Sukses

Perry Effect Bisa Sokong Indonesia Jadi Negara Besar di 2030, Apa Itu?

Bank Indonesia sebagai non-government organization diharapkan berkolaborasi menggerakkan optimisme Indonesia 2030.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal masa kepemimpinannya periode keduanya menargetkan Indonesia bisa berada di jajaran 10 negara besar pada 2030. 
 
Pernyataan tersebut coba diyakini oleh Founder dan Chairman MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya. Menurutnya, tujuan tersebut bisa tercapai secara perlahan usai masa pandemi corona.
 
"Ayo di tahun 2021 mendeklarasikan, ini the beginning of decade, Indonesia 2030," seru Hermawan dalam acara MarkPlus Industry Roundtable, Jumat (12/6/2020).
 
Hermawan mengatakan, salah satu poin yang bisa menyokong cita-cita tersebut saat ini yakni gebrakan ekonomi yang dibuat Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, atau kerap disebut Perry Effect.
 
"Gubernur Bank Sentral hebat nih pak Perry itu. Perry Effect, kalau ngomong orang langsung percaya. Rupiah ke USD dari Rp 17 ribu ke Rp 14 ribu loh. Malah dibawahnya beberapa hari ini," ucapnya.
 
Dia pun berkeinginan untuk mengajak Bank Indonesia sebagai non-government organization untuk sama-sama berkolaborasi menggerakkan optimisme Indonesia 2030.
 
"Saya kepingin merundingkan dengan teman-teman Bank Indonesia bagaimana optimisme yang dibangun oleh pak Perry yang dicampur dengan action yang konkrit ini bisa ditambah dengan semua kementerian, semua social culture di masyarakat," tuturnya.
 

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI Ramal Inflasi Juni 2020 Turun di 0,02 Persen

Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Juni 2020 turun menjadi 0,02 persen secara month to month (mtm). Sehingga secara tahun kalender sebesar 0,93 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,79 persen (yoy).

"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Juni 2020, inflasi Juni 2020 diperkirakan sebesar 0,02 persen (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya," tulis Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam keterangan persnya, Jakarta, Jumat (12/6/2020).

Onny menyebutkan penyumbang utama inflasi berasal dari komoditas daging ayam ras sebesar 0,11 persen (mtm), telur ayam ras sebesar 0,03 persen (mtm), bawang merah sebesar 0,02 persen (mtm), tomat dan kentang masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm).

Sementara itu, komoditas utama yang menyumbang deflasi yaitu bawang putih, cabai merah dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar -0,03 persen (mtm). Lalu cabai rawit, jeruk dan emas perhiasan masing-masing sebesar -0,02 persen (mtm), serta gula pasir -0,01 persen (mtm).

Kata Onny, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19. Termasuk dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu.

Begitu juga dengan langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Merdeka.com

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.