Sukses

Gandeng Influencer demi Bikin Masyarakat Melek Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Tuai Dukungan

Hasil survei OJK pada 2019 lalu, tingkat literasi keuangan di Indonesia baru mencapai 38 persen. Sementara, tingkat inklusi keuangan mencapai 76 persen.

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan terobosan demi menggenjot literasi dan edukasi keuangan. Langkah ini demi memenuhi target Presiden Jokowi (Jokowi) mencapai 90 persen pada 2023-2024 mendatang. Salah satunya dengan menggaet influencer sebagai corong sosialisasi yang lebih luas.

Menyikapi hal itu, Ekonom Center of Reforms on Economic (CORE), Piter Abdullah, menyambut baik keputusan OJK dengan melibatkan influencer sebagai agen sosialisasi. Terlebih target yang dipatok Jokowi dianggap tinggi.

Sedangkan hasil survei OJK pada 2019 lalu, tingkat literasi keuangan di Indonesia baru mencapai 38 persen. Sementara, tingkat inklusi keuangan mencapai 76 persen.

"Untuk menggerakkan itu tingkat literasi dan inklusi diperlukan orang yang punya kemampuan mengajak dan mensosialisasikan, ini kan harus di cari. Di jaman modern ini, saya rasa influencer memang mempunyai jejaring yang luas," jelas dia saat dihubungi Merdeka.com, Jumat (21/8).

Pieter mengatakan keputusan OJK untuk menggandeng influencer dalam program sosialisasi literasi dan edukasi keuangan bagian dari perkembangan zaman. Mengingat di era modern ini tren penggunaan sosial media oleh seluruh lapisan masyarakat terus terus meningkat.

"Sekali lagi, pilihan influencer itu tuntutan zaman. Kalau mau efektif ya kita libatkan itu (influencer)," imbuhnya.

Kendati demikian, ia mengimbau OJK agar tidak melanggar prosedur yang dalam memilih sosok influencer. Sehingga tidak menimbulkan polemik dikemudian hari.

Pun, OJK selaku regulator juga diminta mengutamakan prinsip transparansi dalam pengadaan kegiatan kerja bersama influencer tersebut. Hal itu demi mencegah timbulnya prasangka oleh masyarakat akibat kurangnya keterbukaan atas informasi terhadap publik luas.

"Intinya ini untuk mencegah jangan sampai menetapkan influencer yabg tidak sesuai prosedur. Juga agar keberadaan influencer itu tidak fiktif," tutupnya.

 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Edukasi Virtual

Sebelumnya, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianti Puji Rahayu menyatakan, edukasi virtual ini dijalankan tetap menuju sasaran yang telah ditentukan.

OJK juga menggaet berbagai influencer dan menggaungkan pentingnya literasi dan inklusi keuangan lewat media sosial.

"Seperti Mak Beti (influencer) itu untuk di kalangan pekerja migran," kata Kristianti.

Tak lupa, pendekatan komunal dengan menggandeng influencer lokal berbahasa daerah juga dilakukan karena dinilai lebih menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Meskipun bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan, kenyataannya, masyarakat di daerah cenderung merasa tersentuh dalam percakapan menggunakan bahasa daerahnya.

"Seperti Mbah Minto (YouTuber asal Klaten), Yai Najib (influencer asal Palembang), inilah yang kita lakukan di pandemi, jadi (edukasinya) semakin agresif karena menggunakan kanal virtual," jelas Kristianti.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.