Sukses

Cetak Rekor Bulanan, Ekonomi Inggris Terkontraksi 20,4 Persen di April

Dalam tiga bulan hingga akhir April, ekonomi mengalami Inggris terkontraksi 10,4 persen dibandingkan periode tiga bulan sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta Ekonomi Inggris kembali terkontraksi. Inggris mencatat penurunan produk domestik bruto (PDB) bulanan terbesar dalam sejarah negara itu pada April.

Kantor Statistik Nasional Inggris melaporkan PDB negaranya turun 20,4 persen pada April dibandingkan bulan sebelumnya. Angka ini terkontraksi lebih dalam dari prediksi analis sebesar 18,4 persen yang disurvei Reuters.

Bila dibandingkan April 2019, PDB terkontraksi 24,5 persen. Langkah lockdown yang diberlakukandemi mencegah penyebaran pandemi Virus Corona telah menghantam aktivitas ekonomi Inggris.

Dalam tiga bulan hingga akhir April, ekonomi mengalami Inggris terkontraksi 10,4 persen dibandingkan periode tiga bulan sebelumnya. ONS juga dikonfirmasi, kembali jatuh di bawah ekspektasi analis sebesar 10 persen.

Inggris memulai lockdown pada 23 Maret 2020 dalam upaya untuk mengurangi penyebaran pandemi coronavirus. Hingga hari ini, tercatat 292.860 orang terinfeksi di Inggris, menurut data Universitas Johns Hopkins.  Namun beberapa upaya pelonggaran mulai dilakukan pada bulan Mei ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

OECD Prediksi Ekonomi Indonesia Bisa Terkontraksi hingga 3,9 Persen di 2020

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus 2,8 persen hingga minus 3,9 persen pada 2020.

Pemicunya masih imbas dari virus Corona atau COVID-19 yang memunculkan ketidakpastian terhadap perekonomian global termasuk Indonesia.

"Setelah pecahnya COVID-19, PDB (Indonesia) diproyeksikan berkontraksi pada 2020, untuk pertama kalinya sejak 1997 saat krisis Asia, sebesar 2,8 persen atau 3,9 persen tergantung pada skenario," mengutip OECD Economy Outlook edisi Juni 2020, Kamis (11/6/2020).

Dampak resesi terkait sosial-ekonomi dikatakan terutama kepada kelompok kelas menengah ke bawah,yang beresiko besar kembali masuk ke jurang kemiskinan.

Terdapat 2 skenario dari OECD. Perekonomian Indonesia diproyeksikan terkontraksi hingga 2,8 persen pada 2020 dan kembali tumbuh 5,2 persen pada 2021. Ini bila Indonesia bisa menghindari gelombang kedua penularan Covid-19.

Namun, kontraksi akan  terjadi lebih dalam dibandingkan skenario pertama. Perekonomian Indonesia bisa terkontraksi hingga 3,9 persen pada 2020.

Ini terjadi bila gelombang kedua penularan Covid-19 tidak terhindarkan. Sehingga, pertumbuhan ekonomi pada 2021 hanya mencapai 2,6 persen. 

Resesi COVID-19 menguak beberapa kekurangan program bantuan yang diberikan bagi individu yang rentan.

Meningkatkan sumber daya melalui program kartu pra-kerja dan reorientasi guna membantu pekerja yang terkena PHK dan atau dirumahkan, disebut menjadi solusi yang cepat.

Namun hal ini dinilai tidak dapat menggantikan skema asuransi progresif bagi pengangguran dengan pendanaan yang baik.

Pemerintah dinilai sebaiknya memulai kembali berbagai proyek investasi infrastruktur, sambil memastikan pemberian stimulus berkelanjutan secara sosial dan lingkungan tetap menjadi prioritas.

Indonesia juga diminta tetap meningkatkan penanganan penyebaran Covid-19 jika terjadi gelombang kedua lebih dari langkah saat ini. Pemerintah saat ini sudah menerapkan aturan seperti jaga jarak, penutupan sekolah, pembatasan perjalan maupun kerja dari rumah.

OECD memprediksi pemulihan ekonomi baru akan terjadi perlahan dan berlangsung pada akhir 2021.  "Ini tergantung pada apakah gelombang infeksi global kedua terjadi kemudian pada tahun 2020," mengutip penjelasan OECD.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.