Sukses

Dibuka Menguat, Rupiah Diprediksi Stagnan Sepanjang Hari Ini

Rupiah dibuka di angka 14.685 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Kamis pekan ini. Namun menjelang siang, Rupiah kembali melemah.

Mengutip Bloomberg, Kamis (15/10/2020), rupiah dibuka di angka 14.685 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.717 per dolar AS. Hingga pukul 10.30 WIB rupiah berbalik melemah hingga berada di level 14.717 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.685 per dolar AS hingga 14.717 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 5,91 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.760 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.780 per dolar AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah diprediksi bergerak datar seiring potensi tertundanya kesepakatan atas stimulus lanjutan di Amerika Serikat (AS).

"Isu stimulus AS mungkin memberikan tekanan untuk rupiah setelah Menteri Keuangan AS memberikan penegasan bahwa kesepakatan stimulus bakal terjadi setelah pemilu presiden karena banyak perbedaan yang belum disepakati," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Kamis (15/20/2020).

Selain itu, lanjut Ariston, pasar juga mewaspadai rencana demo buruh yang akan berlangsung selama sepekan ke depan

"Tapi di sisi lain aksi net buy asing di pasar saham Indonesia bisa membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston.

Ia menuturkan melihat faktor-faktor di atas, rupiah mungkin masih akan bergerak datar (sideway) di kisaran yang sama dengan Rabu (14/10) kemarin.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.650 per dolar AS hingga Rp14.750 per dolar AS.

Pada Rabu (14/10) lalu, rupiah ditutup menguat 7 poin atau 0,05 persen menjadi Rp14.718 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.725 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penutupan Perdagangan Sebelumnya

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,85 persen ke level 5.176,1. Nilai transaksi mencapai Rp 12,13 triliun. Lalu asing net buy sebesar Rp 12,8 miliar.

Sementara itu, pada perdagangan sore ini mata uang rupiah ditutup menguat tipis 7 point di level 14.717 dari penutupan sebelumnya di level 14.724. Sebelumnya dalam perdaganga pagi rupiah sempat melemah 15 point.

Dalam perdagangan besok pagi mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka menguat. Meskipun sesi siang kembali melemah tetapi kemungkinan ditutup menguat terbatas sebesar 5-20 point di level 14.690-14.730.

Dari sisi internal, Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi ini dipicu strategi bauran kebijakan yang di terapkan oleh Bank Indonesia saat ini cukup mumpuni untuk menstabilkan perekonomian dan mata uang rupiah.

Kebijakan tersebut sebelumnya sudah diterapkan di masa ekonomi global bermasalah akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok serta BREXIT, terbukti cukup handal.

"Dimasa Pandemi Covid-19 Bank Indonesia juga menerapkan strategi bauran kebijakan yang berkaitan dengan dua hal," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Rabu (14/10).

Seperti diketahui Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan menghadapi volatilitas nilai tukar dan aliran modal agar konsisten dengan target inflasi. Tujuannya untuk mengimplementasikan target inflasi. Sebab apabila hanya diatasi dengan kebijakan suku bunga, ini dinilai belum cukup.

Agar kebijakan suku bunga tetap konsisten dengan target inflasi yang sudah ditentukan maka, Bank Indonesia terus melakukan intervensi nilai tukar dan manajemen aliran modal.

"Tekanan nilai tukar berkaitan erat dengan aliran keluar masuk modal," kata dia.

Untuk itu, Bank Indonesia melakukan intervensi melalui pasar spot, Obligasi, Domestic Non Delivery Forward (DNDF) atau transaksi derivatif valas terhadap rupiah. Cara ini lebih efektif dalam stabilisasi nilai tukar untuk tujuan stabilitas harga.

Selanjutnya, bauran kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan moneter untuk stabilisasi harga dan makroprudensial. Ini dilakukan untuk stabilitas sistem keuangan, perputaran keuangan lebih banyak berkaitan dengan kredit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.