Sukses

Rupiah dan IHSG Ditutup Menguat Didorong Bauran Kebijakan BI

Rupiah ditutup menguat tipis 7 point di level 14.717 dari penutupan sebelumnya di level 14.724.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,85 persen ke level 5.176,1. Nilai transaksi mencapai Rp 12,13 triliun. Lalu asing net buy sebesar Rp 12,8 miliar.

Sementara itu, pada perdagangan sore ini mata uang rupiah ditutup menguat tipis 7 point di level 14.717 dari penutupan sebelumnya di level 14.724. Sebelumnya dalam perdaganga pagi rupiah sempat melemah 15 point.

Dalam perdagangan besok pagi mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka menguat. Meskipun sesi siang kembali melemah tetapi kemungkinan ditutup menguat terbatas sebesar 5-20 point di level 14.690-14.730.

Dari sisi internal, Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan kondisi ini dipicu strategi bauran kebijakan yang di terapkan oleh Bank Indonesia saat ini cukup mumpuni untuk menstabilkan perekonomian dan mata uang rupiah.

Kebijakan tersebut sebelumnya sudah diterapkan di masa ekonomi global bermasalah akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok serta BREXIT, terbukti cukup handal.

"Dimasa Pandemi Covid-19 Bank Indonesia juga menerapkan strategi bauran kebijakan yang berkaitan dengan dua hal," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Rabu (14/10).

Seperti diketahui Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan menghadapi volatilitas nilai tukar dan aliran modal agar konsisten dengan target inflasi. Tujuannya untuk mengimplementasikan target inflasi. Sebab apabila hanya diatasi dengan kebijakan suku bunga, ini dinilai belum cukup.

Agar kebijakan suku bunga tetap konsisten dengan target inflasi yang sudah ditentukan maka, Bank Indonesia terus melakukan intervensi nilai tukar dan manajemen aliran modal.

"Tekanan nilai tukar berkaitan erat dengan aliran keluar masuk modal," kata dia.

Untuk itu, Bank Indonesia melakukan intervensi melalui pasar spot, Obligasi, Domestic Non Delivery Forward (DNDF) atau transaksi derivatif valas terhadap rupiah. Cara ini lebih efektif dalam stabilisasi nilai tukar untuk tujuan stabilitas harga.

Selanjutnya, bauran kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan moneter untuk stabilisasi harga dan makroprudensial. Ini dilakukan untuk stabilitas sistem keuangan, perputaran keuangan lebih banyak berkaitan dengan kredit.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sisi Eksternal

Dari sisi eksternal, penguatan IHSG disebabkan adanya 1. harapan Kongres Amerika Serikat akan meloloskan RUU stimulus terbaru menjelang pemilihan presiden 3 November terus memudar. Akibatnya prospek ekonomi kemungkinan masih akan melambat akibat dari pandemi Covid-19 yang kasusnya terus meningkat.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi menghalangi harapan untuk langkah-langkah stimulus. Dia juga menolak paket USD 1,8 triliun yang diusulkan Presiden Donald Trump, dengan mengatakan hal itu jauh dari apa yang diminta pandemi dan resesi yang dalam ini.

Selain itu, berita hari Selasa yang menyataka Eli Lilly and Co. (NYSE: LLY) menghentikan uji klinis yang disponsori pemerintah untuk perawatan antibodi Covid-19. Ini terjadi sehari setelah Johnson & Johnson menangguhkan uji klinis untuk vaksin virus corona.

"Ini karena penyakit misterius di salah satu peserta, penurunan selera risiko investor, dengan harapan bahwa pengobatan Covid-19 akan segera dirilis," kata Ibrahim.

Di sisi lain, selama pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, para pemimpin keuangan global memberikan peringatan yang mengerikan. Mereka menyatakan terjadi kegagalan untuk menutup Covid-19, mempertahankan stimulus, dan menangani negara-negara berkembang.

"Hutang yang meningkat akan menghancurkan pemulihan yang rapuh. Menurut data Universitas Johns Hopkins jumlah kasus Covid-19 global mencapai 38 juta pada 14 Oktober," kata dia.

Sementara itu l, Inggris terus berjuang melawan gelombang kedua kasus Covid-19. Mereka juga kembali menerapkan langkah-langkah yang membatasi aktivitas ekonomi.

Lebih lanjut adanya kekhawatiran tentang kemajuan kecil yang dibuat menuju kesepakatan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa. Hal ini dilakukan dengan waktu kurang dari dua hari untuk melanjutkan tenggat waktu yang diterapkan sendiri oleh Perdana Menteri Boris Johnson pada 15 Oktober.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.