Sukses

Petani Pati Diuntungkan Program SP3T Kementan

Penanganan pascapanen yang baik harus dengan sistem pengelolaan yang terstruktur. Salah satunya melalui pembentukan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T).

Liputan6.com, Pati - Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya sebatas meningkatkan produksi pangan khususnya padi. Langkah lain juga menjamin agar harga jual yang diperoleh petani pada posisi tinggi agar menikmati keuntungan.

Oleh karena itu, penanganan pascapanen yang baik harus dengan sistem pengelolaan yang terstruktur. Salah satunya melalui pembentukan Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T).

Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) lahir atas dasar keprihatinan. Karena selama ini petani padi banyak yang tidak menikmati hasil panen secara maksimal karena banyak dijual dalam bentuk gabah kering panen.

Kementan pun memberikan bantuan alsintan seperti combine harvester, vertical dryer, RMU, dan mesin packing.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan Kabupaten Pati Purwanto, petani di Desa Kepuhkencono Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati mendapat bantuan SP3T komplit. Mulai dari alat tanam, alat panen sampai alat pasca panen.

“Para petani yang tergabung di Gabungan Kelompok Tani Fortuna, telah bisa melayani permintaan beras seperti apa saja karena alat sudah tersedia dari Kementan,” ucap Purwanto pada saat Tim Humas Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berkunjung ke tempat SP3T Gapoktan Fortuna Desa Kepuhkencono Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

Zamzuri Ketua Gapoktan Fortuna mengatakan, sangat amat terbantu dengan bantuan SP3T dari Kementerian Pertanian ini.

“Setelah mendapat bantuan ini efektifitas pengelolaan lebih cepat. Yang biasanya petani membutuhkan waktu yang lama untuk pengolahan “ jelas dia.

Lebih lanjut Zamzuri menceritakan bahwa untuk harga sebelum punya alat ini harga per kilogram (kg) Rp 7.500 sekarang menjadi Rp 8.400. Dan untuk satu hari bisa menghasilkan 5 ton dan hanya membutuhkan satu orang tenaga kerja saja.

“Untuk biaya penggilingan sampai menjadi beras dalam kemasan yaitu Rp 300 untuk petani yang datang dari daerah lain. Tapi untuk daerah sini hanya Rp 250 perkilonya,“ ucap Zamzuri.

Dengan adanya alat ini Kelompok Tani dan masyarakat sekitar daerah sini bisa terbantu harga jualnya.

Zamzuri berharap untuk kedepannya agar bisa dibantu untuk pemasarannya. “Selama ini kami hanya konvensional saja. Kami berharap bisa bekerja sama dengan dengan Bulog mengingat Kebupaten Pati merupakan salah satu sentra padi di Pulau Jawa," harap dia.

Zamzuri juga berharap agar program ini mudah-mudahan bisa berlanjut dan dikembangkan di daerah daerah yang lainnya karena dengan adanya alat ini petani sangat diuntungkan.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi berharap melalui bantuan tersebut tidak mengalami lagi gabah yang rusak ketika musim hujan karena tidak ada mesin pengering atau harga jatuh karena panen raya.

Bahkan, dengan adanya paket sarana ini lembaga tani bisa memproduksi beras kemasan dengan label yang khas. Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa jajaran Kementerian Pertanian harus siap dan hadir untuk memenuhi kebutuhan pangan 267 juta penduduk Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Petani di Situbondo Juga Manfaatkan Embung untuk Tanaman Organik dan Ikan Nila

Petani di Desa Klampokan Kecamatan Panji, Situbondo, Jawa Timur benar-benar memanfaatkan embung yang dibangun Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian. Embung dimanfaatkan untuk mengairi tanaman organik juga budidaya ikan nila.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan pembangunan embung adalah salah satu cara untuk mengelola air.

“Pertanian membutuhkan air, apalagi di masa musim kemarau. Air adalah salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan hasil produksi pertanian. Dengan ketersediaan air yang memadai, pertanian bisa terus berlangsung. Dan salah satu cara menjamin ketersediaan air adalah dengan membangun embung,” tutur Mentan, Minggu (20/9/2020).

Di Desa Klampokan, Kecamatan Panji Situbondo, sebelum adanya bantuan pembangunan embung ini, petani membiarkan begitu saja potensi aliran mata air yang ada.

Menurut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, kondisi ini yang coba dimaksimalkan Kementan.

“Air yang tidak dikelola dengan baik, juga tidak bisa memberikan manfaat yang baik untuk pertanian. Oleh karena itu, dengan pembangunan embung kita ingin memaksimalkan ketersediaan air. Karena embung menjadi salah satu cara untuk konservasi air, khususnya untuk pertanian. Apalagi di Desa Klampokan terdapat beberapa lokasi yang terus menerus tergenang air sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh pemilik lahan,” tutur dia.

Sarwo Edhy menegaskan, proses pembangunan embung ini telah memenuhi beberapa syarat, antara lain tekstur dengan tanah liat berlempung.

Kemudian kemiringan lahan areal pertanaman antara 8 - 30 persen, agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah mengalir ke dalam embung dan air embung mudah disalurkan ke petak-petak tanaman, dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya atau memiliki aliran sumber mata air.

“Petani kita harapkan dapat ikut menjaga keberadaan embung sehingga manfaat yang diterima akan terus berlanjut,” harapnya.

Dengan adanya bangunan embung ini, petani yang berada dalam naungan Kelompok Tani Tirto Dimulyo III Desa Klampokan, Kecamatan Panji, merasakan banyak manfaat yang diterima.

Oleh karena itu, Ketua Kelompok Tani Tirto Dimulyo III, Sahid, mengutarakan rasa terima kasihnya atas dibangunnya embung.

“Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementerian Pertanian, khususnya Ditjen PSP, yang telah mengalokasikan Dana Bantuan Pembangunan Embung utamanya di Kelompok Tani Tirto Dimulyo III, karena dengan adanya embung ini dapat memberi banyak manfaat bagi petani yang ada di kelompok tani kami,” jelas dia.

Selain itu, melalui mantri tani Kecamatan Panji, Edi Sugiwardoyo, juga didapat informasi bahwa terdapat lahan pertanian organik seluas 1,4 Ha yang mendapatkan aliran air dari embung tersebut.

Selain itu, pengurus Kelompok Tani juga mencoba mengusahakan budidaya ikan nila di areal embung.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini