Sukses

Top 3: Harga Minyak Dunia Merosot

Berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Kamis 22 September 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia merosot pada hari Selasa, mengikuti aset berisiko lainnya yang lebih rendah. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun USD 1,77, atau 1,9 persen, menjadi USD 90,23 per barel pada 12:44 malam. EST (1644 GMT).

Minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober berada di USD 84,45, turun 1,49 persen. Kontrak Oktober akan berakhir pada hari Selasa dan kontrak November yang lebih aktif turun USD 0,95, atau 1,21, pada USD 84,03.

Artikel mengenai merosotnya harga minyak dunia tersebut menjadi salah satu artikel yang banyak dibaca. Selain itu masih ada beberapa artikel lain yang layak untuk disimak.

Lengkapnya, berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Kamis 22 September 2022:

1. Dolar AS Perkasa, Harga Minyak Dunia Makin Murah

Harga minyak dunia merosot pada hari Selasa, mengikuti aset berisiko lainnya yang lebih rendah. Ini karena dolar AS tetap kuat dan investor mengantisipasi lebih banyak kenaikan suku bunga bank sentral yang dirancang untuk meredam inflasi.

Federal Reserve AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada hari Rabu untuk mengendalikan inflasi. Ekspektasi tersebut membebani ekuitas, yang sering bergerak seiring dengan harga minyak. Bank sentral lainnya, termasuk Bank of England, juga akan bertemu minggu ini.

Simak berita selengkapnya di sini

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Ajak Migrasi ke Kompor Listrik, Pemerintah Perlu Anggaran Berapa?

Pemerintah bersiap menjalankan program migrasi energi dari kompor gas menuju kompor listrik atau kompor induksi. Untuk tahap awal, sebanyak 30 ribu rumah tangga miskin akan mendapat kompor listrik gratis senilai Rp 1,8 juta. Bila dihitung secara angka, alokasi anggaran yang diperlukan mencapai Rp 54 miliar.

Namun, jumlah tersebut masih jauh lebih kecil dibanding ongkos pemerintah dalam menggelontorkan program subsidi LPG 3 kg, termasuk untuk melakukan impor gas. Pada 2021 saja, realisasi pengeluarannya mencapai Rp 67,62 triliun, termasuk kewajiban kurang bayar Rp 3,72 triliun.

Simak berita selengkapnya di sini

 

3 dari 3 halaman

3. Rupiah Tembus 15.000 per Dolar AS, Bagaimana Nasib Importir?

Nilai tukar rupiah melemah dan tembus level 15.000 per dolar AS. Jika berlangsung cukup lama, pelemahan rupiah ini akan membawa dampak buruk kepada kegiatan impor dan juga memperbesar nilai utang Indonesia.

Pengamat dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita membeberkan dampak turunan dari rupiah melemah. Di sisi impor, akan memperbesar angka yang didapatkan imbas dari konversi mata uang digunakan.

"para importir, produsen domestik yang menggunakan bahan baku atau bahan setengah jadi atau barang modal dari luar, akan menerima dampak negatifnya. Mereka akan membutuhkan lebih banyak rupiah untuk volume barang yang sama dan untuk nominal dolar yang sama," ujarnya.

Simak berita selengkapnya di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini