediksi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan segera mereda. Lantaran adanya langkah Bank Indonesia yang menyesuaikan suku bunga acuannya.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah bertengger di 15.026 per dolar AS pada Jumat (23/9/2022) pagi. Sebelumnya, Bank Indonesia juga telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen, dalam merespon sentimen The Federal Reserve (The Fed).

"Dengan suku bunga acuan BI sudah naik saya perkirakan pelemahan rupiah akan segera mereda. Bahkan BI bisa mendorongnya kembali kebawah 15 ribu dengan upaya intervensi pasar," kata dia kepada Liputan6.com, Jumat (23/9/2022).

Piter mengatakan, tak ada angka pasti sebagai patokan ideal nilai tukar tersebut. Tapi, harapannya, perubahan nilai tukar tidak terjadi terlalu cepat, akibatnya dunia usaha tidak mampu melakukan perencanaan bisnis.

"Pelemahan rupiah dampaknya berbeda-beda. Perusahaan eksportir atau yang mendapatkan penerimaan dolar justru diuntungkan.  Sebaliknya perusahaan-perusahaan yang memiliki kewajiban luar negeri yang besar dirugikan," terangnya.

"Tetapi selama pelemahan rupiah tidak berlanjut terus. Perusahaan-perusahaan bisa mengantisipasi pelemahan ini secara terukur," tambahnya.

Menurut catatan Liputan6.com, setidaknya posisi nilai tukar rupiah tembus di atas 15.000 per dolar AS telah terjadi dal tiga hari terakhir. Per pagi ini, nilainya cenderung mengalami kenaikan dibanding dua hari lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Langsung Berpengaruh

Piter mengatakan kalau pelemahan nilai tukar ini tak akan langsung memberikan pengaruh ke harga barang impor di dalam negeri. Apalagi pelemahan rupiah belum terjadi berkepanjangan.

Dengan adanya pelemahan rupiah ini, biaya impor disebut akan menjadi lebih mahal. Ini imbas dari konversi biaya yang dilakukan dalam kegiatan impor. Maka, akan juga berpengaruh pada harga jual barang-barang yang sebagian atau seluruh komponennya adalah impor.

"Nggak langsung berpengaruh ke harga barang-barang impor, kalau pelemahannya berkelanjutan baru akan berpengaruh ke harga barang-barang impor," ungkapnya.

Piter menegaskan, dalam mengembalikan posisi nilai tukar rupiah, BI memiliki peran penting. Salah satunya dengan intervensinya kepada pasar.

"Tidak ada (hal lain) yang bisa dilakukan. Ini sama dengan badai di lautan, ga bisa kita apa-apain, kita hanya bisa mengurangi saja, yang punya kemampuan itu hanya BI dengan intervensinya," kata dia.

"Masyarakat perlu dihimbau tidak perlu khawatir, apalagi panik," pungkasnya.

 

3 dari 4 halaman

Belum Membaik

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat pagi melemah tipis masih dipengaruhi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia.

Rupiah pagi ini melemah 3 poin atau 0,02 persen ke posisi 15.026 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.023 per dolar AS.

"Pelemahan rupiah di pagi ini masih terpengaruh oleh kebijakan suku bunga The Fed sebesar 75 basis poin," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Jumat (23/9/2022).

 

4 dari 4 halaman

The Fed

The Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) lagi dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar pada pertemuan mendatang.

Target suku bunga kebijakan The Fed sekarang berada di level tertinggi sejak 2008 dan proyeksi baru menunjukkannya naik ke kisaran 4,25-4,5 persen pada akhir tahun ini dan berakhir 2023 di 4,5-4,75 persen.

"Namun pelemahan ini masih terkendali menyusul kebijakan BI yang cukup mengejutkan dengan menaikkan nilai suku bunga sebesar 50 bps. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi inflasi lokal yg diperkirakan akan naik menyusul kenaikan harga BBM," ujar Revandra.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.