Sukses

Komisaris BCA Ingin Buka Mata Dunia akan Indahnya Wisata Gunungkidul

Kawasan Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta secara perlahan tumbuh dan bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta secara perlahan tumbuh dan bangkit setelah dihantam pandemi Covid-19. Kawasan ini memiliki potensi situs wisata yang besar tetapi pengembangannya tertahan.

Hal itu disampaikan langsung oleh Bupati Gunungkidul H Sunaryanta, dalam acara peluncuran Buku Gunungkidul : The Next Bali yang digelar PT. Bank Central Asia Tbk (BCA).

"Setelah dua tahun lamanya pandemi di dalam negeri, ekonomi Gunungkidul mampu tumbuh secara signifikan. Yaitu di angka 5,22 persen,” kata Surnayanta di Pendopo Taman Budaya Wonosari, Yogyakarta pada Jumat (19/8/2022).

Selain sektor pariwisata, Sunaryanta menyebut, pertumbuhan ekonomi Gunungkidul dikuatkan oleh penguatan pendapatan domestik regional bruto dari pertanian, peternakan, juga UMKM, serta perikanan.

Sunaryanta pun memuji sumber daya alam Gunungkidul yang menjadi potensi kemajuan dan pertumbuhan kawasan wisata tersebut.

Sebagai informasi, Gunungkidul tak terlepas dari destinasi wisata geopark (taman bumi) salah satunya Goa Pindul, Goa Jomblang, hingga Air Terjun Sri Gethuk.

"Potensi sumber daya alam di Gunungkidul itu luar biasa, hanya bagaimana ke depan cara menggarapnya,” ucapnya.

Saya ingin pemerintah pusat memperhatikan Gunungkidul karena potensi di wilayah selatan dan Utara sebagai potensi besar. ini yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Kalo di wilayah Selatan sudah mulai diperhatikan dengan baik,” lanjut Sunaryanta.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Buka Mata

Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo sekaligus penulis buku Gunungkidul: The Next Bali mengungkapkan alasan pemilihan judul dalam buku tersebut.

Menurutnya, sumber daya alam yang ada di Gunungkidul tidak kalah indah dari destinasi wisata ternama di Indonesia, seperti Bali dan Mandalika.

Namun, Harinowo menyebut, potensi besar ini belum mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah.

"Karena itu, saya memberanikan diri untuk mencoba membuka mata pemerintah (lewat buku Gunungkidul : The Next Bali),” ujarnya.

Executive Vice President CSR BCA Inge Setiawati, mengungkapkan bahwa potensi dari keindahan sumber daya alam menjadi salah satu pendorong bank tersebut membantu pemberdayaan pegiat sektor pariwisata di Gunungkidul.

"Tidak sedikit lagi sekarang orang-orang mengenal Gunungkidul sebagai daerah wisata yang indah (kekayaan alamnya) bukan lagi daerah yang gersang, atau kekurangan seperi dahulu,” tuturnya.

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kemenparekraf: Baru 25 Persen Usaha Pariwisata di Indonesia yang Tersertifikasi

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Usaha Berbasis Risiko, Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui Direktorat satndarisasi dan Sertifikasi Usaha, terus melakukan bimbingan teknis ke sejumlah kawasan wisata superprioritas.

Salah satunya dilakukan di Kabupaten Gunungkidul pada Rabu (10/8/2022) siang, di kawasan Embung Langgeran. Dipilihnya lokasi tersebut karena Kemenparekraf terus mendorong kemajuan 5 destinasi super prioritas bahkan Indonesia juga ada Global Unesco Geopark Gunungsewu.

"Di Gunungsewu ini kami menargetkan sekitar 40 sampai 50 usaha yang paham dan berkomitmen untuk mematuhi standar usaha pariwsiata," ujarnya.

Kementerian juga akan memberikan kemudahan bagi mereka yang bersedia untuk mengikuti dan menaati standarisasi tersebut. Kemudahan dalam pendaftaran usahanya untuk mendapatkan nomor induk berusaha (NIB).

Menurut Direktur Standarisasi dan Sertifikasi Usaha Kemenparekraf, Oni Yulian, agenda tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha melalui pelaksanaan penerbitan Perijinan Berusaha yang efektif dan sederhana.

“Tentunya pengawasan kegiatan usaha yang transparan, terstruktur, dan dipertanggung jawabkan sesuai peraturan perundang undangan yagn berlaku, itu harapan kami,” jelasnya.

Oni menyebut, setidaknya baru 25 persen pelaku usaha pariwisata di Indonesia yang mengantongi sertifikat standarisasi usaha. Untuk itu, Kemenparekraf terus melakukan pendampingan dan pembinaan teknis bagi pelaku usaha.

“Dari sekitar 128.000 unit usaha, yang terstandarisasi belum ada 25 persennya," katanya

Menurutnya, dalam dunia pariwisata banyak memunculkan usaha wisata. Mulai dari jasa transportasi, akomodasi, souvenir, kesenian dan rumah makan. Namun, banyak pelaku usaha ini yang belum memahami standar dan sertifikasi usaha.

 

4 dari 4 halaman

Standarisasi dan Sertifikasi Usaha

Kementerian terus mendorong kalangan pengusaha sektor pariwisata untuk melakukan standarisasi dan sertifikasi usaha mereka. Caranya dengan melakukan bimbingan teknis dan pendampingan untuk menggapai standarisasi sdan juga sertifikasi tersebut.

“Harapannya akan semakin banyak pengusaha pariwisata yang memahami standarisasi, Selain itu ada bantuan insentif berupa peralatan-peralatan kepada pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif,” jelasnya.

Salah satu peserta Bimtek, Irsyam Sigit Wibowo, Owner Restoran Omah Dhuwur menuturkan, bimbingan teknis ini sangat penting. Saat ini masa pandemi Covid-19 sudah hampir selesai, standarisasi tentang CHSE dan standarisasi restoran cukup dibutuhkan Karena  itu penting supaya tamu yang datang itu aman dan nyaman.

"Kebetulan tamu-tamu kami kebanyakan dari luar negeri, jadi sangat detail memperhatikan tentang kesehatan, kemudian protokol kesehatan. Selama ini pihaknya berusaha memenuhi syarat tersebut," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.