Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen, Ini Sebabnya

Penjualan mobil anjlok 85 persen, menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2020. Di atas perkiraan, ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.

Menurut Suhariyanto, pandemi Covid-19 menyebabkan hampir seluruh negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan untuk menekan penyebaran Covid-19 seperti penutupan sekolah, bisnis, PSBB hingga lockdown mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi.

"Pandemi Covid-19 telah menciptakan efek domino dari masalah sosial dan ekonomi, dan dampaknya menghantam seluruh lapisan masyarakat mulai dari rumah tangga, UMKM hingga korporasi," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).

Pandemi ini membuat harga komoditas anjlok. Misalnya, harga minyak Indonesia atau ICP (Indonesia Crude Price) anjlok 57,9 persen secara year on year. Harga komoditas hasil tambang di pasar internasional seperti timah, aluminium, tembaga juga mengalami penurunan baik quarter to quarter (q-to-q) dan year on year (y-o-y).

"Sementara harga komoditas makanan seperti gandum, minyak kelapa sawit dan kedelai mengalami penurunan q-to-q, tetapi meningkat secara y-o-y," ujar Suhariyanto.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penjaualan Mobil Anjlok

Kemudian, penjualan mobil turun 85,02 persen y-o-y, sepeda motor secara wholesale juga turun 79,70 persen, produksi semen minus 9,08 persen dan pengadaan semen turun 7,69 persen.

"Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia juga turun 81,49 persen q-to-q dan 87,81 persen y-o-y," ujar Suhariyanto.

 

3 dari 3 halaman

Mitra Dagang Indonesia Ekonominya Juga Minus

Lalu, negara-negara mitra dagang Indonesia juga mengalami kontraksi ekonomi di kuartal II 2020. Seperti Amerika Serikat yang minus 9,5 persen y-o-y, Singapura minus 12,6 persen, Korea Selatan minus 2,9 persen, Hong Kong minus 9 persen dan Uni Eropa minus 14,4 persen.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini