Sukses

Menko Luhut Ingatkan Akibat Fatal Indonesia Bergantung ke Komoditas Mentah

Indonesia telah bergantung pada komoditas mentah selama puluhan tahun.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kembali mengingatkan dampak ketergantungan terhadap komoditas mentah dapat berakibat fatal bagi Indonesia. Hal ini karena harga komoditas bahan mentah sangat fluktuatif.

Apalagi, Indonesia bercita-cita lepas dari statusnya sebagai negara berkembang, dan menjadi negara maju pada tahun 2045.

Contoh dampak negatif dari ketergantungan tersebut adalah menurunnya angka ekspor Indonesia ketika commodity boom berakhir setelah tahun 2013.

"Ketergantungan ini pun mengganggu jalannya industrialisasi, karena membuat kita cenderung berpuas diri, terutama ketika harga komoditas dunia sedang tinggi – padahal banyak faktor eksternal yang mempengaruhi harga tersebut," ujar Luhut Binsar Pandjaitan seperti dikutip Senin, 22/11/2021).

Akibat memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, dia mengakui jika Indonesia telah bergantung pada komoditas mentah selama puluhan tahun.

Belajar dari pengalaman pahit tersebut, pemerintah, telah melakukan berbagai upaya  supaya Indonesia dapat melakukan hilirisasi sumber daya mineralnya.

“Jika melihat dari nikel saja, kita dapat melihat keberhasilan hilirisasi ke arah stainless steel dengan ekspor besi baja pada tahun 2020 mencapai USD 10,9 miliar, hampir 10 kali nilai ekspor pada 2014 sebesar USD 1,1 miliar. Pembangunan ini juga berimbas ke meningkatnya lapangan kerja terutama di bidang teknologi”, urai Luhut.

Dia pun meminta agar masyarakat seperti mahasiswa dapat berfikir inovatif/out of the box soal pengolahan komoditas mentah.

Namun demikian, dia mengakui jika sumber daya manusia Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan industri, sehingga masih mengandalkan pekerja asing untuk pengoperasian beberapa mesin tertentu meski porsinya kecil. Keberadaan mereka dikatakan kurang dari 10 persen total tenaga kerja.

Agar tidak terlalu lama bergantung pada tenaga kerja asing, Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah terus mendorong industri melakukan transfer pengetahuan dan teknologi supaya masyarakat Indonesia dapat meraih manfaat di kemudian hari

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak ke Daerah

Sementara itu, dampak positif secara ekonomi yang dirasakan oleh daerah-daerah yang melakukan hilirisasi nikel adalah selama masa pandemi pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah tersebut terjaga.

"Contohnya PDRB Sulawesi Tengah yang tidak mengalami kontraksi sama sekali sepanjang 2020 hingga saat ini, meskipun daerah lain dan PDB Indonesia mengalami kontraksi dalam terutama pada kuartal II-2020," tuturnya.

Disisi lain, Menko Luhut menyebutkan bahwa pada era yang dinamis ini, isu energi dan sumber daya mineral memasuki babak baru.

Dengan makin memburuknya dampak perubahan iklim, banyak negara-negara di dunia terus memperbarui memperbaharui target emisi mereka.

"Karena secara jangka panjang, perubahan iklim, terutama yang diakibatkan aktivitas manusia (man-made), dapat mengancam kehidupan kita semua," ujarnya.

Sebagai perwujudan komitmen akan iklim, Menko Luhut menceritakan bahwa  berbagai negara memajaki karbon, baik secara langsung maupun dengan menerapkan sistem perdagangan karbon dengan sektor yang paling umum tercakup adalah transportasi darat dan pembangkit listrik.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.