Sukses

Tak Perlu Khawatir, Luhut Pastikan Likuiditas Perbankan Indonesia Cukup Bagus

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai likuiditas perbankan Indonesia tidak perlu dikhawatirkan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai likuiditas perbankan Indonesia tidak perlu dikhawatirkan. Meski dalam kondisi krisis ekonomi namun likuiditas perbankan masih cukup bagus.

"(Likuiditas) masih cukup bagus, saya lihat enggak perlu dikhawatirkan," kata Luhut dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Jumat (18/9).

Menurutnya hal yang perlu dilakukan saat ini mendorong nasabah untuk mengajukan pembiayaan untuk menjalankan usaha. Sebab, dana lama tersimpan di bank juga tidak sehat.

"Ini ekonomi enggak baik lama-lama ya, perbankan juga bisa goyang jadi itu yang kita jaga," kata Luhut.

Luhut optimis, jika vaksin sudah siap dan didistribusikan kondisi perekonomian akan bergerak menuju pulih.

"Saya paham betul soal ini. Tapi ini kalau bisa jalan, dan vaksin mulai disuntikan Desember- Januari, kita akan baik," kata dia.

Luhut menambahkan jika vaksin sudah siap didistribusikan, kelompok pertama yang akan divaksin yakni para tenaga kesehatan. Mulai dari dokter dan perawat dengan tujuan agar tidak ada lagi tenaga kesehatan yang tumbang akibat terpapar Covid-19.

"Petugas kesehatan dulu. Itu dulu utama. Di daerah, jangan sampai dokter kita dan perawat kita jadi korban. Itu top priority. Lalu habis itu lebih luas," pungkasnya.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hingga Pertengahan September, BI Tambah Likuiditas Perbankan Rp 662 Triliun

Bank Indonesia (BI) mengumumkan kondisi likuiditas yang lebih dari cukup. Sehingga terus mendorong penurunan suku bunga dan kondusif bagi pembiayaan perekonomian.

Hingga 15 September 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing/QE) di perbankan sekitar Rp 662,1 triliun. Terutama bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp 155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp 491,3 triliun.

Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyebutkan, longgarnya kondisi likuiditas mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK. Yakni 29,22 persen pada Agustus 2020 dan rendahnya suku bunga PUAB overnight, sekitar 3,31 persen pada Agustus 2020.

“Longgarnya likuiditas serta penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) berkontribusi menurunkan suku bunga deposito dan kredit modal kerja pada Agustus 2020. Dari 5,63 persen dan 9,47 persen pada Juli 2020 menjadi 5,49 persen dan 9,44 persen,” kata dia dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Kamis (17/9/2020).

Sementara itu, imbal hasil SBN 10 tahun pada Agustus-September 2020 meningkat dari 6,83 persen pada Juli 2020 menjadi 6,87 persen pada Agustus 2020 dan 6,92 persen per 15 September 2020. Hal ini sejalan dengan proses penyesuaian pelaku asing di pasar keuangan domestik.

Dari besaran moneter, pertumbuhan besaran moneter M1 dan M2 pada Agustus 2020 meningkat menjadi 19,3 persen (yoy) dan 13,3 persen (yoy) terutama didorong dampak ekspansi operasi keuangan pemerintah.

“Ke depan, ekspansi moneter Bank Indonesia yang sementara ini masih tertahan di perbankan diharapkan dapat lebih efektif mendorong pemulihan ekonomi nasional sejalan percepatan realisasi anggaran dan program restrukturisasi kredit perbankan,” kata Perry.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.