Sukses

Momentum Hari Tani Nasional, Kementan Dorong Petani Milenial Manfaatkan Mekanisasi

Momentum Hari Tani Nasional ke – 60 yang jatuh pada tanggal 24 September 2020 menjadikan lecutan semangat bagi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk bekerja keras.

Liputan6.com, Jakarta Momentum Hari Tani Nasional ke – 60 yang jatuh pada tanggal 24 September 2020 menjadikan lecutan semangat bagi Kementerian Pertanian (Kementan) untuk bekerja keras.

Program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) Kementan yang didukung dengan Gerakan Peningkatan Produksi dan Daya Saing (Grasida) Direktorat Jenderal Perkebunan digadang–gadang untuk dapat mendongkrak perekonomian indonesia.

Sebagai wujud nyata melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementan, yaitu Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya melakukan kegiatan Bimbingan Teknis kepada Kelompok Tani yang menjadi binaannya sebagai aksi pembangunan perkebunan berkelanjutan.

“Bimtek yang dilaksanakan di Kelompok Tani Organik Sumber Arum Wonosalam, Jombang pada 23 September 2020 mengangkat tema “Petani Milenial” menjadi bahasan agar petani dapat mengikuti perkembangan zaman melalui mekanisasi dan digitalisasi sektor pertanian sehingga diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah kesejahteraan petani,” papar Kepala BBPPTP Surabaya, Kresno Suharto.

Menurut Kresno, Bimbingan Teknis (bimtek) yang berlangsung selama satu hari tersebut mengedepankan pada kemampuan petani untuk dapat melakukan budidaya yang baik dan siaga Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Sebagai contoh kasus pada kegiatan bimtek tersebut ialah hama penggerek yang penampakannya tidak terlihat dari luar. Perlu formulasi yang dapat masuk ke pembuluh batang dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan cocok untuk pertanian organik.

Adapun bahan tersebut merupakan Agen Pengendali Hayati (APH) yang merupakan musuh alami OPT tersebut.

“Harapannya kepada petani milenial adalah agar generasi muda tertarik untuk menggeluti dunia pertanian khususnya pertanian organik dan menjadi penyemangat kepada generasi sebelumnya karena petani merupakan benteng terakhir pertahanan perekonomian negara. Serta produk pertanian memiliki harga yang kompetitif terutama bagi petani sehingga dapat menarik generasi milenial untuk bertani,” tambah Erna Zahro’in, Koordinator Fungsional POPT.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Potensi Komoditas Kopi

Salah satu kelompok tani binaan BBPPTP Surabaya sejak tahun 2016 seperti Kelompok Tani Organik Sumber Arum dengan komoditi perkebunan kopi.

Sunardi selaku juru bicara Kelompok Tani Organik Sumber Arum menuturkan sejak melakukan pertanian organik nilai jual produk meningkat dan sebagai pengenalan kopi Ekselsa Wonosalam dihargai Rp 250.000,- /kg dari sebelumnya yang hanya dihargai Rp.80.000,- /kg ditingkat petani dalam bentuk bubuk kopi.

“Nilai tambah yang masih menjadi potensi dari kelompok tani Sumber Arum adalah permintaan benih, akan tetapi belum dapat terlayani karena aspek legalitas,” jelas Sunardi.

Meski begitu, Sunardi mengakui, ada kendala yang dialami Kelompok Tani Organik Sumber Arum. Diantaranya yakni Teknik pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan sesuai dengan pertanian organik.

“Sehingga kami berharap dengan adanya bimtek yang dilakukan oleh BBPPTP Surabaya melalui pengenalan APH dapat memberikan edukasi kepada anggota kelompok tani cara pertanian organik yang baik,” harap Sunardi.

Namun, kata Sunardi, ada potensi nilai tambah untuk dapat menyediakan sumber benih dari pertanian organik. Sehingga dalam hal ini kelompok petani kopi Sumber Arum berharap agar dapat terfasilitasi mulai dari Identifikasi Varietas hingga pembangunan kebun Sumber Benih sebagaimana disarankan BBPPTP Surabaya agar menggunakan varietas yang legal guna meningkatkan nilai tambah kopi tersebut .

Alhasil, inovasi yang telah dilakukan Kelompok Tani Sumber Arum layak mendapat apresiasi. Beberapa penghargaan telah diterima seperti sertifikasi organik yang diperoleh dari ICERT dan ACT-Thailand.

3 dari 3 halaman

Petani Milenial Mengolah Biji Kopi

Kontribusi yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut dalam meningkatkan perekonomian Wonosalam telah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Jombang yang berencana menarik minat masyarakat Wonosalam dan sekitarnya untuk bertani secara organik.

Berbagai kerjasama telah dilakukan salah satunya melalui digital market dan bekerjasama dengan pelaku wisata untuk mempopulerkan kopi organik Wonosalam dan Ekselsa pada khususnya. Kesuksesan kelompok tani Sumber Arum salah satunya adalah berhasil masuk pada pasar introduksi ekspor dengan pengiriman sampel pada importir Timur Tengah sebanyak 1 kuintal dalam bentuk bubuk kopi.

Sehingga dalam hal ini kopi tersebut dikemas yang menarik agar kopi Wonosalam yang terdiri dari varian robusta, arabika, dan ekselsa bisa bersaing dengan branding Sumber Arum dan Rindang.

“Melalui pengemasan yang menarik tersebut saya optimis pemasaran yang lebih luas mudah dilakukan dan menarik minat beli konsumen. Selain itu dengan kemasan yang menarik kita lebih mudah untuk melakukan promosi melalui digital market,” kata Satrio anggota Koperasi kelompok petani kopi Sumber Arum.

Di tempat terpisah, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementan, Kasdi Subagyono mengungkapkan momentum Hari Tani Nasional selayaknya menjadikan refleksi diri terutama Kementerian Pertanian bahwa persoalan meningkatkan kesejahteraan petani dan menarik generasi milenial untuk ikut bertani.

Hal ini harus terus diupayakan agar tujuan dari Undang Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria yang diterbitkan oleh Presiden Sukarno pada 24 September 1960 dapat terwujud. 

“Melalui semangat Hari Tani Nasional kita optimis melalui kerja keras dan kerja bersama segera terwujud Petani Indonesia yang Maju dan Berdaya Saing,” pungkas Kasdi.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini