Sukses

BI Jabarkan Hasil 1st Finance and Central Bank Deputies Meeting Presidensi G20

Pertemuan 1st Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting sebagai rangkaian Presidensi G20 telah dilaksanakan selama dua hari (9-10 Desember 2021) di Bali.

Liputan6.com, Jakarta Pertemuan 1st Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting sebagai rangkaian Presidensi G20 telah dilaksanakan selama dua hari (9-10 Desember 2021) di Bali.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo memaparkan, hasil pertemuan tersebut, salah satunya terkait exit strategy atau normalisasi untuk pemulihan ekonomi global harus dilakukan secara bertahap.

Exit strategy normalisasi itu, bagaimana kemudian normalisasi itu dipandang harus dilakukan secara smooth, secara gradual menghindari adanya prematur normalisasi. Karena tentunya kondisi untuk suatu negara kita pulih sangat tergantung juga dengan beberapa faktor,” kata Dody dalam konferensi Pers di Bali, Jumat (10/12/2021).

Menurutnya, terlalu cepat normalisasi dilakukan akan berbahaya kepada proses pemulihan yang sedang berlangsung. Begitu sebaliknya, jika terlalu lama normalisasi dilakukan juga bisa mengganggu ketidakstabilan dari sistem keuangan jangka menengah panjang.

“Oleh karena itu Exit strategy ini menjadi penting untuk dilakukan secara well calibration, artinya dirancang penuh, direncanakan dengan matang kemudian juga harus dilakukan secara bertahap exit-nya,” ujarnya.

Selain itu, dalam sesi pertama FCBD ini juga dibahas mengenai bagaimana cara mengkomunikasikan secara baik kepada pasar, karena ini akan memberikan kesan positif terhadap persepsi pasar sehingga langkah normalisasi yang dilakukan oleh masing-masing otoritas bisa berjalan baik.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Scaring Effects

Tidak hanya itu, masalah upaya penanganan dampak pandemi (scaring effects) juga menjadi pembahasan. Sebab, jika scaring effects ini tidak didiskusikan secara matang, maka akan mempengaruhi kebijakan struktural global ke depannya, sekaligus menyulitkan ekonomi segera pulih.

“Jadi scaring effects ini juga dilihat oleh beberapa negara member yang hadir di dalam pembahasan, untuk tidak hanya melihat scaring effects dari sektor ekonomi tetapi juga labours, bagaimana dari sisi tenaga kerja juga terganggu karena adanya kebutuhan skills yang berbeda pada saat menuju kepadanya new normal yaitu skills yang lebih mengandalkan kepada digital,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.