Sukses

Hilirisasi Bikin Nilai Tambah Batu Bara Naik 5 Kali Lipat

Penggunaan beberapa teknologi dalam pengolahan batu bara bisa menghasilkan nilai tambah dalam proses hilirisasi.

Liputan6.com, Jakarta Banyak negara mencoba meninggalkan energi fosil seperti batu bara. Hal ini untuk mendukung energi bersih demi keberlangsungan kehidupan.

Indonesia pun juga mulai mengembangkan energi baru terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Namun memang saat ini Indonesia masih ketergantungan pada energi fosil. Selama 25 tahun mendatang, kebutuhan penggunaan energi fosil diprediksi tumbuh 5,2 persen.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin mengatakan, perlu adanya hilirisasi dalam penggunaan batu bara sebagai sumber energi. Selama ini batu bara hanya dibakar untuk menghasilkan listrik dari Pembangkit Listrik negara Uap (PLTU).

"Yang harus kita lakukan sekarang dalam konteks batu bara ini hilirisasai harus jalan," kata Arviyan dalam Webinar Potret Energi Indonesia di acara Tempo Energy Day 2020, Jakarta, Rabu (21/10/2020).

Batu bara tak hanya digunakan untuk PLTU. Penggunaan beberapa teknologi dalam pengolahan batu bara bisa menghasilkan nilai tambah dalam proses hilirisasi.

Penggunaan teknologi dalam pengolahan batu bara bisa menghasilkan beberapa produk seperti dimetil eter (DME) yang bisa digunakan sebagai pengganti LPG. Selain itu, juga bisa menghasilkan metanol dan polipropilena.

Selain itu batu bara juga bisa diolah menjadi activity carbon sehingga bisa digunakan untuk pengolahan air misalnya.

Arviyan mengatakan proses hilirisasi ini sudah banyak dilakukan berbagai negara maju. Salah satunya di China.

"Banyak teknologi yang sudah ada dan terbukti sekarang hilirisasi ini sudah terbukti baik di China maupun dengan negara lain," kata dia.

Proses hilirisasi ini kata dia akan meningkatkan nilai tambah dari batu bara. Tak tanggung, Arviyan mengatakan batu bara yang diolah menjadi DME akan meningkatkan 5 kali lipat nilai tambahnya.

"Untuk kognifikasi DME itu nilainya akan menjadi 5 kali lebih tinggi yang digunakan untuk bahan bakar pengganti LPG," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jadi Substitusi LPG, Pemerintah Sebut Harga Gas dari Batu Bara Bisa Lebih Murah

Sebelumya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM Dadan Kusdiana meyakini harga Dimethyl Ether (DME) atau gas dari batu bara sebagai pengganti liquified petroleum gas (LPG) akan lebih murah.

Hal itu dikarenakan DME memiliki kandungan energi yang lebih sedikit dibandig LPG. Ditambah lagi, DME diproduksi di dalam negeri dengan memanfaatkan stok batu bara dalam negeri, yang pastinya lebih ekonomis daripada impor.

"Harganya nanti, pastinya harus lebih murah dalam satuan kilogram dibandingkan LPG karena kandungan energinya lebih sedikit," jelas Dadan dalam pemaparannya kepada awak media, Rabu (22/7/2020).

Sebagai informasi, DME ialah salah satu alternatif sumber bahan bakar yang sedang dicanangkan pemerintah bisa mengganti penggunaan LPG. Menurut Dadan, DME memiliki kemiripan sifat dengan LPG, namun memiliki pembakaran yang lebih cepat karena sifat senyawanya sederhana (mengandung CH3OCH3).

Selain itu, DME juga mudah terurai di udara sehingga tidak merusak lapisan ozon, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx serta tidak mengandung sulfur.

3 dari 3 halaman

Sudah Teruji

Secara teknis, DME sudah teruji di beberapa titik rumah tangga, seperti di wilayah Jakarta, Palembang dan Muara Enim. Dalam uji terap yang dilakukan Balitbang ESDM kepada 250 KK pada tahun 2017, 2019 dan 2020, terdapat beberapa hasil penggunaan campuran DME.

"Untuk rumah tangga, hasilnya ialah mudah dalam menyalakan kompor, stabilitas nyala api normal, mudah dalam pengendalian nyala api, warna api biru, meskipun waktu memasak lebih lama, 1,1 hingga 1,2 kali dari LPG," jelas Dadan.

Kendati, secara keekonomian, pihaknya belum bisa memastikan harga pasti DME ini. Ada beberapa hal yang masih harus dikaji lebih lanjut.

"Pertama, harga LPG, karena nanti akan kita bandingkan dengan harga DME. Kedua, dari sisi bahan baku, termasuk dari harga DME secara internasional, ini sedang diteliti Balitbang (ESDM)," jelasnya.

Yang jelas, jika nanti DME bisa menjadi substitusi LPG, pemerintah akan tetap memberikan subsidi, meskipun jumlahnya kemungkinan tidak lebih besar dari subsidi LPG.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.