Sukses

Penyaluran Bansos Pakai Data 2014, Benarkah?

Achsanul Qosasi membeberkan, penyaluran bantuan sosial (bansos) saat ini tidak tepat sasaran karena menggunakan data yang kadaluarsa.

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Achsanul Qosasi membeberkan, penyaluran bantuan sosial (bansos) saat ini tidak tepat sasaran karena menggunakan data yang kadaluarsa.

Hal itu dirinya ungkapkan dalam akun Twitternya @AchsanulQosasi, sebagaimana dikutip Selasa (12/5/2020).

"Bansos tidak tepat sasaran. Data kita sangat lemah. Data kemiskinan yang dipakai adalah data TNP2K 2014. Pemutakhiran DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) ini diserahkan kepada masing-masing Pemda yang memiliki kepentingan melayani rakyatnya, seharusnya dilakukan setiap 6 bulan," kata Achsanul dalam cuitannya.

Lebih lanjut, dirinya juga berujar, BPK sudah memeriksa DTKS tahun 2018. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan bahwa dari 514 kabupaten dan kota, hanya ada 29 kabupaten yang rutin melakukan pembaharuan data setiap 6 bulan.

"Sisanya hanya mengesahkan yang ada dan dominan unsur politik di daerah," katanya.

Bahkan, tercatat ada 20 juta masyarakat tanpa NIK yang menjadi Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

"Ada 20 juta lebih tanpa NIK, tapi menjadi KPM. Di sinilah letak masalahnya," lanjut Anggota BPK tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perbandingan

Sebagai perbandingan, dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Semester II Tahun 2019, BPK menemukan masalah dalam penyaluran bansos, yaitu verifikasi dan validasi data penerima bansos.

"Kemensos belum mempunyai mekanisme untuk memastikan pelaksanaan verifikasi dan validasi sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Permensos Nomor 28 tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu," demikian tulis laporan IHPS II 2019.

Akibatnya, DTKS yang ditetapkan Kementerian Sosial sebagai dasar penyaluran program bansos menjadi kurang andal dan akurat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.