Sukses

Curhat Sri Mulyani, Putar Otak Kelola Uang Negara di Tengah Gejolak Ekonomi

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui Indonesia hingga saat ini akan terus menghadapi gejolak ekonomi yang terus terjadi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui Indonesia hingga saat ini akan terus menghadapi gejolak ekonomi yang terus terjadi.

Menkeu, menjelaskan Kementerian Keuangan harus mampu untuk berkolaborasi dan bekerja bersama di dalam menjaga keuangan negara sebagai instrumen yang sangat luar biasa penting dalam menghadapi tantangan gelombang yang terus akan terjadi.

"Saya berharap Kementerian Keuangan kita akan terus ikhtiarkan yang cobaan sungguh tidak biasa dan tidak ringan," ujar Menkeu, Jakarta, Jumat (2/9).

Dia menyadari tantangan tidak hanya dari faktor luar saja, seperti geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, tetapi tantangan itu juga ada di dalam negeri.

"Di dalam kita mengelola keuangan negara tantangan bukan hanya dari luar tetapi dari dalam juga ada," terangnya.

Sebelumnya, Menkeu mengatakan kenaikan harga sejumlah bahan pangan dan energi menimbulkan inflasi tinggi di sejumlah negara.

Dia menyebut, di Indonesia tidak semua harga tersebut bisa ditahan supaya tidak berdampak kepada masyarakat.

"Indonesia harus melihat guncangan ini di dalam konteks apa yang harus kita amankan. Yang perlu kita amankan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Kita ingin tidak hanya ekonomi pulih tetapi masyarakat kondisinya membaik," ujarnya di Jakarta, Selasa (7/6).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Curhat Sri Mulyani: Harga Komoditas Global Ganggu Momentum Pemulihan Ekonomi

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, naik turunnya harga komoditas global menjadi salah satu faktor yang akan mengganggu momentum pemulihan ekonomi.

“Komoditas, walaupun hari ini harganya relatif tinggi namun kalau kita lihat tidak hanya level tapi volatilitas yang akan mengganggu banyak sekali kegiatan ekonomi,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers: Nota Keuangan & RUU APBN 2023, Selasa (16/8/2022).

Misalnya, harga natural gas bisa drop dari USD 9 per MMbtu ke USD 5,6 MMbtu, kemudian naik lagi USD 8 MMbtu hanya dalam hitungan bulan atau bahkan minggu. Demikian juga harga batu bara pernah mencapai USD 414 metrik ton, drop ke USD 256 metrik ton hanya dalam waktu 1 minggu dan kemudian naik lagi dan sekarang drop lagi.

“Jadi naik turunnya komoditas ini menjadi salah satu faktor yang akan mengganggu apa yang disebut momentum pemulihan,” tegas Menkeu.

Begitu juga dengan minyak Brent tertinggi ada di USD 126 per barrel, sekarang ada di USD 99,8 per barrel. Bahkan, harga CPO Indonesia pernah mencapai USD 1.700 per ton drop ke USD 866 per ton dan sekarang kembali ke USD 950 per ton.

“Jadi ini adalah fenomena yang akan menjadi perhatian, tidak hanya level namun volatilitas yang akan sangat mengganggu dan akan sangat berdampak kepada masyarakat dan perekonomian,” katanya.

3 dari 3 halaman

Masalah Inflasi

Disisi lain, dengan adanya kenaikan suku bunga dan inflasi yang tinggi maka terjadi capital outflow di berbagai negara emerging. Pada tahun 2022 ini telah keluar capital outflow Indonesia sebanyak USD 50 miliar terutama dari sisi surat berharga negara.

“Ini membuat kita harus waspada karena berarti permintaan terhadap SBN terutama dari asing akan perlu dijaga untuk tidak menimbulkan kenaikan yield yang terlalu besar,” ujarnya.

Sejauh ini, Indonesia mampu menjaga stabilitas SBN karena sekarang kepemilikan asing hanya 15,56 persen. Jika kita lihat yield dari surat berharga negara Indonesia relatif justru mengalami tightening atau pengetatan.

“Inilah yang menyebabkan Indonesia cukup kompetitif tapi tidak boleh membuat kita terlena, dari SBN kita dalam hal ini mengalami koreksi 5,3 persen dan kemudian yield to date ke 9,5 oersen,  kenaikannya kalau kita lihat negara-negara lain bahkan Amerika sendiri kenaikan yield-nya mencapai 87 persen,” pungkas Menkeu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.