Sukses

Investasi Infrastruktur Berkelanjutan Jadi Kunci Wujudkan Tema Presidensi G20

Investasi terhadap infrastruktur berkelanjutan adalah kunci mencapai pertumbuhan ekonomi global. Ini sejalan dengan tema Presidensi G20 Indonesia Recover Together, Recover Stronger.

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengungkap investasi terhadap infrastruktur berkelanjutan adalah kunci mencapai pertumbuhan ekonomi global. Ini sejalan dengan tema Presidensi G20 Indonesia Recover Together, Recover Stronger.

“Recover Together, Recover Stronger hanya bisa dicapai dengan investasi nyata dan baik, khususnya di sektor infrastruktur yang berkelanjutan,” katanya dalam Virtual Seminar: Joining Forces for Recovery and A Safe, Sustainable Future, Selasa (24/5/2022).

Febrio memandang dengan berinvestasi membangun infrastruktur berkelanjutan akan berdampak pada ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pasalnya, infrastruktur akan menunjang kegiatan ekonomi sosial dan produksi.

“Peran ini juga yang jadi hal kritikal untuk bisa bangkit. Dalam jangka pendek, investasi pada infrastruktur berkualitas akan mendongkrak ekonomi dengan adanya kegiatan konstruksi dan pembukaan lapangan kerja,” katanya.

“Sementara untuk jangka panjang infrastruktur bisa menguatkan competitiveness dan mengakselerasi arus supply chain yang telah terganggu akibat pandemi,” tambah Febrio.

Guna mengejar hal ini, ia menyebut setidaknya bisa menggunakan dua cara. Pertama, infrastruktur berkualitas akan memberikan akses terhadap pasar. Kedua, akan memberikan akses terhadap sektor kepegawaian yang beragam.

“Peran infrastruktur berkualitas tinggi akan bisa memberikan akses yang lebih efisien ke pasar. Investasi ke sektor ini akan mengurangi hambatan perdagangan dan malah akan mengakselerasi perdagangan,” ungkapnya.

Selanjutnya ini akan berdampak baik pada kondisi ekonomi yang bisa memperbaiki tingkat kondisi pasca terdampak pandemi Covid-19.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan Pertumbuhan Ekonomi

Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu membeberkan sejumlah tantangan pertumbuhan ekonomi global yang saat ini dihadapi berbagai negara. Mulai dari pandemi Covid-19 hingga dampak pasca perang Rusia-Ukraina.

Febrio menyampaikan kini semua negara di dunia menghadapi risiko dengan meningkatnya harga komoditas global. Ini juga diprediksi akan semakin parah jika perang Rusia-Ukraina berlangsung berkepanjangan.

“Ekonomi global saat ini sedang dalam keadaan berisiko, dengan itu kita semua harus waspada bahwa pertumbuhan ekonomi global dan prospek pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari prediksi,” katanya dalam Virtual Seminar: Joining Forces for Recovery and A Safe, Sustainable Future, Selasa (24/5/2022).

Ia mengakui perang Rusia-Ukraina ini akan berdampak jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi. artinya, ini menambah beban terhadap upaya pemulihan ekonomi.

 

3 dari 3 halaman

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Bahkan menurut dia, OECD sudah menyebut pertumbuhan ekonomi global bisa terjun sebesar 1 persen jika perang terjadi berkepanjangan. Serta tingkat inflasi akan bertambah sebesar 2,5 persen.

“IMF sendiri telah memprediksi lebih rendah pertumbuhan GDP Global sebesar 0,8 persen, dari semula 4,4 persen menjadi 3,6 persen,” katanya.

Outlook inflasi untuk negara maju juga diprediksi meningkat 1,8 persen, sementara negara berkembang akan meningkat lebih tinggi di angka 2,8 persen.

Lebih lanjut, Febrio menyampaikan dampaknya juga dirasakan di sektor perdagangan global. Ini ditandai dengan meningkatkan harga komoditas di seluruh dunia.

“Tekanan ini bisa mempengaruhi arus suplai dari tahun lalu dan bisa meningkatkan tekanan kedepannya,” ujarnya.

Ia memandang, ini berdampak lebih besar terhadap negara yang berpenghasilan rendah dan negara miskin. Saat ini, kata dia dunia sedang dihadapkan kenaikan harga energi, pangan, dan value chain.

“Ini berarti juga akan berpengaruh pada pasar dan kestabilan ekonomi dimana mengganggu bangkitnya sejumlah negara,” paparnya.

“Disamping itu, ini juga akan berdampak pada iklim investasi di berbagai negara, dimana yang menjadi patokannya adalah kondisi makro ekonomi dan kestabilan ekonomi,” imbuhnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.