Sukses

Saham Amazon Jatuh, Dow Jones Anjlok Lebih dari 600 Poin

Amazon memimpin penurunan saham sebesar 7,6 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham di Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Saham Amazon yang memimpin indeks utama turun di hari pertama bulan Mei.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (2/5/2020), Dow Jones Industrial Average turun 622,03 poin atau 2,5 persen ke 23.723,69 karena Dow Inc dan Exxon Mobil masing-masing turun lebih dari 7 persen.

Kemudian, S&P 500 turun 2,8 persen menjadi 2.830,71 dengan staples konsumen dan saham komunikasi yang memimpin indeks pasar turun. Nasdaq Composite juga ditutup 3,2 persen lebih rendah ke 8.604,95 karena sejumlah saham perusahaan teknologi besar jatuh.

Tech titan Amazon memimpin penurunan saham sebesar 7,6 persen setelah mengumumkan rencana untuk menghabiskan semua keuntungan di kuartal kedua terkait dengan virus corona. Raksasa e-commerce ini juga membukukan laba kuartal I yang meleset dari ekspektasi analis.

Apple melaporkan laba kuartalan yang melampaui ekspektasi analis, tetapi pertumbuhan pendapatannya tetap datar. Facebook dan Alphabet juga turun masing-masing 1,2 persen sementara Netflix turun 1,1 persen.

Baik Apple dan Amazon menjadi perusahaan-perusahaan yang memimpin bangkitnya S&P 500 dari posisi terendah pada akhir Maret dan menjadi dua perusahaan terbaik di bulan April. Amazon menguat hampir 27 persen pada bulan April, sementara Apple melonjak 15,3 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perselisihan AS dan China

Kemungkinan pertikaian lain antara China dan AS juga menekan saham setelah penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan Cina akan bertanggung jawab atas virus korona.

"Tidak ada pertanyaan tentang itu. Bagaimana, kapan, di mana, dan mengapa, saya akan menyerahkannya kepada Presiden, "kata Kudlow kepada CNBC.

Komentar itu muncul setelah Presiden Donald Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia curiga virus itu berasal dari sebuah laboratorium di China, tetapi tidak menawarkan bukti untuk mendukung klaim itu. Ketegangan antara China dan AS telah diatasi sejak kedua belah pihak mencapai kesepakatan perdagangan fase satu pada akhir Januari.

"Ini telah terjadi selama beberapa hari terakhir ... jadi ada ketakutan akan terjadi perang dagang lain di tengah-tengah semua ini," kata James Ragan, direktur penelitian manajemen kekayaan di D.A. Davidson,

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini