Sukses

Saingi Indonesia, Pasar Tenaga Kerja Filipina Tumbuh Pesat

Indonesia dikenal dunia sebagai pengekspor tenaga kerja di dunia melalui Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dikenal dunia sebagai pengekspor tenaga kerja di dunia melalui Pekerja Migran Indonesia (PMI). Warga Negara Indonesia (WNI) kini sudah banyak ditemui di berbagai negara, mulai dari Asia hingga Timur Tengah.

Sebagai negara pencipta tenaga kerja, Indonesia ternyata mendapat saingan dari Filipina. Dalam dekade terakhir, Filipina telah mengamankan cengkeramanya pada outsourching global dan telah berjalan sangat sukses hingga dikenal sebagai ibukota outsourcing dunia.

Industri outsourcing antar negara di Filipina sekarang menjadi bagian mapan dari ekonomi global.

“Pengalihdayaan proses bisnis ke Filipina telah berkembang menjadi industri bernilai miliaran dolar dengan lebih dari 1,3 juta orang bekerja di pusat-pusat BPO saja, di dalam perbatasan Filipina. Untuk bisnis baru atau mapan yang mencari keunggulan kompetitif di pasar global, Filipina harus menjadi tujuan outsourcing proses bisnis yang penting,” kata Ralf Ellspermann, CEO PITON-Global, pemenang penghargaan BPO di Filipina, Kamis (10/2/2022).

Industri outsourcing Filipina telah meningkat secara agresif selama lebih dari satu dekade. Pada tahun 2020, ia tumbuh menjadi USD 26,7 miliar dengan angkatan kerjanya tumbuh 1,8 persen, ketika wabah pandemi global berdampak secara signifikan terhadap ekonomi di Filipina.

Dengan industri yang diperkirakan akan tumbuh 5,6 persen lagi pada tahun 2021, dan pendapatan diperkirakan akan mencapai hampir USD 29 miliar pada tahun 2022, UKM harus mempertimbangkan untuk bermitra dengan vendor premium ini untuk proses bisnis mereka.Ada banyak faktor yang bertanggung jawab atas pertumbuhan yang berkelanjutan dari industri ini.

Pertama, dukungan pemerintah yang berkelanjutan untuk insentif outsourcing. Industri outsourcing di negara ini menikmati tax holiday, pengurangan pajak, hibah, dan keuntungan finansial lainnya yang semuanya dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan. Insentif ini sangat penting untuk pertumbuhan industri yang berkelanjutan.

Kedua, tenaga kerja yang hemat biaya dan jumlah pelamar yang tinggi adalah faktor kunci lain yang mendorong BPO di Filipina. Karyawan baru dapat dilatih untuk peran pekerjaan jarak jauh dengan biaya yang lebih murah di tempat lain di belahan dunia. Tarif upah rata-rata per jam untuk bekerja dengan vendor premium adalah US$14 per jam, sedangkan di AS, misalnya, tarif untuk pekerjaan yang sama adalah USD28 per jam.

Ketiga, tenaga kerja yang sangat terampil dan berkualitas. Filipina menghasilkan orang orang yang paling berpendidikan serta personel outsourcing yang sangat terampil di dunia. Universitas di Filipina mempersiapkan profesional BPO masa depan untuk berkarir di industri dan fokus pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan, seperti TI, AI, dan blockchain.

Keempat, infrastruktur. Perbaikan infrastruktur seperti jalan dan fasilitas, serta infrastruktur teknologi penting lainnya telah membantu mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan selama dekade terakhir.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Kelima, akses ke teknologi kelas dunia. Perusahaan BPO premium di Filipina menginvestasikan kembali keuntungannya ke dalam organisasi mereka dan ini termasuk mempertahankan platform teknologi terkini. Ini berarti organisasi yang bermitra dengan perusahaan ini mendapatkan akses ke teknologi ini tanpa biaya untuk menerapkan, memelihara, dan melatih penggunanya.

Keenam, budaya berbahasa Inggris. Filipina adalah negara yang sangat mahir berbahasa Inggris sehingga membuat outsourcing semakin mudah bagi perusahaan yang ingin bermitra dengan vendor di sana. Hal itu membuat berbisnis dengan mereka menjadi lebih kecil risikonya karena meniadakan komplikasi dan hambatan komunikasi yang melekat di tempat dengan budaya berbahasa Inggris yang kurang berkembang.

Globalisasi ekonomi yang sedang berlangsung menuntut pengusaha, UKM, dan organisasi multinasional besar mencari cara untuk tetap kompetitif. Dengan kesuksesan lebih dari dua dekade, industri BPO di Filipina terus berkembang di semua sektor dengan dukungan pelanggan dan layanan berkemampuan TI yang terdepan.

“Dengan dukungan pemerintah yang berkelanjutan, tenaga kerja yang sangat terampil dan mahir berbahasa Inggris, bersamaan dengan peningkatan infrastruktur yang berkelanjutan, Filipina telah menyelesaikan tugas dan membuktikan dirinya sebagai solusi risiko dan keuntungan yang menarik bagi perusahaan yang mencari setiap kemungkinan keuntungan. Pada akhirnya, semua faktor ini menandakan adanya peluang besar bagi organisasi dengan skala apa pun untuk mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi bisnis, dan mewujudkan ROI (return on investment) yang lebih tinggi,” kata Ellspermann.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.