Sukses

Para Pekerja di Sektor Ini yang Paling Menderita Akibat Resesi

Pandemi juga mengancam sebagian besar pekerjaan, dengan tingkat dampak yang berbeda-beda.

Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 membawa sejumlah negara terperosok ke jurang resesi. Indonesia sendiri diprediksi akan mengalami resesi teknikal jika pertumbuhan ekonomi kuartal IV mengalami minus.

Pandemi juga mengancam sebagian besar pekerjaan, dengan tingkat dampak yang berbeda-beda. Kendati, beberapa pekerjaan ternyata memiliki potensi lebih besar terhantam dampak Covid-19 dibanding pekerjaan lainnya.

Mengutip laman Yahoo Finance Australia, Senin (19/10/2020), pekerjaan yang dimaksud meliputi buruh pabrik, pekerjaan di sektor pariwisata, pekerja seni, pekerja restoran dan hotel, pekerja tambang, pekerja transportasi, pekerja konstruksi, dan pekerja di bidang real estate.

Alasannya bisa diprediksi. Pekerja di bidang hiburan, seperti pariwisata, travel, dan seni, mengalami penurunan kinerja yang tajam karena masyarakat menjaga dengan ketat uang mereka di saat krisis atau resesi.

Mereka akan lebih sering menyimpan uangnya untuk kebutuhan darurat dan tak terduga daripada membelanjakannya untuk hiburan atau membeli hunian (real estate).

Ditambah lagi, protokol kesehatan seperti physical distancing atau jaga jarak membuat pertunjukan seni tidak bisa dilakukan di tengah keramaian. Demikian pula acara makan-makan di restoran dan jalan-jalan bersama ke tempat wisata.

Kemudian, buruh pabrik terancam digantikan dengan tenaga mesin. Wacana ini sudah menjadi perbincangan bahkan sejak pandemi belum melanda.

Perusahaan akan lebih memilih berinvestasi untuk mesin yang lebih cepat dengan teknologi yang lebih mutakhir ketimbang mempekerjakan manusia. Apalagi, di tengah pandemi ini penggunaan teknologi mengalami pertumbuhan yang pesat.

Di bidang pertambangan, laporan IBS World menemukan bahwa minimnya permintaan minyak dan gas di seluruh dunia berdampak pada jam kerja dan gaji para pekerja tambang. Perusahaan juga melakukan beragam efisiensi untuk mempertahankan bisnis mereka.

Hampir sama seperti sektor pertambangan, pekerja di sektor transportasi juga diprediksi terhantam dampak pandemi lebih besar. Hal ini dikarenakan perdagangan internasional juga mengalami penurunan kinerja.

Sementara pekerja konstruksi terancam berhenti bekerja karena rantai pasok proyek yang terhambat, anggaran yang disefisiensi, serta penerapan physical distancing.

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tekan Dampak Resesi, Masyarakat Diminta Beraktivitas Secara Normal

Chief Economics Danareksa Research Institute, Moekti Prasetiani Soejachmoen, meminta masyarakat tetap tenang dalam menyikapi potensi resesi secara teknis di tahun ini. Sebab, terjadinya resesi dinilai bukan merupakan akhir segalanya.

"Di kuartal II kita minus sebesar 5,32 persen dan di kuartal III diperkirakan akan minus walaupun tidak sebesar kuartal II, berarti secara teknis masuk resesi. Namun, kita tidak terlalu terpaku pada kata-kata resesi itu sendiri. Karena resesi itu suatu yang bukan segalanya," tegas dia dalam webinar bertajuk "Merajut Asa 2021: Vaksin Bikin Makin Yakin", Kamis (15/10).

Menurutnya, justru di situasi ekonomi sulit akibat pandemi Covid-19 ini masyarakat diimbau tetap tenang. Sehingga dapat melakukan aktivitas ekonomi secara normal.

Diantaranya dengan tetap melakukan aktivitas produksi untuk memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri. Serta tidak menahan kegiatan konsumsi untuk menstimulus faktor permintaan di masa kedaruratan kesehatan ini.

Alhasil, sambung dia, akan mampu mendorong proses percepatan pemulihan ekonomi nasional. Juga mengurangi tingkat kedalaman potensi resesi yang terjadi di Indonesia.

"Jadi, untuk segera keluar dari situasi ini maka kita perlu melakukannya kegiatan ekonomi baik berbelanja maupun produksi. Kalau tidak nanti malah resesi makin dalam karne kita tidak melakukan kegiatan ekonomi," terangnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 sebesar 0 persen hingga -2 persen. Apabila nantinya ekonomi tercatat negatif maka secara teknik Indonesia masuk zona resesi. Meski demikian, hal ini bukan sesuatu yang sangat buruk.

"Kalau kita lihat aktivitas masyarakat sama sekali belum normal. Oleh karena itu, kalau secara teknik nanti kuartal III ada di zona negatif maka resesi itu terjadi. Namun itu tidak berarti bahwa kondisinya adalah sangat buruk," ujar Sri Mulyani usai rapat kerja dengan DPR, Jakarta, Senin (7/9).

Sri Mulyani melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibanding negara-negara lainnya yang mengalami kontraksi ekonomi hingga negatif 20 persen. Bahkan negara-negara tersebut sudah lebih dulu memasuki zona resesi dibandingkan dengan Indonesia.

"Karena kalau kita lihat, kontraksinya lebih kecil dan menunjukkan adanya pemulihan di bidang konsumsi, investasi melalui dukungan dan belanja pemerintah akselerasi cepat. Dan kita juga berharap ekspor sudah mulai baik, kita lihat satu bulan atau beberapa bulan terakhir terjadi kenaikan yang cukup baik," paparnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

3 dari 3 halaman

Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.