Sukses

BBM Dicampur Sama Tanaman, Mobil Tetap Jalan

Minyak dari tanaman tersebut adalah minyak dari tanaman sawit yang diproses sehingga menjadi senyawa bernama fatty acid methyl ester (FAME).

Liputan6.com, Jakarta Ternyata di dalam bahan bakar minyak solar yang dijual di SPBU dicampur minyak dari tanaman. Campurannya bahkan sebanyak 30% dan 70% lainnya adalah minyak solar. Lho kok bisa? Banyak orang yang belum tahu, apa manfaatnya.

Minyak dari tanaman tersebut adalah minyak dari tanaman sawit yang diproses sehingga menjadi senyawa bernama fatty acid methyl ester (FAME). FAME inilah yang disebut sebagai biodiesel dan digunakan untuk campuran minyak solar di SPBU dan menjadi bahan bakar kendaraan bermesin diesel.

Manfaat luar biasa konsumsi minyak solar di dalam negeri jadi berkurang dan impor solar berkurang. Sehingga neraca perdagangan migas lebih sehat. Sekarang lagi dilakukan uji coba agar pencampuran bisa lebih banyak dari 30 persen menjadi 40%.

Per Januari 2020, pemanfaatan sawit sebagai campuran BBM sudah sampai 30 persen, dikenal sebagai B30 (campuran 30% FAME dan 70% solar). Tak hanya menghemat devisa karena mengurangi impor BBM, melalui pemanfaatan sawit untuk B30 memberikan multiplier effect pada penyerapan tenaga kerja (petani sawit), peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel, pengurangan emisi, hingga peningkatan konsumsi domestik biodiesel.

Tak berhenti sampai B30, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah melakukan kajian terhadap pencampuran 40 persen biodiesel atau B40. Saat ini sedang dilakukan uji ketahanan 1.000 jam pada engine test bench di laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" terhadap dua formulasi B40.

Formulasi yang pertama adalah B40, yakni campuran 60% solar dengan 40% FAME. Formulasi yang kedua adalah campuran 60% solar dengan 30% FAME dan 10% Distillated Fatty Acid Methyl Esther (DPME). 

Setelah uji ketahanan 1.000 jam selesai, tim kajian B40 akan melakukan persiapan dan pelaksanaan uji presipitasi dan stabilitas penyimpanan. Usai seluruh tahapan kegiatan uji selesai, akan dilakukan segera melakukan evaluasi, pelaporan, dan penyusunan rekomendasi terkait hasil kajian penerapan B40 ini.

Selain informasi terkait B30 dan B40, ternyata banyak juga yang belum tahu fakta menarik terkait sawit. Berikut fakta sawit yang berhasil dihimpun tim Liputan6.com:

Pertama, Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 700 perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Total luas lahan sawit sekitar 14,68 juta hektar, dimana 40% dimiliki petani kecil. Mayoritas produksi sawit Indonesia saat ini diekspor dan menghasilkan devisa lebih dari USD20 miliar per tahun.

Kedua, produksi sawit secara nasional pada 2015 sebesar 31,07 juta ton, lalu 2016 sebesar 31,73 ton dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2019, produksi sawit nasional mencapai 42,87 juta ton. Peningkatan produksi sawit nasional tersebut diikuti dengan peningkatan produksi biodiesel berbasis sawit nasional. Adapun produksi biodiesel berbasis sawit nasional pada tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019 adalah sebesar 3,65 juta KL, 3,41 juta KL, 6,16 juta KL, dan 8,37 juta KL.

Ketiga, kelapa sawit bukanlah penyebab deforestasi. Konvensi hutan primer untuk pemanfaatan lain telah dimulai sebelum ekspansi perkebunan kelapa sawit dimulai. Perkebunan sawit tumbuh dan menempati lahan yang sudah terdegradasi. Menariknya, kelapa sawit justru mengubah lahan terdegradasi menjadi area produktif. Perkebunan kelapa sawit yang dikonversi langsung dari hutan produksi hanya sekitar 3%.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini